"Pulang, Dhir, nyokap lo nungguin lo banget di rumah," kata Miqdad setelah dua hari baru bisa menemukan posisi Nadhir saat ini.
Ya, sejak mengetahui fakta yang meremukkan hatinya itu, Nadhir pergi ke tempat khusus ia melepas lara. Ada di sebuah pendopo yang terletak di tengah danau yang minim orang tahu lokasi ini.
Miqdad pun kesini bersama Didi yang menjadikan tempat ini sebagai pencarian terakhir mereka, dan syukurnya sosok yang di cari memang ada di sini.
Orang yang jadi lawan bicara Miqdad nampak lusuh, kantung mata menghitam, wajahnya kusut, tak memperdulikan lagi dengan gaya rambutnya, bahkan surai itu terlihat kusam dan tak tentu arah. Baju yang di pakai masih sama dengan yang terakhir Miqdad lihat dan kali ini lebih lusuh.
Yang paling kentara adalah, sorot yang biasa teduh namun dalam, juga tajam dan lembut nampak kehilangan tahtanya di mata seorang Nadhir Dhirtaraga.Hilang berkelana jauh. Di gantikan kekosongan dan kekecewaan.
Nadhir menggeleng kecil seusai tarik nafas yang dalam. "Gak bisa, Bang. Gue gak bisa pulang. Gue gak bisa balik ke rumah itu," intonasinya lalu naik setengah oktaf di iringi dengan tatapan marah namun juga terluka. "Gue muak! Gue selama ini selalu sendirian nungguin bokap gue kerja dan nyokap gue yang nemenin dia! Gue berharap bokap cepet balik dari kerjaannya biar gue bisa habisin waktu sama mereka lagi, tapi apa?!! Apa yang gue dapat?!! Gue malah dapat kabar gila ini! Gue, nyokap, di khianatin sama dia, Hancur hati gue, Bang, hancur!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Home
Hayran KurguDi dekat Universitas Bumi Selamat, ada 2 kafe yang mau buka. Ownernya 7 lelaki tampan incaran warga bumi. (Note: warga bumi sebutan untuk mereka yang duduk sebagai mahasiswa univ Bumi selamat) Tapi sebelum resmi di buka, sekian masalah datang tanpa...