Baikan ala Pasutri ❤️

275 25 2
                                    

Di sinilah mereka sekarang. Duduk di sofa yang berada tidak jauh dari tempat tidur Fania. Sejak tiba di mansion ini, Fania memang memutuskan untuk pisah kamar dengan alasan ingin menenangkan diri. Kalau dipikir-pikir mana ada istri menenangkan diri setelah aksi penculikan dengan menjauhi suami? Normalnya pasti nempel karena merasa ingin dilindungi.

Tapi keluarga mereka tidak memberi komentar apapun, barangkali belajar untuk tidak terlalu ikut campur urusan rumah tangga anaknya. Yah, lambat laun bukan hanya Fania yang beranjak dewasa, keluarga overprotectivenya juga.

Mereka berdua saling menunduk dalam diam, mencari cara untuk mengawali percakapan. "Kakak mau minum apa?" Tanya Fania ragu-ragu tapi mampu memecah keheningan di antara mereka.

"Mas mau minuman hangat yang biasa kamu buat."

Kak dan Mas. Dua panggilan dengan nuansa yang sangat berbeda. Fania kekeh belum berani mengubah panggilan dan Hilman bersikeras memanggil dirinya seperti itu agar Fania terbiasa. Dari panggilan saja mereka sudah tidak sejalan, apa rumah tangga mereka bisa bertahan dari badai di masa depan?

Fania beranjak menuju mini bar yang ada di dalam kamar, dia mulai meracik minuman herbal kesukaan Hilman. Bubuk jahe, kayu manis, sereh ditambah sedikit perasan jeruk nipis dan madu. Sangat nikmat kalau diminum dalam keadaan hangat.

Fania meletakkan cangkir di atas meja lalu kembali duduk di sebelah suaminya. Ingat, mereka masih pasutri walau pernikahan ini sepertinya berada di ujung tanduk.

Hilman menyesap minuman buatan Fania, kehangatan langsung menyebar ke seluruh tubuh memberikan efek tenang dan damai. Dia rindu rasa ini, dia rindu istrinya.

"Dek, Mas minta maaf udah menyakiti kamu. Mas sadar kalau tindakan mas kemarin itu salah."

Fania menatap suaminya lekat-lekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Fania menatap suaminya lekat-lekat. Masya Allah, dua hari nggak ditatap istri hamba kenapa makin cantik ya Allah.

Gadis itu bersuara, "Sebelum itu, boleh aku tanya sesuatu?" Hilman mengangguk, "Gimana perasaan kakak sama Rifa sekarang?"

Ditembak dengan pertanyaan begitu membuat Hilman tiba-tiba lupa bernapas. Sambil menghela berat, dia mencoba maklum bahwa memang beginilah karakter wanita.

"Sejak merantau kemari sahabat dekat Mas cuma Rezan, Ghania dan Rifa karena kebetulan jurusan dan kampung halaman kami sama. Bahkan saat di Indonesia juga mas nggak punya teman dekat perempuan selama kuliah. Entah gimana awalnya, dia yang terlihat rapuh membuat Mas merasa ingin terus membantu dan melindungi." Hilman tekekeh menertawai kebodohannya. "Mungkin mas tipe lelaki yang suka dengan wanita yang bergantung sama mas?"

Fania tersenyum kecut, "Lanjutkan."

"Sampai mas melamarnya dan dia menolak. Mas tidak tahu pasti alasannya apa. Tapi menurut Rezan dan Ghania, karena level finansial mas jauh di bawah keluarga Rifa."

Fania tidak terlalu kaget karena cerita ini sudah dia dengar langsung dari Ghania, "Lalu kakak setuju menikahiku sebagai pelarian?"

"Tidak! Mas awalnya juga menolak karena saat itu sedang patah hati dan ingin fokus mengembangkan karir. Tapi abah dan umi terus memaksa. Setelah istikharah panjang, mas menyimpulkan bahwa kamu adalah jawaban Allah sebagai penawar luka hati mas saat itu."

Reasons Why We Should Get MarriedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang