Prioritas

214 29 10
                                    

Bismillah~~
Guys, maaf yah. Akhir-akhir ini aku kurang sehat. Ini juga masih flu dan kepala berat banget. Makanya tadi nggak sengaja sempat tekan publish padahal draftnya belum selesai 😭 Tapi beberapa hari ini banyak yang notis karya isengku ini jadinya bikin semangat. Benar ya, apresiasi dari orang lain tuh bikin kita kayak punya energi lebih buat berkarya. Hiyahiya.

Eh btw ada yang tau collab H&C terbaru Karina dkk? Penumpang Bluesy jangan pada potek ya wkwk. Ingat, ini cuma kehaluan kita aja, jangan sampai bawa-bawa ke real life. Aku senang banget dengan ke-cegil-annya Rina. Kayak seru gitu anaknya nggak monoton yekan. Mungkin dia sedang dalam misi mematahkan interaksi canggung antar idol cewek cowok. Yay semangat mbak bluu 🤣

~~~~

"Saya melihat di ujung jalan sana beberapa orang mencurigakan sedang mondar-mandir hampir sertiap malam. Saya rasa itu salah satu suruhan orang yang mengincar nyonya Fania."

Bayu dan Ilham mengikuti arah pandang Khabib. Letaknya memang masih jauh dari rumah Fania, ada kemungkinan mereka belum tahu persis mana rumah yang mereka incar. "Sepertinya kita harus memperluas jarak penjagaan, Yu. Apa kita perlu menambah personil untuk dikirim kemari?" Saran Ilham.

Bayu menggeleng, "Saat ini kita harus menjaga Fania dengan tim sepadat mungkin. Selain membuat dia tak nyaman, feelingku juga mengatakan ada seseorang dalam BA yang membocorkan keberadaan Fania di sini."

"Kalau gitu kita panggil Thariq dan Wawan saja. Mereka handal dalam memata-matai musuh. Kita bisa lebih dulu melacak lokasi dan memetakan pergerakan mereka."

Bayu mengangkat sebelah tangannya ke dagu dan menimbang saran Ilham, "Akan coba aku sampaikan, tapi mungkin tidak dalam waktu dekat. Karena mereka masih menjalankan misi di Jepang. Sekarang kita tidak bisa mengharapkan orang yang tidak ada di sini. Mulai nanti malam kita akan berpencar untuk memblokir semua tindakan mereka. Jangan sampai laporan tentang keberadaan Fania sampai ke bos besar mereka."

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, Hilman memperhatikan gerak-gerik ketiga pria itu dengan tatapan menyelidik. Salah satu dari mereka tidak Hilman kenali tapi wajahnya sangat familiar.

"Kamu liatin apa, kak?" Fania menggandeng tangan suaminya sambil melihat keluar jendela yang buru-buru Hilman tutup gordennya.

"Aku hanya melihat apa cuaca hari ini cukup bagus untuk kencan." Jawabnya asal yang disambut decihan gadis itu.

Hilman melingkarkan lengannya di tubuh Fania dan mencuri satu ciuman dari bibir istrinya. Sejak diizinkan mencium Fania, Hilman selalu berusaha mengambil kesempatan untuk mencumbunya. Fania pun sudah amat sangat terbiasa dengan suami yang maniak ciuman. Yah mau gimana, cuma itu saja tahta tertinggi haknya yang bisa Hilman dapatkan sekarang. Jadi dia akan memanfaatkannya semaksimal mungkin.

"Bisa nggak kita pelukan biasa aja gitu, yang romantis. Aku pengen gelendotan ajaa. Kamu malah main cium-cium terus." Fania benar-benar tidak bisa bermanja dengan Hilman karena lelaki itu akan langsung 'menerkam' dengan cumbuan-cumbuan panas.

"Nggak bisa, Sayang. Kalau kamu nempel gitu aku bakal langsung kepengen, masih syukur aku bisa tahan dan cuma minta cium aja."

"Utututu sabar banget suami aku." Dia memeluk dan mengusap punggung Hilman.

Setelah beberapa saat lelaki itu merenggakan pelukannya dan menatap Fania, "Karena hari ini mendung, gimana kalau kita kencannya di rumah aja? Nonton sambil nyemil dan minum minuman hangat?"

Fania mengangguk sumringah, "Setuju! Aku siapin minumannya, kamu ambil cemilan ya." Mereka bergandengan menuju dapur.

Di tengah suasana mesra ponsel Hilman berbunyi dan nama Syarifa muncul di layar. Fania sempat melihat sekilas nama asing itu. Seperti nama perempuan.

Reasons Why We Should Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang