*
Sean datang ke kantor setelah cukup lama tidak aktif bekerja. Ia merasa sangat malu pada karyawan-karyawan yang menegurnya memberi salam. Ia sangat tidak bertanggungjawab, menjadi contoh yang tidak baik, menjadi omongan orang-orang. Sean dan kedua orang tuanya masih berhubungan baik sebagaimana keluarga kandung walau tidak seterbuka dulu atau lebih tepatnya, Sean yang menjauh dari mereka. Mereka hanya bertemu sekali atau dua kali dalam seminggu dirumah orang tuanya tapi Sean tidak pernah berlama-lama ataupun menginap. Mengetahui ayah dan ibunya sehat sudah cukup untuk Sean. Sean juga tau kalau orang tuanya mengkhawatirkan dirinya tapi dia baik-baik saja. Ia harap begitu.
Hari itu, Sean bertemu ayahnya untuk memberitahukan pengunduran dirinya sebagai pimpinan. Tuan Adriel yang sangat senang dengan kedatangan putranya itu terlihat kaget, pusing seketika dan kecewa mendengar keputusan Sean yang tidak diduganya. Tuan Adriel langsung menolak surat pengunduran diri yang dirasanya tidak masuk akal itu. Setengah hidupnya sudah ia korbankan untuk membangun perusahaan dari nol, menyiapkan semua ini hanya untuk Sean yang adalah pewaris satu-satunya. Bagaimana bisa putra yang diandalkannya berpikir semudah itu? Tentu tidak semudah itu untuk Sean. Tuan Adriel yang menahan emosinya mengatakan kalau dirinya sangat menyayangi Sean dan akan memberinya waktu untuk istirahat sampai kapanpun itu tapi Sean tidak bisa mengundurkan diri. Ia tidak mau Sean menjadi selemah ini, seperti tidak mempunyai semangat untuk menata kembali hidupnya. Dampak dari perceraian itu sangatlah besar untuk putranya. Kalau saja wanita itu tidak hadir diantara Sean dan Irene, ia sudah membayangkan betapa nyaman dan senangnya dirinya dan istri menjalani hari tua mereka. Tuan Adriel tidak sengaja mengutuk wanita perebut kebahagiaan itu di depan Sean.
Serangan jantung terjadi setelah Tuan Adriel mengetahui jika Sean tinggal bersamanya dirumah lama. Sean yang belum tau fakta sebenarnya mengatakan pada sang ayah kalau wanita itu sedang mengandung calon cucunya. Belum selesai dengan berita pertama lalu berita ini muncul terlalu berlebihan, terlalu menekan. Tuan Adriel kaget, dia terlihat senang karena itu cucu pertamanya tapi dia juga marah karena wanita itu tidaklah baik. Ia tidak bisa menerimanya untuk menjadi menantunya. Apa Sean berniat untuk menikahinya? Mereka berbicara semakin serius akan hal itu, Sean berusaha menjelaskan alasannya tapi sang ayah tidak peduli. Menatap ayahnya dengan horor, yang pertama sudah lama terjadi dan hari itu adalah kali kedua Sean melihat bagaimana ayahnya kesakitan sambil memegang dadanya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa dan sudah terlambat. Sean tidak ingin berbohong tentang apapun lagi. Ia tidak mau ayah atau ibunya nanti tau dari orang luar dan akan menjadi masalah lain, tapi ternyata kejujurannya lah yang membawa masalah lain yang lebih besar itu.
*
Sean menutup matanya, menarik nafas dalam lalu menghelanya pelan, masih jelas teringat sang ayah yang kesakitan jatuh dilantai tepat didepan matanya yang nanar, perlahan tidak sadarkan diri dalam pelukannya. Tatapan terakhir ayahnya yang sendu dan sedih itu menjadi mimpi buruk tersendiri untuk Sean sampai sekarang. Ia telah membunuh ayahnya sendiri.
*
Sean hanya memperhatikan dari jauh proses pemakaman ayahnya. Jauh dari orang-orang agar bisa menangis sepuasnya sendiri. Rasa bersalah adalah hal yang menyakitkan, apalagi kalau kita belum bisa memaafkan diri sendiri. Rasa bersalah itu semakin besar saat kondisi ibunya menurun beberapa hari kemudian dan harus dilarikan ke rumah sakit. Sean ingin menemuinya tapi tidak bisa. Ia akan menangis, tidak tau lagi bagaimana harus bersikap di depan ibunya karena sudah banyak sekali membuat masalah. Ia anak yang egois, durhaka dan apapun sebutan buruk untuk itu. Yang hanya bisa dilakukannya adalah menjaga sang ibu dari jauh. Sean ingin menghilang dari bumi karena keputusasaannya. Fisiknya lelah, mentalnya sakit. Sean memutuskan keluar dari rumah lamanya bersama Irene, pindah keluar kota dan tinggal di apartemen baru sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Hello [ semi hiatus ]
Romance"Aku pikir dia bisa merawatmu lebih baik daripada aku." katanya kemudian. Beberapa hari yang lalu, Joy bercerita kepadanya tentang pertemuan singkat kalian. Katanya kau terlihat sangat kacau, seperti pengangguran yang putus asa mencari pekerjaan. Te...