14. Kabur

470 50 10
                                    

"Kalau kau benar tidak siap, aku tidur di tempat lain saja," kata Zee mundur dan memalingkan tubuh, mengambil pakaiannya, lalu keluar dengan tubuh telanjang. Dia melakukan ini bukan karena kecewa pada Nunew. Hanya saja tubuhnya sudah dalam keadaan siap. Jadi kalau dia masih di sini dan berada di dekat Nunew, mungkin dia bisa hilang kendali dan pasti membenci dirinya sendiri karena memaksa Nunew.

Di dalam kamar, Nunew berada di tengah-tengah ranjang dengan tubuh telanjang. Keadaannya sudah seperti habis digagahi, padahal dicelup saja belum. Tatapannya mengarah pada langit-langit kamar yang hari ini berubah menjadi lautan bintang dengan latar belakang kegelapan malam.

Baru dua hari status mereka menjadi pasangan, tapi hal seperti ini sudah terjadi. Sebenarnya Nunew ingin mencari Zee, tapi karena rumah ini seperti labirin dan Nunew belum bisa menghafal jalannya, jadi percuma saja dia mencari Zee di kamar-kamar lain. Kalau dia tersesat, sudah pasti dia tidak akan bisa kembali ke sini.

Akibat lelah untuk mencari bajunya, Nunew menyelimuti tubuh telanjangnya dengan selimut beraroma Zee. Dia berusaha untuk tidur, tapi otaknya lagi-lagi memikirkan ekspresi Zee sebelum meninggalkannya. Dia pasti sudah membuat Zee kecewa. Perlahan-lahan, titik demi titik air matanya mulai keluar. Tanpa peduli lagi dengan ketakutannya pada milik Zee, dia mulai mencari ponselnya untuk menghubungi  pasangannya itu. Namun dia tidak bisa menemukan ponsel keparat itu dalam keadaaan genting seperti ini. Lelah mencari, Nunew kembali ke atas ranjang, duduk sambil mendekap kakinya dengan tubuh menyandar di kepala ranjang. Pikirannya kalang kabut. Namun dia tidak bisa mencari jalan keluar. Akhirnya, dia bisa tidur setelah matahari tinggal menghitung menit di ufuk timur.

-

Paginya, Nunew langsung menuju dapur, tapi hanya ada Fade di sana.

Nunew bertanya dalam keadaan bingung, "Kemana yang lain?" Ini hal baru bagi Nunew, karena biasanya di rumah ini sarapan dan makan malam wajib dilakukan bersama atau berkumpul  dengan seluruh penghuni rumah.

"Sudah ke kantor pagi-pagi sekali," sahut Fade sibuk dengan cucian piring yang menggunung.

"Apa Zee tidak meninggalkan pesan?" Jujur saja lidah Nunew belum terbiasa dengan sebutan 'Zee' tanpa embel-embel 'Mr. Panich', tapi karena Zee sekarang bukan lagi bosnya melainkan pasangannya, dia harus terbisa dengan sebutan 'Zee'.

"Tidak, Master hanya menyuruhmu makan setelah bangun." Fade menoleh ke arah Nunew dengan ekspresi kasihan.

Nunew langsung kecewa mendengarnya. "Dan Moon?"

"Untuk sekarang dia tidak bisa diganggu."

Nunew tampak lemas. Dia melangkah menjauhi Fade menuju pintu keluar belakang. Dari arah dapur, pemandangan di area belakang memang menggugah indera penglihatan. Di sana  tampak damai dan sejuk. Bagi Nunew, menapakkan kaki tanpa alas di bagian belakang rumah menjadi kebahagian tersendiri, karena dia bisa merasakan kelembutan rumput yang dipangkas begitu pendek sampai terasa seperti tusukan-tusukan kecil di telapak kakinya.

"Apa kau tidak mau makan?" seru Fade sambil tergopoh-gopoh berjalan ke arah pintu.

"Aku tidak selera," sahut Nunew pendek.

Nunew melangkah ke arah danau. Di sana, dia hanya terduduk lunglai sambil menonton induk angsa dengan anak-anaknya bersenang-senang. Dia marah karena Zee seolah-olah membebankan kesalahan semalam padanya. Apalagi tanpa meninggalkan pesan apa-apa. 

Dalam keadaan kesal, Nunew kembali pada Fade. "Apa kau tahu tempat kunci mobil di rumah ini?"

"Memangnya kau mau ke mana?"

"Kemanapun aku mau."

"Master tidak membolehkanmu keluar dari sini."

"Memangnya dia siapa?" Emosi Nunew mulai tersulut, sampai Fade yang tidak tahu asal muasal kekesalannya menjadi korban.

Bite MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang