15. Kehilangan

315 49 3
                                    

Biru menemukan Hesa dalam keadaan tubuh yang membiru, tergantung di atas plafon rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Biru menemukan Hesa dalam keadaan tubuh yang membiru, tergantung di atas plafon rumah.

Dengan panik, Biru dan Tara segera menelpon ambulans dan polisi. Melalui CCTV yang diperiksa, Renjana terlihat memarahi seluruh pegawai rumahnya. Lalu satu persatu dari mereka keluar dengan membawa tas. Termasuk Renjana sendiri. Sayangnya tak ada CCTV yang mengarah pada kamar Hesa. Tak adanya tanda-tanda pembobolan paksa dan harta yang menghilang membuat polisi mengecualikan motif pencurian. Jadi, untuk saat ini polisi masih belum tau pasti apa penyebab Hesa melakukan hal tersebut.

Rasanya dada Biru sekarang tengah dihimpit dengan kuat. Biru mencoba mencerna keadaan, ia sama sekali tak menyangka jika pertemuan di cafe kemarin, akan menjadi pertemuan terakhir ia dan Hesa. Apa Hesa bunuh diri karena terlalu merindukan sang ibu? Kini, Biru kembali merasa bersalah, mengapa dirinya harus terjebak dalam raga Hesa saat itu?

"Gak usah nyalahin diri sendiri, Ru. Gue yakin Hesa cuma kecewa, dia gak bakalan benci sama lo," ujar Tara berusaha menenangkan Biru yang sedari tadi kesulitan menghirup udara.

"Kita ke rumah sakit, ya? Lo kayaknya butuh oksigen. Biar ini jadi tugas polisi, kita tinggal tunggu update-annya."

Setelah merasa dirinya lebih baik setelah mendapatkan oksigen tambahan, Biru dan Tara kemudian melanjutkan rencana awalnya untuk datang menjenguk Juna.

"Gimana keadaan lo, Jun? Maaf baru bisa jenguk lo sekarang," ucap Tara.

Melihat berbagai macam buah-buahan yang Tara letakkan di atas meja membuat mata Juna seketika berbinar. "Santai, gue udah baik-baik aja, kok. Itu buah buat gue, 'kan? Buruan kupasin, gih."

"Kupas sendiri, lah," tolak Biru.

"Gue, 'kan, lagi sakit," ucap Juna mencari pembelaan.

Tara ikut bersuara, "Yang sakit perut lo! Bukan tangan lo!"

ᴘʟᴀᴋ

Pukulan renyah itu dilayangkan oleh Biru. Bersamaan dengan Juna yang mengangkat lengan kanannya. Memperlihatkan telapak tangannya yang juga sedang diperban.

"O-oh, tangan lo luka juga, ya?" Tara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya, udah. Gue kupasin, deh."

Sembari Juna melahap apel dan pir yang telah dikupaskan. Biru berkali-kali menyikut Tara, sebagai sinyal sebelum akhirnya Biru berbisik. Apakah ia harus memberitahukan Juna perihal Hesa atau tidak. Tara menolak dengan alasan takut jika Juna akan panik.

"Lo berdua kenapa, dah? Nyembunyiin sesuatu dari gue, ya? Ngaku!"

Suara Juna yang lumayan kuat membuat Biru sedikit tersentak. Matanya bergerak ke sana ke mari untuk mencari alasan. "Eh, nggak kok. Gue cuma ngasih tau Tara tentang Aglisia aja."

"Lah, emang Aglisia kenapa?" tanya Tara polos.

Biru menepuk dahinya, kenapa sahabatnya ini tak bisa diajak bekerja sama?!

[✓] Realize: Exchange | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang