Hello Again - p8

104 17 2
                                    

Setelah perjalanan kurang lebih dua puluh menit dari tempat hotel ia menginap untuk seminggu ke depan, Irene Quinn akhirnya sampai ke tempat tujuannya sekarang. Ia turun dari taksi setelah membayar. Matanya kini memandang kagum dan juga takut pada bangunan besar di depannya yang didominasi oleh warna putih dan terlihat sibuk.

"Jadi, disini rupanya kau bekerja." ia tersenyum kecil sendiri. Irene kemudian mengambil ponsel didalam tas jinjingnya, menelpon seorang sahabat yang menyuruhnya untuk datang berkunjung. Pertemuan pertama mereka setelah bertahun-tahun tidak bertemu akhirnya dilakukan di sebuah rumah sakit, dari sekian ratus tempat hiburan yang ada di kota ini. Ide yang menarik.

Irene menggeleng sambil tertawa kecil setelah menutup telponnya. Sahabat yang baru saja dihubungi itu terdengar sangat semangat untuk bertemu dengannya tapi disisi lain masih sibukkan dengan beberapa pasiennya. Irene berjanji akan memarahi sahabatnya itu yang masih saja sibuk bekerja dirumah sakit padahal akan mengadakan acara istimewa tiga hari lagi. Ia tidak percaya. Tapi lagi, sahabatnya itu adalah suster yang bertanggung jawab pada pekerjaannya, membuat Irene bangga. Beruntungnya sebentar lagi jam istirahat dan ia diminta untuk menunggu di taman belakang rumah sakit. Maunya banyak sekali, Irene adalah tamu tapi ia yang disuruh ini itu. Bisa dibilang kalau dirinya dan rumah sakit adalah musuh bebuyutan tapi ia tetap melakukan apa yang diperintahkan Gabi Madison, sahabat lamanya yang akan melangsungkan pertunangan. Dan untuk satu alasan itu jugalah Irene memberanikan dirinya kembali menginjak negara tanah kelahirannya ini untuk pertama kalinya lagi.

Irene yang diundang secara pribadi tidak ingin mengecewakan Gabi dan pasangannya begitu saja. Ia turut berbahagia karena kabar itu, satu langkah lagi menuju jenjang yang lebih serius, sebuah pernikahan, sebuah rumah tangga. Irene seketika bergidik, teringat masa lalu tentang pernikahannya atau mungkin tentang perselingkuhan itu. Rasa sakit yang tidak bisa sembuh itu membuat Irene melamun jauh dan tersadar saat seorang petugas keamanan menanyakan keadaannya. Irene hanya tersenyum kecil sambil menggeleng kemudian melanjutkan langkahnya. Ia mendesah, menguatkan dan mengingatkan dirinya sendiri. Tidak. Irene tidak kembali untuk alasan seorang pria yang pernah dicintainya dan juga menyakitinya. Ia sudah baik-baik saja dengan dunia barunya sekarang. Dan Irene tidak akan membiarkan dunia baru itu rusak hanya karena kenangan kecil dari masa lalunya.

Irene tersenyum saat berada di taman rumah sakit, ia memilih bangku putih panjang dibawah satu pohon rindang dan duduk menunggu di sana. Taman hijau yang indah dan sejuk ini terlihat bukan sedang berada di lingkungan rumah sakit. Ia yakin, orang-orang yang sedang sakit disini akan betah dan cepat pulih. Dan senyumnya itu pun hilang saat mendengar suara dengusan tangis di belakangnya. Beberapa detik, bulu kuduknya berdiri sendiri, sebagus dan semegah apapun rumah sakit, itu tetaplah rumah sakit yang menampung berbagai cerita gembira dan juga duka.

Irene memberanikan diri untuk melihat kebelakang setelah tangisan itu berubah menjadi suara batuk. Ia bangkit dari bangkunya dan melihat seorang anak kecil di sana, bersandar di batang pohon dan duduk memeluk lututnya sendirian di rerumputan. Menangis tersedu. Pemandangan itu membuat Irene ikut sedih. Apa yang terjadi?

"Hei anak manis?.." Irene mendekatinya dan berlutut perlahan, tidak ingin menakutinya. Anak kecil itu menatapnya sebentar karena terkejut sambil mendengus sebelum kembali menatap tanah. "Kenapa kau disini sendirian? Dimana orang tuamu? Apa mereka disini?" ia khawatir tapi anak kecil itu semakin menangis saat ia bertanya tentang kedua orang tuanya. Irene tidak tau, yang ia tau hanya cara untuk menenangkannya. Ia menyentuh lengan kecil itu, mengangkatnya dari tanah lalu membawa ke pelukannya. Ia lega karena gadis kecil ini tidak menolaknya.

"Sshhh tidak apa-apa. Jangan takut.." Irene menepuk pelan punggungnya yang bergetar, sesekali mengusap rambut panjangnya yang lembut. Ia masih tidak tau kenapa anak ini menangis begitu sedihnya di dadanya. Irene melihat sekitaran dan tidak terlihat siapapun yang terlihat kehilangan. "Apa kau tersesat, baby? Aku akan mengantarmu ke dalam—"

Goodbye Hello [ semi hiatus ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang