20. Kurang Memuaskan

225 44 0
                                    

"Atas dasar apa gue nolongin lo? Apa gue bakalan dapet untung kalo nolongin lo, Sabiru Dariel Gentala?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Atas dasar apa gue nolongin lo? Apa gue bakalan dapet untung kalo nolongin lo, Sabiru Dariel Gentala?"

Biru tersentak saat Zafran tau jika ia, lah, yang berada dalam raga Tara. Sebenarnya hal ini tak seharusnya menjadi sebuah keterkejutan bagi Biru. Sebab dulu semasa keduanya berada dalam sekolah menengah pertama yang sama, Biru sering kali mendengar desas-desus jika Zafran suka berteriak dan berbicara sendirian.

Biru masih ingat dengan jelas, ada satu kasus besar yang sempat menyeret nama Zafran waktu itu. Zafran pernah melarang keras salah satu teman sekelasnya─Bagas─untuk pulang menaiki taksi karena akan terjadi kecelakaan beruntun.

"Bagas, lo jangan pulang naik taksi hari ini. Ada kecelakaan beruntun nanti. Lo, bakalan mati!"

"Apa, sih? Dasar anak aneh."

"Please, turutin gue kalo lo mau selamat."

Sayangnya, Zafran tak berhasil menghentikan temannya itu. Anak-anak lain yang menyaksikan kejadian itu semakin yakin jika Zafran memanglah anak yang aneh. Bahkan, cenderung gila.

Namun, tak ada yang menyangka bila larangan yang Zafran sampaikan itu akan menjadi sebuah kenyataan. Beberapa mobil serta taksi yang ditumpangi oleh Bagas ditabrak oleh truk berkecepatan tinggi hingga menyebabkan kecelakaan beruntun. Dan kabar buruk datang menghampiri mereka, Bagas dinyatakan meninggal dunia saat perjalanan menuju rumah sakit.

Sejak hari itu, Zafran semakin dijauhi, semakin dikucilkan, bahkan sering dicap sebagai 'pembawa sial', 'penyihir', dan masih banyak lagi. Semua perlakuan teman-temannya serta julukan yang tersematkan padanya hingga bertahun-tahun itu membuat Zafran tak pernah memiliki seorang teman. Bahkan, sampai sekarang.

"Lo..., tau?!"

"Jelas. Hawa lo yang paling beda di sini," jawab Zafran enteng.

"Itu semua juga karena tubuh temen lo yang lagi sakit," bisiknya.

Oke, katakan, lah, jika sekarang Juna dan Sekala bertambah takut pada Zafran. Bagaimana tidak? Dengan kemampuannya itu, Zafran memang terkesan seperti seorang penyihir. Apalagi setelah teringat kasus Bagas yang menggemparkan sewaktu sekolah menengah pertama dulu, siapa yang tak akan merasa merinding hingga bulu kuduknya berdiri?!

"Jadi, lo bisa bantuin gue?" tanya Biru, sedikit berharap.

Zafran menyenderkan punggungnya, menimang kembali permintaan Biru. "Jawab dulu pertanyaan gue tadi."

Seketika Biru merasa jengkel. Sifat Zafran dari dulu tak pernah berubah. Jika saja bukan karena Zafran mungkin bisa membantu dirinya, Biru tak akan sudi bertemu dengan anak itu. "Emang gak ada untungnya buat lo. Tapi, anggap aja atas dasar persauda──. Eh, maksud gue, atas dasar kemanusiaan."

"Ada untungnya buat lo, kok, Zaf." Ketiganya menoleh bersamaan ke arah asal suara.

"Setidaknya lo bisa bermanfaat buat saudara lo yang lagi kesusahan. Itung-itung nambah pahala," sambung Juna.

[✓] Realize: Exchange | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang