27. = Rendang Bukhori & Tentang Dewi

94 11 18
                                    


Permisyiii~~

Gimana, udah 11 12 belum poto babeh sama mrk?😍
Note : Kapter ini berisi 3k words, artinya lbh puanjang dr biasa, semoga g bosen dn hope you enjoy✨


Pintu kamar di buka dan kepala Miqdad menyembul dari sana.

"Lu mau makan di dapur aja apa gue anterin kesini makanannya?"

Maher bangkit duduk sembari meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. "Dapur aja."

"Bisa?"

"Hmm."

"Yaudah kalo gitu, yang lain udah pada ngumpul di sana."

"Iya entar gue nyusul, Bang."

Sepeninggalnya Miqdad, Maher melepas nasal canul yang menempel di hidungnya selama ia tidur. Sebenarnya ribet sekali ketika tidur harus bernafas menggunakan alat bantu itu, gak bisa gerak bebas, takut selangnya lepas lah, kecekik lah, putus lah, tapi mau bagaimana lagi, ini perintah dokter yang gak mungkin dia abaikan.

Maher baru saja keluar dari rumah sakit setelah sempat nginap 3 hari gara-gara paru-parunya yang caos di hari ia bersama Gista.

Kondisinya sudah lebih mendingan namun tetap harus memakai nasal canul sewaktu tidur atau ketika tiba-tiba sesaknya datang.

Semua sudah tahu penyakit Maher yang semakin berkembang buruk. Mereka kecewa karena Maher tak menceritakan soal penyakitnya ini.

Begini, semua tahu Maher sakit paru-paru, tapi untuk kelanjutannya apalagi ada diagnosis baru ketika terakhir kali Maher check up, mereka tidak mengetahui. Dan Maher hanya menjawab bahwa ia lupa ingin menceritakan. Seolah itu bukan hal yang berat.

Ibu Rantika baru saja pulang saat Maher tertidur tadi. Hampir setiap hari beliau menjenguk anak asuhnya ini. Kalo boleh jujur, Maher memang anak asuh kesayangannya. Bukan maksud pilih kasih atau membedakan dengan anak-anaknya yang lain, tapi dari semua, hanya masalalu Maher yang paling menyayat hatinya. Ingin pun beliau berbuat banyak untuk membantu Maher, tapi ia sudah lama kehilangan jejak.

After HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang