Apa yang harus Biru lakukan sekarang? Serena meninggal di saat Hesa tak ada di sini. Jujur, Biru bimbang. Ingin rasanya ia melarikan diri ke tempat yang jauh. Namun jelas tindakan itu tak bisa ia lakukan. Kehadiran Hesa sangat dibutuhkan saat ini oleh keluarganya.
Sudah lebih dari satu jam Biru berada di perpustakaan kota. Mencoba menghindari pertemuan dengan banyak orang. Tangannya dengan cepat terus saja membolak-balikkan lembaran buku. Mencoba mencari tau tentang apa yang sebenarnya tengah menimpa dirinya.
Atau yang sekarang ia sebut dengan 'pertukaran jiwa'.
Nyatanya, tak ada satu pun buku yang menyinggung tentang hal itu secara tepat. Ia justru menemukan banyak buku yang menjelaskan tentang reinkarnasi¹ dan metempsikosis². Di mana keduanya menyinggung hal yang hampir sama, kehidupan setelah kematian.
Karena tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan, Biru akhirnya memberanikan diri untuk kembali ke rumah Hesa. Ternyata, sudah banyak mobil dan motor yang terparkir di halaman rumah.
"Hesa! Ke mana aja lo?! Gak ada satu pun telepon atau chat yang lo bales, lo gak tau seberapa khawatirnya kita sama kondisi lo?!" Melihat kedatangannya, Juna langsung menghampiri Biru dengan wajah panik.
Diamnya Biru lantas membuat Sekala menahan tubuh Juna. "Udah, Juna. Hesa lagi berduka."
"Ayo, masuk. Gak enak dilihat banyak orang," sahut Tara.
Sore hari itu juga, keluarga besar memutuskan untuk segera memakamkan Serena. Sejak kepulangannya, Biru masih memilih untuk membungkam mulut. Dalam hatinya, ia terus berharap semoga Hesa secepatnya kembali ke dalam raganya. Biru tak akan bisa membayangkan bagaimana perasaan Hesa jika mendapatkan kabar kematian ibunya nanti.
Serena sendiri ditemukan di toilet dalam keadaan tergeletak dengan pergelangan tangan yang penuh sayatan dan darah yang membasahi lantai. Mengetahui hal itu tentu membuat kebanyakan orang berasumsi jika Serena mengakhiri hidupnya sendiri. Sehingga polisi tidak mengajukan tindakan otopsi dan keluarga menyetujui hal tersebut.
Menyadari Renjana yang pergi meninggalkan rumah setelah selesainya pemakaman, membuat Biru dengan cepat menghampiri Juna. "Jun, hari ini gue mau nginep di rumah lo, boleh gak?"
"Kenapa emangnya?" tanya Juna, sedikit terheran. Sebab Hesa adalah tipe orang yang akan sulit tertidur jika menginap di rumah orang lain.
"Gue lagi males aja ada di rumah. Boleh gak?"
Juna mengangguk, "Boleh."
Setibanya di rumahnya, Juna sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Biru. Karena sedari tadi Biru terus diam bahkan melamun. Kalau bisa ia katakan, saat ini Juna sama sekali merasa tak nyaman dengan suasana hening di antara mereka. Padahal, suara tawa dan teriakan pemuda itu biasanya akan menggelegar memenuhi ruangan.
"Lo mau makan gak?" tanya Juna.
"Gak usah, Jun. Makasi."
Reaksi yang Juna dapatkan semakin membuat ia bingung. Diamnya sahabatnya kali ini benar-benar berbeda dari biasanya. "Hesa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Realize: Exchange | TXT
Fanfiction[END] Terlahir dalam keluarga yang kacau membuat Biru menilai jika kehidupan Sekala, Juna, Tara, dan Hesa selalu diwarnai dengan kebahagiaan. Dengan kata lain, Biru menganggap kehidupan mereka sangatlah sempurna. Meskipun menjalin tali persahabatan...