Langit Agam Lentara atau yang kerap dipanggil Tara merupakan anak bungsu dalam keluarganya. Sang kakak, Bulan, adalah seorang dokter forensik yang saat ini telah bekerja di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Sejak SD, Tara menjadikan kakaknya itu sebagai panutan. Tara benar-benar dibuat kagum dengan kegigihan Bulan selama mengejar cita-citanya.
Motivasinya semakin meningkat lagi setelah mengetahui jika sang ayah, Mario, mengidap sakit jantung. Tara semakin serius untuk mengikuti jejak Bulan untuk menempuh pendidikan di bidang kesehatan dan bercita-cita menjadi dokter spesialis jantung demi kesembuhan sang ayah.
Saat pertama kalinya menginjakkan kaki ke SMA yang sudah lama ia impikan, rasanya semua kerja kerasnya terbayarkan. Tara benar-benar berusaha semaksimal mungkin hingga saat pengumuman penerimaan siswa/i, Tara berhasil mendapatkan nilai tertinggi.
Dahulu, Tara meyakini bahwa pendidikan adalah prioritas utama dalam hidupnya, sampai-sampai ia terlalu sibuk dengan dunianya. Bahkan untuk makan, terkadang Tara melewatkan hal tersebut jika saja tak diingatkan. Pola tidur pemuda itu juga semakin tak teratur setiap harinya.
Hingga saat mereka menginjak kelas 12, tanpa sadar Tara menjadi pribadi yang selalu menetapkan standar tinggi untuk dirinya sendiri. Keinginan kuatnya untuk berkuliah di Universitas favoritnya mendorong Tara untuk memenuhi ekspektasi yang ia buat sendiri. Padahal, kedua orang tuanya sama sekali tak memaksa Tara untuk mengejar nilai yang sempurna.
Dan jika ada yang bertanya, apa yang paling Tara benci di dunia ini, Tara akan dengan tegas menjawab bahwa dirinya sendiri merupakan hal yang paling ia benci. Karena kini Tara sadar, ia terlalu jahat pada dirinya sendiri. Tara divonis mengidap gagal ginjal sejak 6 bulan yang lalu.
• • •
Setelah mendapatkan panggilan telepon dari Juna perihal anak mereka yang tiba-tiba mimisan lalu pingsan, Mario dan Elmira dengan cepat membawa Tara menuju rumah sakit tempat dokter kepercayaan Keluarganya bekerja.
"Maaf sebelumnya, Pak, Bu. Dari catatan perawat, minggu ini Tara melewatkan jadwal cuci darahnya. Itu sebabnya dia sampai drop hari ini," terang dokter Jefri.
"Apa ada masalah sehingga Tara melewatkan jadwal cuci darahnya?" lanjutnya.
Mario dan Elmira saling menatap satu sama lain. Terkejut dengan penuturan dokter Jefri. "Saya rasa tidak ada, dok. Karena Tara selalu berpamitan bila akan ke rumah sakit untuk cuci darah."
"Kalau begitu, karena saya rasa ini privasi pasien, mungkin bapak dan ibu bisa tanyakan hal ini langsung kepada Tara. Saya permisi dulu."
Dari dalam sana, Biru mendengar dengan jelas semua percakapan antara dokter Jefri dengan kedua orang tua Tara. Hal itu sudah cukup bagi Biru untuk mengambil kesimpulan bila selama ini Tara sakit, dan dia menyembunyikannya selama ini. Memang kalau diingat-ingat, Tara, lah, yang paling sering absen atau pulang terlebih dahulu jika mereka sedang berkumpul dengan alasan ingin belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Realize: Exchange | TXT
Fanfiction[END] Terlahir dalam keluarga yang kacau membuat Biru menilai jika kehidupan Sekala, Juna, Tara, dan Hesa selalu diwarnai dengan kebahagiaan. Dengan kata lain, Biru menganggap kehidupan mereka sangatlah sempurna. Meskipun menjalin tali persahabatan...