Malam Kedua ❤️

320 28 6
                                    

Bismillah~
Guys, lagi heboh para idol promosiin brand yang prozion nih. Aku nggak tau apakah aesdream termasuk salah satunya atau nggak. Tapi sebagai bentuk supportku ke Palestina wicis korban genocide, aku nggak nyempilin lagi foto mereka di bab-bab selanjutnya yaa.

Semoga kalian bisa menikmati cerita ini dengan nyaman di sela-sela kejenuhan dunia ❤️

Ps. Jangan lupa kirim doa dan bantuan untuk saudara kita di Palestina ❤️❤️

~~~

Sore ini hujan mengguyur kota Istanbul. Orang berbondong-bondong menepi, ada yang menunggu reda di pinggir jalan, tak sedikit pula yang memilih masuk ke sembarang cafe untuk sekedar mencari minuman hangat.

Gadis itu mengamati hiruk pikuk dari balik jendela besar yang berada di sebelahnya. Kedua tangan menangkup cangkir kopi yang kadang ia sesap guna menghilangkan rasa dingin atau mungkin kegundahan hati?

Dia menatap layar ponsel yang menampilkan ruang chatnya dengan seseorang. Maaf dan semoga Allah selalu menyertaimu. Pesan terakhir seorang lelaki yang membuatnya galau setengah mati.

"Rifa, udah lama?" Seseorang menyentuh pundaknya. Dia tersenyum, sedikit kegelisahannya menguap saat melihat kehadiran sahabat baiknya.

"Aku baru aja sampai. Rezan mana?"

"Kan ini girl's talk. Jadi... ada hal penting apa?" Ghania tak bisa menyembunyikan expresi canggungnya. Tentu saja, mereka terakhir kali berjumpa saat makan siang berempat dengan Hilman dan Rezan yang diakhiri oleh sedikit insiden kecil. Memang setelah itu Rifa mengirimnya pesan panjang lebar yang intinya gadis itu tidak bisa melepaskan Hilman begitu saja. Dia yakin Hilman terpaksa menikahi Fania karena suatu alasan dan masih menyimpan perasaan padanya.

Kesal melihat kebebalan sahabatnya itu, Ghania memutuskan untuk mengabaikannya sampai hari ini.

"Kamu masih marah sama aku, ya?" tanya Rifa dengan wajah polosnya.

Ghania berulang kali beristighfar di dalam hati. Ini cewek polos atau bego sih? "Menurut kamu, siapa yang nggak marah rumah tangga sahabatnya diganggu sama pelakor?"

Rifa mengerutkan alisnya, "Sahabat?"

"Ah, itulah akibatnya karena kamu terlalu fokus mengejar materi dan nggak sempat ikut kegiatan Muslim Community lagi. Fania dan teman-temannya join komunitas kita lalu kami berteman akrab sampai sekarang." Ghania menutup buku menu di hadapannya dan memanggil seorang waiter.

"Oh, jadi ini alasannya kamu mudah banget ngebuang aku karena udah punya sahabat baru?" Suara Rifa sedikit meninggi. Dia kesal sekaligus cemburu. Fania..gadis itu benar-benar pencuri. Setelah merampas Hilman, kini mengambil Ghania dari hidupnya.

Perdebatan mereka dihentikan oleh kedatangan waiter. Setelah mengucapkan pesanan, Ghania melanjutkan argumennya, "Aku bukan ngebuang kamu, tapi kamu sendiri yang menjauh dari kami."

"Sekarang kamu mau melimpahkan kesalahan sama aku?"

Ghania menghela napas. Ini tidak akan berhasil, Rifa adalah tipikal gadis manja kaya raya yang egois dan tidak mau kalah dalam hal apapun. Termasuk berdebat dengan sahabatnya. "Okay, aku minta maaf. Makanya sekarang aku hadir kemari karena mau memperbaiki persahabatan kita. Kamu nggak mau kita berantem terus, kan?"

Hawa panas di sekeliling Rifa perlahan meredup. Dia menyesap kopinya sebelum melanjutkan, "Hilman putusin aku."

"What? Maksud kamu? Diputusin gimana, emang kalian pacaran?"

"Bukan, dia mutusin persahabatan kami. Dia bilang nggak mau menyakiti istrinya." Rifa tersenyum sinis, "Jahat banget nggak sih? Aku yang lebih dulu kenal Hilman, dia tiba-tiba datang dan seenaknya nyuruh kami untuk putus hubungan."

Reasons Why We Should Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang