Anjing Kerajaan The Land of Steel

38 8 0
                                    

Tentu saja Erin cukup paham bahwa dirinya tidak bisa memusnahkan naga di depannya ini. Dia hanya bisa mengusirnya atau membuatnya terpojok. Lagi pula tidak akan menyenangkan kalau naga ini kalah di sini.

Erin mendengus geli. Dia juga harus mempertimbangkan kekuatan sang naga. Jangan sampai dia membakar hangus seluruh akademi. Erin kasihan pada Blue.

Erin mengepalkan tangannya, bersamaan dengan itu tornado yang dibuat semakin mengecil dengan kecepatan yang semakin tinggi. Kulit naga itu pasti sangat keras. Setelah dihujani puing-puing tajam atau sayatan dari anginnya, tidak ada tanda-tanda luka. Sebentar lagi naga itu akan  meloloskan diri.

Sesuai tebakannya, sayapnya yang besar mengepak menerbangkan apapun di sekitarnya. Erin melompat dan berlindung di balik tiang. Aula bergetar. Sudah tidak berwujud.

Kasihan sekali.

"Apa aku kabur saja?"

Erin tertawa dengan pemikirannya sendiri. Meski harus kehilangan nyawanya, Erin tidak akan melarikan diri.

Tunggu.

Ah, tidak. Orion akan marah kalau dia mati.

Karena itu, satu-satunya hal yang harus dilakukan adalah menang.

Lagi pula, kesempatan ini sangat bagus untuk menunjukkan kemampuan anjing kerajaan Lama dan senjata hidup kekaisaran, orang yang akan menjadi lawan terkuat di Area Galaksi.

Erin tidak sabar melihat wajah was was dari calon peserta Area Galaksi lain.

Dia membenci kerajaan bagian. Karena itu, mereka harus tetap di posisinya.

Erin akan menyadarkan mereka. Lagi dan lagi.

Erin melenggang keluar dari persembunyiannya. Moncong naga dengan gigi tajamnya sangat dekat dengan Erin. "Melakukan tugasmu? Akan menyenangkan kalau kau tidak tersulut sebelum Area Galaksi. Kita akan bertemu di sana, bukan?"

Tampaknya basa basi Erin hanya membuat naga itu marah. Ekornya bergerak lagi, kali ini sengaja menyerang pilar-pilar yang tersisa. Lantai atas bergetar dan retak. Sebelum Erin meluncur bebas ke bawah, Erin menjentikkan jarinya.

Api besar muncul dan langsung membakar naga di depannya. "Tubuh kerasmu bisa meleleh juga, bukan?"

Setelah berkat begitu, api berubah menjadi biru. Sang naga yang tadinya tidak menunjukan reaksi, kini mulai agresif. Ekor dan sayapnya bergerak tak beraturan. Mulutnya terbuka dan Erin tahu kalau dari sana akan ada bola api yang dapat menghancurkan tempat ini.

"Jangan. Kau tidak bisa," Erin berkata dingin. "Tuanmu akan mati kalau kau melakukannya,"

Perkaataan Erin membuat sang nagi berhenti. Terdiam. Erin mengambil kesempatan untuk menambah kekuatan apinya. Bola api muncul di tangannya. Erin tersenyum manis sebelum dia melemparkan bola api itu ke kepala sang naga.

Bola api yang semula kecil menjadi besar sampai melebihi kepala sang naga. Serangan telak.

Erin tersenyum riang saat melihat sang naga terdorong karena serangannya. Baru saja mau mengejek, pijakan di kakinya runtuh. Sial. Dia lupa. Erin berusaha untuk kabur, tapi aula yang sudah menerima banyak serangan akhirnya runtuh.

"Sial," Erin mengumpat pelan. Dia tidak bisa lolos.

Aula benar-benar runtuh. Tidak lagi berwujud. Atap dan dindingnya berlubang. Asap muncul, tapi bukan karena sesuatu terbakar api dari kekuatan Erin. Sesuatu bergerak di balik asap. Terseok-seok dengan luka bakar yang parah.

"Aku pasti akan membunuhnya,"

---//---

Tenang. Setelah angin kencang dan api panas memporak porandakan aula, tidak ada suara lagi. Orion tidak peduli meski aula masih rapuh, dia segera berlari masuk ke dalam aula. Mengabaikan seruan dari Katharina dan Blue.

Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang