Coda menoleh ke kanan dan kiri begitu keluar dari aula. Erin tidak pergi jauh, dia bersandar di salah satu tiang di dekat pintu. Tersenyum menyebalkan seperti biasa sambil melambaikan tangannya. Coda menghampiri Erin dengan ekspresi jengkel.
"Apa kau tidak bisa berhati-hati sedikit?" Coda mengeluh. Meskipun hanya sebagai penonton, sikap Erin benar-benar berbahaya. "Kekaisaran menjadi tidak stabil hanya dalam beberapa hari sampai tuan putri harus turun tangan. Tindakanmu bisa memicu sesuatu yang buruk,"
"Apa kau sedang mengomeliku?" Erin malah bertanya. Coda merengut kemudian membuang napas kasar. "Bisa dianggap begitu,"
Mata merah Erin berputar malas. Wajah arogannya berubah menjadi serius. Dia melipat tangannya. "Aku melakukannya dengan sengaja,"
"Aku pikir itu memang karaktermu," bantah Coda cepat.
Erin mencebikkan bibirnya. "Mungkin, tapi aku melakukannya untuk mengingatkan mereka tentang posisi mereka,"
Coda diam mendengarkan. Erin melirik ke arah Coda. "Menurutmu untuk apa Area Galaksi?"
"Perebutan serpihan Berlian Bintang?"
"Kau tidak yakin dengan jawabanmu," Erin terkekeh geli. Coda mengangkat bahunya. "Aku baru mendengarnya,"
"Area Galaksi," ulang Erin sambil mengangkat kartu dengan simbol hati di sana. "Untuk menunjukkan siapa yang berkuasa,"
Erin meluruskan punggungnya. Wajah arogannya kembali muncul. "Aku mengingatkan mereka posisi kerajaan bagian dengan kekaisaran. Mau seberapa banyak mereka mengirimkan orang-orang mereka, pemenangnya tetap kekaisaran,"
"Terdengar kejam," Coda menatap Erin ngeri. "Meski begitu itu hal yang cukup logis,"
"Benar, bukan?" Erin tertawa senang. "Kekaisaran terlalu baik pada mereka. Butuh orang sepertiku untuk memberi sedikit peringatan pada mereka,"
Coda mengembuskan napas panjang. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Murid-murid keluar dari aula bergegas kembali ke asrama. Tidak mau tertinggal. "Jangan mengatakan hal itu terlalu keras. Orang-orang akan salah paham,"
Tidak ada tanggapan dari Erin. Si mata merah hanya menguap bosan. Coda memperhatikan wajahnya. Sebelum akhirnya kembali membuka topik. Bertanya dengan hati-hati. "Aku bisa mempercayaimu, bukan?"
Alis Erin berkerut. Dia memicingkan matanya ke arah Coda. Senyum miring muncul di wajahnya. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah Coda. "Apa kau percaya padaku?"
Coda diam untuk sesaat. Dia kemudian menggeleng. "Aku percaya pada diriku sendiri,"
"Baiklah," Erin menarik tubuhnya. Puas dengan jawaban Coda. Mata Erin melirik ke arah pintu lain. Orion muncul dan segera menyadari keberadaan Erin. Wajahnya masih datar dan tegas. Erin hanya meringis tak bersalah.
Saat Orion menghampiri mereka, Erin kembali menatap ke arah Coda. Wajahnya masih santai, tapi Coda bisa meihat keyakinan di sana. "Aku tidak peduli. Meski seluruh dunia tidak mempercayaiku. Aku tidak butuh mereka. Bahkan Tuan Putri Katharina sekalipun,"
Erin mengangkat jari telunjuknya. Tersenyum tipis. "Hanya ada satu orang yang tidak akan aku kecewakan. Selama dia percaya padaku, aku akan baik-baik saja,"
Setelah berkata begitu, Erin berbalik dan menyambut Orion dengan senyum lebar. "Raja Orion lama sekali aku tidak melihatmu? Sayang sekali bukan setelah liburan malah harus datang ke akademi. Di mana oleh-olehnya?!?"
Coda tidak merespon apapun, dia tenang mengamati interaksi Erin dan Orion. Tanpa diberi tahu, Coda tahu siapa orang yang dimaksud Erin.
"Erin, laporkan yang terjadi saat aku tidak ada," Orion berkata dengan nada tegas. Dia sama sekali tidak mengungkit kejadian tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUS
FanfictionBerlian Bintang dengan kekuatan agung terpecah karena permintaan tak masuk akal untuk mendamaikan kerajaan. Coda yang awalnya merasa cukup dengan kehidupannya di Bestia bertemu dengan Erin. Hewan liar yang selalu membuat jantung Coda berdebar dengan...