9. Tugas

373 49 6
                                    

"Bolehkah aku meminjam iPadmu?" seru Nunew di pintu kamar mandi.

Sebelumnya, Nunew mandi lebih dulu, lalu dilanjut Zee. Makanya dia harus mengeraskan suara agar Zee bisa mendengar suaranya di dalam sana. Nunew tidak tahu apakah ruang mandinya kedap suara atau tidak. Nunew harap tidak. Kalau iya, percuma saja dia teriak-teriak. Memikirkan membuka pintunya tanpa sepengetahuan Zee malah membuat otaknya membeku, karena dia tidak ingin melihat pemandangan Zee tanpa baju.

Selama otaknya berputar-putar, dia tidak sadar kalau gagang pintunya berputar, tanda sedang dibuka dari dalam. Saat tubuh Zee muncul di depannya, dia kaget bukan main. Hampir saja menjatuhkan iPad Zee.

"Tidak bisakah kau bersuara saat membuka pintu?" omel Nunew sambil memegang iPad di dada.

"Memangnya dari luar sini suara langkahku akan terdengar?" Zee menunjuk kakinya yang tanpa alas dan terlihat ... basah.

Reflek Nunew langsung mengarahkan pandangan ke atas. Matanya tertumbuk pada tubuh Zee yang hanya ditutupi handuk pada bagian bawahnya. Bagian atas hanya ada kulit dan air yang menetes. Nunew melotot saat pandangannya mengarah kembali ke otot-otot perut Zee. Model L-Men saja kalah jauh dari vampir di hadapannya itu.

"Suka?" goda Zee, mengembalikan fokus Nunew kembali ke wajahnya.

"Hah?" Wajahnya pasti sudah semerah tomat sekarang karena ketahuan menonton pertunjukkan secara langsung tubuh laki-laki berotot yang sangat diimpikan banyak pria di luar sana.

Zee menghela napas, tidak ingin lama-lama menggoda Nunew. "Apa yang kau bilang tadi sebelum aku membuka pintu?" katanya mengembalikan pembicaraan awal mereka.

"Oh, aku mau meminjam iPadmu," sahut Nunew berupaya kembali ke mode normal.

"Silakan saja."

"Tapi dikunci."

"Hadapkan sini!"

Nunew menghadapkan layar iPad ke wajah Zee. "Nonaktifkan kunci," kata Zee pada layar iPadnya. "Layarnya sudah terbuka, pakai saja semaumu," Zee beralih pada Nunew.

"Begitu saja? Tidak ada wanti-wanti tidak boleh membuka program sembarangan atau apa?"

"Kau juga tidak akan tahu."

"Hey, ingat, aku Programmer. Anak IT. Jangan meledekku."

"Terserah kau saja, aku mau lanjut mandi."

Ponsel Nunew sejak semalam mati, jadi sekarang ponselnya sedang diisi daya. Karena tidak ingin mengganggu ponselnya, dia memilih mencari perangkat lain untuk mengecek emailnya.

Saat membuka layar iPad yang tidak terkunci itu lagi, Nunew tidak menemukan program-program aneh di dalamnya. Entah karena memang sengaja disembunyikan atau bagaimana, dia tidak terlalu peduli. Dia hanya ingin mengecek email. Surat pengunduran dirinya yang mendadak pasti sudah dibuka oleh bos lamanya. Jadi kalau ada balasan dari bosnya, dia ingin tahu.

Ketika sudah berhasil membuka emailnya, pesan pertama yang dia lihat adalah pesan dari Prita, entah itu nama asli atau bukan tapi dia mengenalnya dengan sebutan nama itu.

Nunew tidak langsung membukanya. Dia teringat kata-kata Zee saat di ruang bawah tanah, bagaimana Prita mengakalinya sampai dia percaya sepenuhnya pada gadis itu. Jadi, daripada membuka email itu, dia memilih membuka email balasan dari bosnya yang berisi dengan kata "Oke" saja.

Nunew jadi berpikir tentang Prita lagi. Bagaimana dia bisa tidak tahu bahwa orang yang dikira dekat dengannya memiliki muka palsu? Bukannya dia sudah memiliki pengalaman melihat orang-orang palsu semenjak dirinya pindah-pindah rumah asuh? Orang tua asuhnya selalu menampakkan wajah ceria saat di hadapan pekerja sosial, seolah-olah menerima dirinya di rumah mereka, tapi setelah orang-orang itu pulang, wajah mereka langsung berubah. Kenapa Prita berbeda? Apa kedekatan mereka memang tulus atau saking berbakatnya menipu sampai tidak sadar? Tapi sekarang dia merasa tidak enak pada Zee. Kalau benar sejak semula tujuan Prita adalah X-SUN, sekarang dia malah membawa jalur langsung menuju X-SUN melalui dirinya. Seandainya dari awal dia tidak mengheboh-hebohkan kehilangan Prita dan menyangkutpautkan Prita dengan X-SUN, mungkin sekarang hidupnya akan kembali seperti semula. Kembali pada hidupnya yang tenang sebelum Prita hadir di hidupnya. Apakah dia menyesal mengenal Prita? Dia tidak tahu. Karena jujur saja Prita datang di kala dia memang membutuhkan teman. Sekarang, semuanya tampak palsu setelah diingat kembali.

Bite MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang