Nalendra Ajuna Sadani, atau yang kerap dipanggil Juna merupakan seorang anak tunggal dari pasangan kaya. Sedari kecil, Juna hidup dengan harta berkecukupan serta kasih sayang yang melimpah dari kedua orang tuanya. Walaupun sering sibuk dengan dunia karir, mereka memegang teguh prinsip untuk tidak pernah membiarkan anaknya merasakan kurangnya kasih sayang.
Mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tua rupanya tak cukup. Juna kecil kerap kali merasa kesepian. Tinggal di perumahan elit yang ketat akan penjagaan, membuat Juna sulit untuk mendapatkan teman sebaya.
"Juna sering iri sama temen-temen di sekolah. Mereka selalu aja cerita tentang adik atau kakak mereka yang suka usil. Juna juga mau, Ma."
Satu tahun setelah permintaan itu Juna sampaikan, ibunya dinyatakan positif hamil saat Juna menginjak usia 8 tahun. Berita membahagiakan itu disampaikan padanya melalui telepon. Juna tentu merasa sangat bahagia dan antusias menunggu kepulangan kedua orang tuanya dari rumah sakit.
"Hati-hati, ya, Ma, Pa!"
"Iya, sayang. Kamu mau nitip sesuatu gak?"
"Aku mau es krim!"
"Siap! Ntar Mama beliin. Gak boleh nakal sama bibi, ya."
Sayang, seribu sayang. Saat berada di persimpangan jalan, sebuah truk muatan yang sedang membawa batu bata menerobos lampu merah. Menyebabkan tabrakan beruntun antara mobil orang tua Juna, truk, dan beberapa pengendara lainnya. Dari hasil penyelidikan, sopir truk ternyata mengonsumsi alkohol dan tetap nekat menyetir dalam keadaan mabuk. Kecelakaan itu merenggut semua sumber kebahagiaan Juna. Ayah, ibu, dan calon adiknya.
Tak hanya sampai di situ, karena meninggalnya sang ayah, pihak perusahaan terpaksa mengambil kembali semua aset perusahaan, termasuk rumah dan mobil. Hak asuh Juna kemudian jatuh ke tangan sang paman dari pihak ibunya. Setelah beranjak dewasa, Juna memutuskan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab sang paman. Meski demikian, pamannya masih sering mengirim uang bulanan untuk Juna.
"Sial."
Masih pagi, namun Biru sudah melontarkan umpatan. Hal tersebut dikarenakan dirinya kembali terbangun dalam keadaan yang sama dengan malam tadi. Permohonannya sama sekali tak terkabulkan.
Biru mulai merasa lelah 'hidup' sebagai Juna. Padahal jika dihitung, baru 2 hari Biru menempati raga ini. Namun, rasanya sangatlah sesak. Biru seperti tak mendapatkan kebebasan dalam menjalani keseharian. Apalagi kalau bukan karena teror dari fans Juna?
Biru kembali dibuat terpaku ketika melihat lockscreen ponsel Juna. Foto yang diambil ketika Juna bersama kedua orang tuanya tengah berlibur bersama ke pantai. Sedari dulu, Juna sama sekali tak pernah mengganti lockscreen-nya itu.
Apalagi setelah mengecek ponsel milik Juna. Banyak telepon, pesan, dan direct message dari orang asing. Beberapa dari mereka menanyakan alasan dibalik kolom komentar yang di-nonaktifkan, bahkan ada yang juga menanyakan kapan Juna akan meng-upload postingan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Realize: Exchange | TXT
Fanfic[END] Terlahir dalam keluarga yang kacau membuat Biru menilai jika kehidupan Sekala, Juna, Tara, dan Hesa selalu diwarnai dengan kebahagiaan. Dengan kata lain, Biru menganggap kehidupan mereka sangatlah sempurna. Meskipun menjalin tali persahabatan...