Keputusan Istri Sah

93 15 1
                                    

Bismillah~
Banyak part yang aku edit demi kedamaian nurani hehe. Semoga jalan ceritanya masih berkesan ya.
~~~

"Apa alasanmu ingin dipoligami?" Rifa menatap sinis gadis itu. Dimatanya ekspresi sombong Fania benar-benar membuatnya jengkel. Bagaimana bisa Hilman yang baik hati menikah dengan perempuan seperti ini? Aku harus menyelamatkannya! Kehaluan Rifa makin menjadi, kini dia menempatkan diri di posisi heroine yang harus menyelamatkan tokoh utama lelaki dari villain. Sungguh gila sekali.

"Karena Hilman mencintaiku. Dan aku membutuhkan dia. Aku harus menyelamatkan dia dari pernikahan mainan kalian!"

Dua gadis muda itu saling pandang, Fania menghela napas dan terkekeh pelan, sedang Ghania menutup mukanya karena malu dan menggeleng kepala tak habis pikir atas ucapan Rifa.

Fania mengentikan tawa sumbangnya dan menarik napas dalam. Sepertinya tidak ada cara baik-baik untuk memghadapi gadis gila ini. Obsesinya kepada Hilman semakin mengerikan. Dia harus segera menghentikan itu.

Fania berdiri dari kursi lalu menatap Rifa lekat-lekat, "Hidup ini tidak hanya berpusat di kamu saja, Rifa. Dan syariat poligami diturunkan bukan hanya untuk membahagiakan kamu. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan hingga poligami itu menjadi solusi yang berkah. Termasuk kesiapan aku sebagai istri sah Mas Hilman saat ini."

Gadis itu mengambil beberapa lembar uang kertas dari dalam dompet dan meletakkannya tepat di atas bill, "Dan aku belum siap, tak.akan.pernah.siap, menjadikan kamu sebagai adik maduku. Semoga kamu cepat bertaubat dan menemukan kebahagiaanmu sendiri. Assalamu'alaikum." Dia pergi meninggalkan Ghania dan Rifa yang mematung seperti sedang mencerna rentetan kalimat yang Fania lontarkan. Di satu sisi, Ghania ingin menyusul Fania, tapi di sisi lain dia tidak tega melihat raut wajah Rifa yang terkejut, sedih dan juga.. marah?

"Fa.." Panggil Ghania lembut.

Rifa menghapus air matanya, "Apa?! Kamu mau ngatain aku perempuan murahan juga?"

Ghania mengernyit, apa? "Tidak ada yang bilang kamu perempuan murahan, Rifa. Fania hanya..."

"Jangan bela perempuan itu di depanku! Pergi! Mulai sekarang kamu bukan sahabatku lagi!"

Ghania pergi meninggalkan Rifa dengan dada sesak, tak disangka niat baiknya menyadarkan Rifa yang dia sayang menjadi sia-sia. "Jaga dirimu baik-baik, Fa. Selamat tinggal."

Rifa masih membeku di kursinya. Pikirannya masih kusut, hatinya masih dibelenggu amarah pada Fania.  Kalau aku tak bisa memiliki Hilman, maka orang lain juga tidak boleh!

Tiba-tiba cairan dingin mengguyur dari atas kepala. Rifa menengadah dan mendapati dua orang wanita di hadapannya, "Hey! Apa yang kalian lakukan?" Rifa beranjak dari kursi saat sadar salah satu dari mereka menyiraminya air es.

"Wah ternyata cantik juga. Hai kakak cantik, hiduplah seperti wanita cantik dan bermartabat," perempuan itu mendekati Rifa dan berbisik, "Ini baru kusiram air, kalau kakak mengganggu rumah tangga temanku lagi, aku bisa saja membuat hidup kakak tidak tenang selamanya." Perempuan itu tersenyum manis, "Ah, kakak kan kaya jadi aku tak perlu menawari biaya laundri ya." Kemudian melenggang pergi meninggalkan Rifa yang masih melantunkan sumpah serapah.

Tak lama seorang pelayanan wanita lewat dan melempar sepucuk surat ke hadapan Rifa.
Aku bisa membantumu mendapatkan yang kau inginkan. Datang ke XX besok malam.

Rifa nengerutkan kening, mendapatkan yang aku inginkan? Siapa ini? Di menerka-nerka namun tak menemukan siapa orang di balik surat ini. Dia melempar surat itu ke dalam tas dan melenggang pergi.

***
"Kamu jadi jumpa Rifa tadi, Yang?"

Fania mengangguk, "Mas penasaran sama hasilnya, ya?"

"Iya, soalnya ini juga menyangkut aku. Khawatir juga tiba-tiba kamu mau dimadu tanpa mau tahu kalau aku masih belum mampu."

Reasons Why We Should Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang