12. Sekala Vikal Adinata

314 52 8
                                    

Dengan langkah luntang-lantung, gadis itu berjalan tanpa arah dan tujuan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dengan langkah luntang-lantung, gadis itu berjalan tanpa arah dan tujuan. Setelah mendapat penolakan dari kedua orang tuanya, ke mana ia harus melangkah sekarang? Sempat terlintas dalam benaknya untuk menggugurkan bayi yang tengah ia kandung. Namun, ia tak tega. Karena ia tau, bayinya sama sekali tak bersalah.

Hujan perlahan mengguyur bumi, seperti tau akan perasaannya yang tengah bersedih. Gadis itu memilih untuk berteduh sejenak di salah satu pos ronda. Di sana, ia kembali membuka surat yang ia dapatkan kemarin dari sekolah. Surat yang menyatakan bahwa ia diberhentikan dari statusnya sebagai siswi.

Perlahan, tangannya tergerak untuk meremas surat tersebut. Matanya tak lagi dapat menahan air mata yang mengucur. Gadis itu mulai bertanya-tanya, mengapa takdir sejahat ini kepadanya, apa salahnya?

"Elara, aku tadi habis dari rumah kamu. Kenapa gak pulang?"

Elara mendongakkan kepalanya, mendapati Adisan yang tengah sibuk melepaskan jas hujannya. Pemuda itu kemudian ikut duduk di sebelah Elara setelah sebelumnya memakaikan jaket kepada gadis itu.

"San, gue malu. Semua orang mandang gue jijik, bahkan nyokap bokap ngusir gue. Kalo gue bisa milih, gue juga gak mau kayak gini. Sekarang, gue gak tau harus ke mana."

"Ra, mungkin semua orang gak ada lagi yang peduli sama kamu, tapi aku masih ada buat kamu. Sebagai sahabat, aku gak akan biarin kamu ngerasa kesepian," ucap Adisan memeluk erat tubuh Elara.

"Tapi, semuanya udah hancur, San. Gue terlalu bodoh karena percaya sama dia."

"Kalo gitu, ijinin aku perbaiki hidup kamu, ijinin aku temenin kamu selamanya. Bukan sebagai sahabat, tapi sebagai pasangan. Lupain laki-laki berengsek itu, ayo kita mulai semuanya dari nol."

Bukan hanya sebuah omong kosong. Adisan benar-benar menepati setiap perkataannya, ia tanpa ragu menemui kedua orang tua Elara bahkan menghabiskan seluruh uang tabungannya untuk menunjang kehidupan Elara beserta calon anak mereka nantinya.

Beberapa bulan berlalu begitu saja, kehidupan Adisan dan Elara semakin membaik. Adisan berhasil membuat senyum indah Elara kembali menghiasi wajah cantiknya. Keduanya bersama-sama menciptakan masa depan yang penuh kebahagiaan dan keharmonisan.

Sayangnya, saat hari kelahiran sang buah hati akhirnya tiba, kebahagiaan yang seharusnya datang justru tergantikan dengan duka yang mendalam. Adisan harus rela menelan pahitnya kenyataan bahwa takdir merenggut orang yang paling ia cintai. Elara tak dapat bertahan lebih lama lagi akibat pendarahan hebat.

Sebelum kematian menjemputnya, Elara sempat menyiapkan nama untuk bayinya. Nama yang begitu indah. Sekala Vikal Adinata, bayi itu terlahir tanpa pernah tau siapa ayah kandungnya.

• • •

Sekala dengan cepat bangkit menghampiri Juna. Memegang kedua bahu pemuda itu. Lalu berucap pelan, "Ini gue, Biru."

[✓] Realize: Exchange | TXTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang