Calon Suami

215 28 1
                                    

Brak!

"Siapa yang mengajarimu bersikap kurang ajar seperti itu, Bayu? Ucapkan salam dan ketuk pintu sebelum masuk," Dimas menegur anaknya sambil tetap memandangi layar iPad yang menampilkan isu-isu politik negara.

"Kenapa tidak beritahu aku kalau Fania akan menikah?" kentara sekali suaranya bergetar menahan amarah.

"Memangnya apa yang mau kamu lakukan? Menerobos kediaman Billard lalu meminta mereka memilihmu? Ayah sudah katakan dengan jelas dimana posisimu kan, Nak? Sama seperti ayah, keluarga kita berada di urutan kedua, sadarlah."

Benar, keluarga Argantara selalu berada di urutan kedua bagi Billard. Seperti Dimas yang saat ini menjabat sebagai Jendral tidak lain karena Ameer Abdullah yang mengundurkan diri dari posisinya. Begitupula dengan urutan menjadi calon suami Fania.

Sejak musibah yang dialami Fania dulu, tiga sekawan itu sudah berembuk membahas ragam rencana karena musuh yang mereka hadapi adalah keluarga Hiraishi yang sangat berbahaya.

Termasuk siapa yang akan melindungi dan menjadi suami Fania. Sejak awal Maya -istri Ameer menentang keras anaknya menjadi bagian dari Badr Army. Bahkan keputusan Ameer hengkang dari BA pun karena permintaannya. Bukan tanpa sebab, percayalah dulu Maya juga salah satu otak siasat BA. Namun kejadian tragis menimpa Ameer yang membuatnya koma 3 bulan dan nyaris meninggalkan Maya yang saat itu berstatus tunangannya. Karena trauma itulah Maya dan Ameer memilih keluar dari BA dan membesarkan anaknya dengan normal.

Ameer menyerahkan posisinya kepada sahabat karib mereka, Dimas Argantara, mempercayakan BA dan Billard padanya. Namun posisi keluarga Abdullah yang sudah bersahabat sejak lama tidak bisa disingkirkan, tetap calon utama suami Fania adalah anak Ameer, Hilman, baru kemudian anaknya, Bayu Argantara.

Dulu saat ayahnya cerita soal masalah yang Fania dan keluarganya hadapi, Bayu bertekad akan melindungi Fania karena sebagai anak tunggal dia sudah menganggap Hamas dan Fania adalah saudaranya sendiri. Tapi seiring menjalankan tugas sebagai pengawal pribadi Fania, memperhatikan setiap gerak geriknya, Bayu jadi menaruh hati pada gadis itu.

"Ayah, apa... apa... lelaki itu menerima perjodohan ini?" tanya Bayu penuh harap agar kesempatan baik berpihak padanya.

Dimas menatap sendu anaknya kemudian mengangguk pelan, "Mereka akan melaksanakan lamaran minggu depan."

Tanpa sepatah kata, Bayu keluar dari ruang kerja Dimas. Matanya basah, hatinya sakit. Sejak lama dia memendam perasaannya pada Fania, menunggu waktu yang tepat untuk meminang gadis itu. Tapi ternyata sejak awal memang dia tak ada kesempatan. Fania bukan jodohnya.

***

Seminggu menjelang lamaran, Fania merasa sangat gugup. Hampir setiap hari dia mengurung diri di kamar sambil tilawah untuk menenangkan hatinya. Ini adalah keputusan yang amat besar bagi hidupnya di dunia dan akhirat. Seorang laki-laki yang dikenal bersifat baik akan datang melamarnya.

Bagaimana jika ternyata lelaki itu tidak cukup baik? Atau apa yang harus dia lakukan jika lelaki itu tidak menyukainya? Dia menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan keras untuk menghilangkan segala kekhawatiran yang menghampirinya. Bismillah. Jika memang mereka berjodoh, insya Allah proses yang mereka lewati akan lancar.

Sudah berlalu beberapa hari sejak Hilman mengiriminya DM. Ternyata 'berkenalan' yang dimaksud adalah dengan mengajukan ragam pertanyaan kepada Fania. Ada sekitar tujuh poin yang ditanyakan kepada gadis itu yang diduga sebagai syarat untuk melihat apakah dirinya cocok menjadi istri atau tidak.

Karena tidak ingin mengalah, Fania juga mengajukan beberapa pertanyaan terkait agama, keluarga, kesehatan dan finansial. Pada bab terakhir itu Fania merasa sedikit tidak enak karena sepertinya Hilman agak tersinggung.

Reasons Why We Should Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang