6. Gelap

362 50 15
                                    

Ketika suara langkah mendekati posisinya, dia tidak perlu menebak siapa yang datang. Benar saja, tatapannya tertumbuk pada Zee yang berjalan ke arahnya layaknya malaikat maut. Ekspresinya tidak bisa ditebak. Jadi dia tidak akan berani menyapa Zee lebih dulu.

"Kau sudah selesai?" tukas Zee sambil meletakkan tangannya di belakang kursi Nunew.

"Hmm," sahut Nunew.

"Sudah siap?" Nunew mengangguk. "Ayo ikut aku."

Nunew mengekori Zee. Dari sisi Nunew, dia bisa menghidu aroma parfum mahal Zee bercampur dengan aroma tubuhnya sendiri. Kalau dia tidak fokus, kemungkinan dia akan menempelkan hidung di punggung lebarnya seperti orang gila. Untungnya, otak Nunew masih berfungsi dengan baik untuk berpikir jernih.

Mereka melewati lorong-lorong dengan cahaya temaram. Setelah beberapa saat, Zee meraba-raba dinding, kilatan warna biru menunjukkan ada pintu lain di baliknya. Nunew tidak tahu apakah Zee menggunakan kode tertentu atau hanya menggunakan telapak tangannya  untuk membuka pintu itu. Karena terhalang tubuh Zee, dia tidak bisa melihatnya.

Sebuah pintu tiba-tiba terbuka di depan mereka. Di balik pintu itu hanya ada kegelapan. Nunew tanpa sadar mundur satu langkah, tak yakin ingin masuk ke dalam sana. Sayangnya pikiran itu hanya ada dalam otaknya, sedangkan otak Zee tak sinkron dengannya.

"Hati-hati di sana gelap, kita akan melewati tangga menurun. Pegangan padaku," kata Zee sambil mengulurkan tangan. 

Nunew hanya memandang tangan Zee tanpa berkutik. Mungkin Zee tidak tahan lagi dengan diamnya Nunew, makanya dia langsung menggenggam tangan Nunew dan menariknya ke dalam ruang gelap itu. Setelah mereka di dalam, pintu tak kasat mata di  belakang merega berdebum pelan. 

"Ruangan ini memang tidak diciptakan untuk manusia. Jadi dari mata manusia mungkin ini terlihat gelap. Tapi bagi kami, ruangan ini hanya remang-remang belaka," jelas Zee. "Kalau kau nanti akan bekerja untukku, mungkin aku harus memasang lampu agar kau bisa turun ke sini."

"Ruangan apa ini?" tukas Nunew dengan tangan kiri meraba-raba dinding kasar di sampingnya, sedangkan tangan kanannya digenggam erat oleh Zee. Gara-gara sentuhan itu otaknya sedikit konslet.

"Kau akan tahu sebentar lagi. Tapi tidak perlu takut, aku tidak membuang mayat di sini."

Nunew bergidik ngeri mendengarnya.

"Bercanda. Aku tidak pernah melakukan hal itu. Tapi sebelum kita sampai di bawah, aku ingin bilang kalau ada 2 vampir lagi di sana. Jadi persiapkan dirimu dikelilingi vampir."

Aroma ruang bawah tanah ini Nunew kira akan berbau apek, lembab, atau bakalan seperti bebatuan lapuk, tapi ternyata tidak. Aroma di bawah sini sama dengan ruang atas, aroma lembut dan segar seperti berada di tengah-tengah hutan pinus dengan bunga-bunga  yang bermekaran.

Sesampaiinya di bawah, mereka disambut dengan luapan cahaya biru dari banyaknya teknologi canggih yang dimiliki Zee. Nunew sampai melupakan ketakutakannya akan gelap ketika melihatnya. Mulutnya hanya menganga takjub dengan apa yang ada di depannya. Nunew sudah pernah melihat divisi digital perusahaan X-SUN melalui video yang ditampilkan Zee saat menjadi pembicara di kampusnya. Hanya saja yang ini lebih canggih lagi. 

"Suka dengan apa yang kau lihat?" tanya Zee.

"Heem," sahutnya antusias.

Mereka berjalan semakin jauh sampai langkah Zee berhenti di tengah-tengah lingkaran yang dikelilingi layar berbentuk transparan. Di sana banyak partikel-partikel kecil melayang-layang berisi banyak macam data yang terkomputerisasi. Zee melambaikan tangan sekali, membuat partikel-pertikel itu seketika menghilang. Di balik itu, Nunew menemukan Moon, Fade dan 2 vampir lainnya sedang menunggu mereka.

Bite MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang