5. Sarang

336 50 2
                                    

Suara kendaraan berlalu lalang di bawah apartemen Nunew sudah ramai di pagi hari. Hembusan angin musim gugur menembus jendelanya. Tubuh Nunew tetap berada di atas tempat tidur, sulit sekali beranjak setelah memikirkan keputusannnya meminta bantuan Zee, si penguasa seperempat planet. Belum 24 jam, tapi dia sudah menyesali keputusannya yang muncul akibat putus asa.

Janji temunya masih 2 jam lagi, tapi perut dan kepalanya sudak diobok-obok dari semalam. Dia tidak terlalu memikirkan tesnya, karena dia yakin lolos. Yang dia pikirkan malah kebersamaannya dengan Zee. Ketakutannya bukan sekadar karena Zee vampir. Namun setiap dekat dengan vampir itu jantungnya selalu berpacu lebih cepat dari biasanya. Dia bisa saja menyalahkan serangan paniknya akan hal itu. Namun dia bisa merasakan bukan itu yang terjadi.

Sebelum Uber (Sejenis Grab) menjemputnya, Nunew memakai kemeja putih dan jas hitam yang terakhir kali dia  pakai saat lulus dari kampus. Tak lupa dasi bergaris-garis biru hadiah terakhir dari Prita dan sepatu resmi satu-satunya membalut kakinya dengan sempurna.

Di dalam Uber, dia berkali-kali melihat goresan tulisan tangan Zee yang berisi alamat. Nunew mengira alamat itu akan menunjukkan anak perusahaan Zee yang lain. Namun saat dirinya memasuki hutan tak jauh dari jalan raya, dia mulai tidak yakin. Dirinya semakin skeptis saat Uber itu berhenti  di depan pintu gerbang yang menjulang tinggi seperti berada dalam cerita-cerita fiksi kerajaan.

Nunew masih dalam keadaan trans saat dirinya berdiri di depan gerbang tanpa menyentuh apapun. Dari gerbang itu dia hanya bisa melihat jalan dengan garis lurus, lalu membelok. Tidak ada apa-apa di penghujung jalan. Di samping kanan kiri jalan terdapat pohon-pohon menjulang tinggi yang umurnya melebihi umurnya sendiri. 

Setelah menelan ludah dengan susah payah, dia menekan tombol di pinggir pintu gerbang.  

Sebuah suara mengalun lembut dari pengeras suara di atas tombol. "Mencari siapa?"

Mata Nunew mulai jelalatan. Dia bisa melihat ada dua CCTV dari atas gerbang dan beberapa lagi mungkin di pepohonon dekat sana. "Saya ada janji temu dengan Mr. Panich."

"Sebutkan nama, please!"

"Nunew."

Gerbang terbuka secara otomatis. "Anda bisa menyusuri jalan sekarang," kata suara itu lalu menghilang.

Jalan selebar 5 meter itu Nunew kira akan panjang sekali. Namun saat berbelok, dia langsung bisa melihat rumah 3 lantai itu tepat di depan matanya. Bukan hanya rumah itu yang berdiri kokoh di sana. Tapi di beberaoa tempat ada rumah-rumah lain yang lebih kecil dengan arsitektur yang berbeda. Nunew merasa sedang berada di dunia lain. Selain rumah-rumah cantik nan elegan itu, dia juga bisa melihat danau di bagian belakang rumah. Dia mengira dirinya sedang berada di Eropa karena pemandangan itu tidak seperti New York pada  umumnya. Arsitektur rumahnya yang mengusung tema modern tampak kontras dnegan sekelilingnya. Dia bisa menebak tidak sedang berada di anak perusahaan Zee, namun diarahkan langsung ke kediaman si Vampir. 

"Selamat datang, Mr. Chawarin," sapa seseorang dari sampingnya, mengejutkan Nunew. Dia berharap melihat pintu terbuka, dan ada yang keluar dari sana, bukan dikejutkan seperti ini.

Akhirnya setelah jantungnya tenang akibat kejutan tadi, dia bisa merasakan ada banyak mata yang sedang mengawasinya sekarang. Nunew menatap sekeliling. Benar saja. Banyak kamera otomatis di mana-mana. Sekarang kamera-kamera itu sedang mengarah padanya. Dia merasa sedang dijadikan korban penelitian ketika kamera-kamera itu menyorot penuh penantian untuk melihat tingkahnya.

"Saya Fade, kepala rumah tangga Mr. Panich. Anda sudah ditunggu di dalam." 

Dia tahu Fade vampir. Fade juga terlihat tidak terlalu tua sebagai kepala rumah tangga Zee. Kalau melihat wajahnya, dia bisa menebak Fade berada di pertengahan 30-an saat menjadi vampir.

Bite MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang