26. Tabur Tuai (END)

434 51 18
                                    

Jam menunjukkan pukul 6 pagi saat Biru terbangun dari tidurnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukkan pukul 6 pagi saat Biru terbangun dari tidurnya. Matanya terbuka seiring dengan rintihan kecil yang keluar dari mulutnya. Tangan kecilnya tergerak untuk mengambil cermin yang berada di atas nakas. Butuh waktu yang lama untuk Biru memandangi bayangan yang terpantul, kini dirinya benar-benar telah kembali dalam raganya.

Ingatannya kembali memutar memori saat kecelakaan waktu itu menimpa dirinya dengan Abrisam. Kejadian besar yang berhasil mengubah pola pikir Biru dan memaksanya untuk melihat segala hal dari sudut pandang yang berbeda.

"Ru, lo udah bangun? Gimana keadaan lo?" tanya Sekala, berjalan mendekat ke arah Biru.

"La, gue masih gak nyangka bisa balik ke badan gue sendiri. Padahal, gue bener-bener udah pasrah waktu itu," ungkap Biru.

Sekala memperhatikan cermin yang baru saja diletakkan kembali ke atas nakas. Ia teringat kejadian malam tadi, kejadian yang tak akan pernah bisa Sekala lupakan seumur hidupnya. "Gue juga gak nyangka lo nge-prank kita. Gak seru tau, Ru. Lo bikin kita semua jantungan."

Biru sedikit menyunggingkan senyumnya. Ia sendiri masih tak menyangka jika sempat mengalami henti jantung hingga sempat dinyatakan meninggal oleh dokter. Malam tadi, walaupun dengan kondisi tubuh yang lemah, Biru masih dapat mendengar sayup-sayup suara tangisan dari orang terdekatnya. Ternyata pernyataan Zafran tempo hari ada benarnya, ia akan kembali ke raganya bila waktunya telah tiba.

"Maaf," desis Biru.

Sekala menggeleng, "Lupain. Mau keluar cari angin?" tawarnya.

Biru mengangguk lemah. Kondisi tubuh Biru yang masih belum bisa bergerak secara bebas membuat Sekala memanggil salah satu perawat untuk meminjam kursi roda. Sekala memutuskan untuk mengajak Biru menuju taman rumah sakit. Suasana yang sejuk dan asri tentu akan sangat bagus untuk ketenangan Biru.

Biru mengedipkan matanya berulang kali, menolehkan kepalanya ke samping. "Yang lain pada ke mana, La?" tanya Biru, menyadari tak ada seorang pun yang ada bersamanya selain Sekala.

"Bunda sama kakak lo pulang sebentar ngambil beberapa barang sama baju bersih buat lo. Tara dijemput om Mario buat ke rumah sakit. Kabarnya ada pendonor yang mau donorin ginjalnya buat Tara. Kalo Juna, dia pulang ke rumahnya karena om Dhika sama tante Yanna dateng ke sini," jelas Sekala.

Biru sedikit tersentak. "Serius, ada yang mau donorin ginjalnya buat Tara?!"

Sekala mengangguk. "Setelah lo yang bikin kita khawatir, sekarang Tara. Kondisi dia bukan kondisi yang bisa disepelein. Gue gak bakalan bisa ngebayangin kalo sampe kehilangan dia. Jadi, gue harap pendonor kali ini bakalan cocok."

[✓] Realize: Exchange | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang