CHAPTER 15

946 80 15
                                    


HAPPY READING

Sudah beberapa menit, Lyora terus saja mengomeli sang Kakak yang balik dengan kodisi babak belur. Sambil mengobati luka-luka Reygan dia tidak henti mengeluarkan kekesalannya itu. Memang ini urusan dendam, tapi Lyora paling tidak suka Kakak nya itu dalam keadaan seperti sekarang, apalagi ini hal yang di buat-buat seperti memancing keributan seperti tadi.

"Aku kan udah sering bilang Kak, kenapa sih di lakuin terus,"dumel Lyora, yang mulai merapihkan kotak obatnya.

"Emang konsep geng itu kaya gitu dek, jadi wajar dong kalo kita saling serang,"jelas Reygan, yang terus membela diri sendiri.

"Terus ujungnya babak belur gini? Aku gak suka ah, terus tadi Elang gimana?" Tanya Lyora tanpa sadar.

Seketika hening beberapa detik, Reygan sudah menatap adiknya penuh pertanyaan. Lyora yang sadar akan pertanyaannya barusan langsung kikuk,"Ah maksud aku bukan git..."

"Kenapa kamu kaya khawatir gjtu?" Potong Reygan, sebelum Lyora selesai menjelaskan.

"Gak gitu Kak, kalo Elang sampai parah aku takut aja nanti Kakak malah yang tuntut, terus berurusan sama polisi,"jelas Lyora.

"Yakin karena itu?" Selidik Reygan.

"Iyaa gak percaya banget sama adiknya,"kesal Lyora.

"Iya Kakak percaya, dan masalah tadi Kak Rey minta maaf ya, tapi kalo masalah untuk di ulangi lagi gak bisa janji,"ucapnya.

Lyora menghela napas,"Yaudah terserah Kakak aja, asal aku cuma pesan jangan melebihi batas apalagi harus membahayakan Kakak,"ucap Lyora, yang berharap Reygan mau mendengar nasehatnya.

Reygan mengusak rambut adiknya,"Iya adek bawel," ucapnya gemas.

***

Di kediaman keluarga Laksamana, setelah pulang tadi tentu mereka tidak lolos dari omelan Papahnya. Namun setelah Anka bernegosiasi, akhirnya mereka bebas dari hukuman. Elang tentunya bisa bernapas lega, sebenarnya dia tidak takut soal hukuman, tapi dia hanya takut permasalahan keluarganya itu semakin runyam.

"Nih mau gue yang kompres, apa mau sendiri?" Tanya Elang, yang membawa baskom berisi kain dan es batu.

Elang langsung menerima itu,"Gak usah gue bisa sendiri."

Anka duduk, sambil memperhatikan adiknya mengompres luka di wajahnya.
Dia sebenarnya tidak tegak ketika wajah mulus adiknya itu sering luka-luka semenjak menggantikannya sebagai ketua BLACK STAR.

"Lo masih sanggup jadi ketua?" Tanya Anka.

Seketika pertanyaan Anka itu menghentikan pergerakannya,"Kenapa Lo tanya soal itu?"

"Ya gue gak tega aja, Lo sering babak belur kaya gitu,"jawab Anka jujur.

Elang berdecak, "Berati, Lo anggap gue cowok Cemen lemah gitu?"

"Ya gak gitu juga, gue cuma takut Lo kenapa-kenapa, terus ninggalin gue kaya Ma.."

Elang yang paham arah pembicaraan Abangnya itu, dengan gerakan cepat tangannya langsung mengelus bahu Anka,"Gue gak akan ninggalin Lo, jadi gak usah mikir terlalu jauh,"ucap Elang, sekuat-kuatnya Abangnya, dia tahu jika Anka ini punya sisi lemah.

MIDDLE WAY  | TERBIT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang