BAB 37

6.6K 773 59
                                    

Udara terasa dingin ketika Jennie memulai harinya pagi itu. Dia memejamkan matanya ketika tubuhnya kedinginan dan dia merapatkan jaket untuk memeluk tubuhnya.

Seharusnya dia yang memeluknya, bukan jaket ini. Jennie tidak merasakan kehangatan kendati jaket yang dia kenakan cukup tebal. Air mata kembali menetes di pipinya.

"Aku merindukanmu, Lili. Sudah satu bulan. Sekarang perutku mulai terlihat. Apakah kamu akan marah jika tahu aku sempat jatuh di tangga ketika aku mencoba turun untuk makan malam?"

Jennie telah membayangkan betapa posesifnya Lisa jika mengetahui hal itu. Untungnya janinnya baik-baik saja dan terakhir Jennie memeriksa, bahkan detak jantungnya begitu kuat.

Dia sangat kuat, sama sepertimu, Lisa...

"Jangan menyerah, Lisa. Jangan menyerah untuk kembali pada kami. Selama apapun, kami menunggumu kembali."

Jennie masuk ke dalam mobil sendirian. Sekali lagi, dia membayangkan betapa posesifnya Lisa jika tahu dia mengendarai mobil sendirian. Tapi tidak ada Lisa, itu berarti tidak boleh ada orang lain di sekitarnya, Jennie tidak mau ada orang lain yang menjaganya.

Satu bulan ini keadaan keluarga Manoban menjadi lebih tenang. Tidak ada lagi teror yang mencekam. Tapi teror akan kematian Lisa membuat mereka lebih takut dari sebelumnya.

Jennie benci mengatakan bahwa keluarga Manoban menyebutnya hari kematian Lisa karena begitulah adanya. Lisa di nyatakan mengalami henti jantung sebanyak tiga kali dalam satu bulan ini dan Jennie-lah yang bersikeras untuk mempertahankan pacarnya agar dia tetap berada di dunia, bersamanya.

Jika tidak, mereka sudah mencabut semua benda di tubuh Lisa dan Jennie benci itu. Dia benci melihat semua orang menyerah pada Lisa. Dia benci, Lisa sendiri tampaknya menyerah untuk hidup.

Peluru yang membuat jantungnya bocor membuat kehidupan Lisa tampaknya hampir mustahil. Tapi tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha, benar?

"Sayangku, aku kembali!" Jennie berujar penuh ceria dan meletakkan sebuket bunga matahari di samping bantal Lisa, betapa cantiknya bunga itu berada di samping wajahnya.

"Aku minta maaf aku sedikit terlambat. Tapi di luar mulai salju dan aku harus berhati-hati saat berkendara..." Jennie terkikik sebelum dia terkesiap karena ucapannya sendiri. "Ups, aku kelepasan. Maaf, sayang. Aku memang mengendarai mobilku sendiri. Kamu tidak marah, kan?"

Satu bulan berlalu, masih tidak ada reaksi apapun yang di tunjukkan Lisa. Jennie khawatir dia ikut menyerah seperti keluarga Lisa yang lain. Dia tidak mau melepaskan Lisa.

Bagaimana dia bisa hidup jika Lisa tidak ada di sampingnya? Pemikiran itu saja sudah membuatnya takut.

"Tapi aku baik-baik saja, loh. Aku pendarahan saat aku terjatuh dari tangga tapi kamu tahu apa? Anak kita sangat kuat. Bukankah dia luar biasa?" Jennie terkekeh dan mengusap pipi Lisa.

Satu bulan, Lisa telah kehilangan banyak berat badannya. Dia sangat kurus dan itu membuat dokter khawatir. Karena mereka terus melakukan CPR, mereka khawatir akan menimbulkan kerusakan lain di tubuh Lisa.

Apa yang bisa Jennie lakukan jika seandainya... Lisa mengalami henti jantung lagi dan para petugas medis menolak untuk melakukan CPR pada Lisa?

"Sayang, aku mengantuk sekali. Kamu tahu? Perutku sering sakit. Aku tidak bisa tidur nyenyak sepanjang malam dan... aku tidak tahu. Bagaimana aku bisa bertahan hidup, ya?" Jennie bersandar di sisi bantal Lisa, memejamkan matanya. Meski tubuh Lisa dingin, dia suka berada di sini di bandingkan berada di kamar yang hangat tapi dimana tempat itu tidak ada Lisa.

"Mmmm, aku sepertinya harus tidur sebentar. Benar kan, sayang?" Gumam Jennie sambil menyatukan tangan mereka, matanya sendiri mulai terpejam, tubuhnya sangat lelah.

JENLISA - LOLIPOP (Gip) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang