Kisah Shinkai dan Sardinia

28 7 0
                                    

Malam yang panjang akhirnya terlewati. Sardinia berjalan pelan di lorong kediamannya yang ada di Kerajaan Lama. Wajahnya terlihat lelah.

Shinkai berjalan di belakangnya. Tidak mengatakan apapun sampai Sardinia duluan yang berbicara. "Shinkai, aku tidak akan memaksa, tapi bisa gunakan kemampuan meramalmu?"

"Aku bisa melakukannya," Shinkai menjawab pertanyaan Sardinia dengan tenang. Tidak banyak bertanya. "Ramalan untuk siapa?"

"Erin,"

Jawaban pendek Sardinia mengusik Shinkai. Tangannya yang sebelumnya tak ragu mengeluarkan kartu-kartu ramal miliknya kini berhenti. Dahinya terlipat. "Apa kau yakin?"

"Kenapa?"

"Sebelumnya kau menolak setiap kali aku menawarkannya,"

Sardinia tersenyum. Dia menggunakan punggung tangannya untuk menyembunyikan ukiran bibirnya. Mengingat aturan yang dia ciptakan sendiri. "Benarkah?"

Langkah kaki mereka berhenti. Sardinia menoleh ke arah bulan yang belum sempurna. Mengingatkan padanya tenggat waktu yang akan datang. "Sejujurnya aku ingin melakukannya dari dulu. Aku khawatir dan takut kalau aku akan kehilangan dirinya. Aku hanya butuh ramalan untuk memastikan dia baik-baik saja,"

Rambutnya terhempas angin malam. Sardinia menyelipkannya ke telinga untuk menjaga kerapian rambutnya. "Lagi pula waktunya sebentar lagi tiba,"

Sardinia berbalik dan menatap ke arah Shinkai. Tersenyum tipis. "Sebentar lagi, bukan? Sesuai ramalan yang kau lihat saat pertama kali kita bertemu?"

---//---

Sebagai seorang peramal, Shinkai tidak akan berbohong. Dia akan menyampaikan semua yang dia tahu tanpa tertinggal satu kata pun. Bahkan pada pewaris sah kerajaan Sirena sekalipun.

Kekuatan Shinkai adalah rahasia. Dia tidak terlalu mengandalkannya dan hidup seperti biasa. Orang bilang tebakannya selalu tepat dan Shinkai bisa mendapat uang banyak dari itu.

Shinkai tidak tergoda. Dia tidak mau melakukan hal yang mencolok. Karena itu, dia menyembunyikan kekuatannya.

Sampai suatu hari, ada anak yang lebih muda tiba-tiba memintanya untuk meramal. Hal yang mengherankan adalah mereka awalnya hanya berpapasan di salah satu dari sekian banyak jembatan di Sirena. Pada kata lain saat Shinkai sedang menjalani kehidupan sederhananya.

"Aku mengingatmu, saat festival minggu lalu kau berkata akan ada sesuatu yang penting terbakar dan sesuai perkataanmu, panggung utama hangus,"

Sardinia. Bagian dari keluarga kerajaan Sirena. Shinkai diam sebentar. Sebenarnya merasa cemas. "Kau tidak mencurigaiku, bukan?"

Mendengar itu Sardinia terkekeh pelan. Dia mengibaskan tangannya. "Tentu tidak. Pihak kerajaan sudah memutuskan kalau kebakaran itu karena kebetulan,"

Shinkai mau tidak mau bernapas lega. Dia hanya orang biasa. Tidak ada dalam rencanannya untuk masuk penjara kerajaan Sirena. Shinkai membenarkan posisi kacamatanya. Menatap Sardinia dengan tenang. "Ramalan untuk siapa?"

"Siapa saja,"

Jawaban pendek Sardinia tidak membuat Shinkai pusing. Dia hanya perlu melakukannya. Shinkai mengeluarkan sulingnya. Tanpa kata memainkannya di depan Sardinia yang memberikan reaksi baik pada permainan Shinkai.

Saat melodi keluar dari suling Shinkai, suara dunia sekitar seolah menghilang. Aliran sungai seolah beku. Desir angin menjadi bisu. Pendengaran Shinkai berfokus pada suara sulingnya sendiri. Mendengarkan dengan baik ramalan yang datang dari melodi-melodi alam semesta.

Shinkai berhenti bermain tiba-tiba. Seolah penahannya menghilang, suara-suara lain kembali terdengar. Dahi Shinkai sedikit berkerut. Apa seharusnya meminta jawaban pasti pertanyaan untuk siapa ramalannya?

Another Note [Throne Of Stellar: Stardust Magic] (AU IDOLiSH7) HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang