-
Didalam kamar hotelnya yang temaram dan dingin malam ini, hampir setengah jam berlalu Irene tidak melakukan hal yang berarti sejak kepulangannya. Ia hanya duduk ditepi ranjang sementara mata sendunya menatap lama amplop surat dari seseorang yang ada di meja, dibawah lampu nakas. Amplop yang sejak tadi seakan memohon dengan sangat untuk segera dibuka.
Irene membenamkan wajah di telapak tangannya yang berkeringat dingin. Ia menarik dan menghela nafas berkali-kali. Tidak bisa mengontrol segala macam bentuk perasaannya yang berkecamuk di dada. Benci, ragu, marah, dipermalukan, terkhianati, putus asa, tidak berdaya. Apapun semua itu namanya. Dengan tangan gemetar ia meraih surat itu, membukanya, mengeluarkan beberapa lembar kertas yang terlipat. Ia tercekat sekali lagi sebelum menguatkan dirinya. Irene membuka lembar kertas yang terlipat itu dan membaca isinya.
Untuk Irene Quinn.
Saat kau membaca surat ini, kemungkinan besar aku sedang melawan penyakit-penyakit ini dengan tenagaku yang terakhir. Aku bisa merasakannya bahkan dari sekarang. Dan aku tidak bisa mati begitu saja sebelum memastikan kau membaca suratku ini sampai selesai. Aku berharap kau baik-baik saja, selalu bahagia dan selalu sehat dimanapun kau berada, Irene.
Apa yang ingin aku katakan adalah, aku sangat menyesal dengan apa yang telah aku lakukan pada kebahagiaan keluarga kecilmu bersama Sean. Aku meminta maaf padamu. Kalau aku bisa berlutut untuk meminta maaf padamu sekarang, akan aku lakukan itu dengan senang hati. Aku bersumpah.
Aku tidak tau pasti kapan tapi aku jatuh cinta kepada Sean seperti kau mencintainya. Aku tidak tau, aku yang awalnya hanya ingin bermain-main dengan Sean tiba-tiba saja melibatkan perasaan yang terlarang ini sampai terlalu jauh. Sean sudah menegaskan kalau apa yang kami lakukan malam itu adalah kesalahan dan hubungan kami berakhir di hari pertama. Sean memang berbeda dari sekian banyak pria yang aku temui. Saat melihatnya di bar, gaya bicaranya berwibawa saat ia serius, tawa dan senyumnya sangat bersahabat dan menyenangkan saat bersantai dengan temannya waktu itu. Aku iri, aku cemburu dengan teman prianya. Aku ingin tawa dan senyum itu hanya untukku. Bodoh, aku tau tapi bukankah semua orang begitu kalau sedang jatuh cinta? Aku berpikir keras bagaimana cara untuk menarik perhatiannya. Cukup sulit tapi kami bertemu lagi. Sean menepati janjinya dan aku menepati janjiku untuk mentraktirnya sebagai permintaan maaf karena sudah membuat kemejanya kotor karena wine yang kupesan. Kami berbicara tapi dia lebih banyak bercerita tentangmu, Irene Adriel, istrinya tercinta, dan itu semakin membuatku cemburu. Sean sudah memiliki pasangan hidupnya. Sean bilang ia tidak minum tapi aku berhasil membuatnya mabuk dan membawanya ke tempatku. Dan seperti tertantang sejak malam itu, aku selalu berusaha bagaimanapun caranya agar Sean terus bisa bersamaku. Aku akan tau, setiap kali dia ada pekerjaan diluar kota, kota tempat pertama kali kami bertemu. Aku menjebaknya dengan apapun bahkan dengan menggunakan dirimu sampai Sean tidak bisa menolak dan berkata iya padaku. Aku menginginkannya sekuat itu.
Tapi Sean hanya akan selalu mencintaimu, Irene. Aku tau itu karena Sean tidak akan pernah menatapku seperti yang dia lakukan saat menatap fotomu selama ini. Kau adalah satu-satunya wanita terpenting di hidupnya. Sean memang tidak bercerita tentang perpisahan kalian tapi aku tau dia sangat sedih dan tidak ingin hal itu terjadi. Sean merindukanmu setiap hari. Itulah juga alasan kenapa Sean memberi nama putriku "Irene". Sean bilang Irene adalah nama yang cantik dan cocok untuk bayiku dan aku setuju itu. Aku benar-benar berharap Irene-ku bisa tumbuh cantik seperti dirimu dan memiliki hatimu yang lembut. Walau aku tidak bisa melihatnya tumbuh besar tapi aku yakin akan hal itu. Kau harus bertemu dengan Irene-ku suatu hari nanti, Irene. Sangat mudah untuk jatuh cinta kepadanya.
Aku adalah sebuah kesalahan besar untuk kalian berdua. Aku yakin Sean sudah menjelaskan semuanya kepadamu. Percayalah, aku sama sekali tidak bermaksud untuk melukai hatimu sekali lagi karena ini, aku hanya ingin kau tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Hello [ semi hiatus ]
Romance"Aku pikir dia bisa merawatmu lebih baik daripada aku." katanya kemudian. Beberapa hari yang lalu, Joy bercerita kepadanya tentang pertemuan singkat kalian. Katanya kau terlihat sangat kacau, seperti pengangguran yang putus asa mencari pekerjaan. Te...