Jennie mencoba bersikap tidak kasar, terutama karena Leo masih berada di gendongannya. Dia ingin mundur dari ruangan ini, merasa mual dan tidak sanggup menatap Lisa lagi. Lisa yang telah melupakannya.
Perlahan Jennie menurunkan Leo dari gendongannya. Untuk pertama kalinya, Leo memberontak dan tidak ingin di lepaskan. Tapi Jennie tidak bisa bersama Leo dulu. Dia ingin menangis, berteriak begitu keras dan dia tahu dia tidak akan bisa melakukan itu di depan putranya.
"Tolong jaga Leo sebentar." Ujar Jennie. Suaranya bergetar, langkahnya lemas dan dia meletakkan telapak tangannya di perut.
Dia sudah selesai. Dia harus pergi dari sini. Tapi setidaknya, dia kali ini pergi dengan Lisa yang telah sadar dari koma berkepanjangan.
"Jennie?" Suara seraknya terdengar.
Tubuh Jennie menegang ketika suara itu bukanlah suara asing yang sering dia dengar. Kelembutan dalam suaranya, senyum yang tidak dia lihat tapi dapat dia dengar membuat Jennie berbalik.
Lisa di sisi lain, menatap Jennie dengan senyum cerahnya. Berbeda dari beberapa menit sebelumnya, mata wanita itu tidak terlihat bingung. Baik Bambam dan semua keluarga Manoban - kecuali Leo yang tidak tahu apa-apa - memiliki senyum yang sama seperti Lisa ketika mereka semua menatap Jennie.
"A-ada apa ini?" Jennie tergagap.
"Mommy..." Suara Leo bergetar dan Lisa menoleh pada si kecil gemuk itu.
"Leo, sayang... Kemarilah." Lisa mengulurkan tangannya dengan lemah untuk meminta pelukan.
"Kamu mengingatku?" Tanya Leo hati-hati. Sepertinya anak itu juga sama terkejutnya dengan Jennie ketika melihat reaksi Lisa sebelumnya.
"Tentu saja aku mengingatmu, sayang. Kamu adalah anakku satu-satunya! Uh, tidak satu-satunya tapi aku tahu, sayang! Kamu anakku yang paling tampan!" Lisa mencoba bersemangat.
"Mommy! Gendong aku! Aku ingin mommy!" Seru Leo melompat dan mencoba merangkak menaiki ranjang rumah sakit yang tinggi.
Katty membantu anak tersebut menaiki ranjang dan Leo segera memeluknya. Anak kecil itu berhati-hati dan bersandar si dada Lisa.
"Aku merindukanmu, nak. Terima kasih telah menjadi anak yang kuat." Lisa mencium puncak kepala Leo.
"Bagian mana tubuh mommy yang paling sakit?"
"Kepala dan dadaku sakit, tapi aku yakin aku akan baik-baik saja." Ujar Lisa menjawab pertanyaan putranya dengan jujur.
Tidak ada gunanya untuk berbohong pada putranya. Lagipula, Lisa tahu bahwa semua orang juga ingin tahu keadaannya. Lisa mengangkat pandangan, menatap Jennie yang masih terpaku di dekat pintu.
"Jennie," Panggil Lisa dengan senyum lembut.
Wanita itu tersadar. Bukannya berlari dan berhambur memeluk Lisa, wanita itu semakin mundur. Tangannya mencengkram kenop pintu dengan kuat, matanya yang lelah kembali meneteskan air mata.
"Kamu mempermainkanku?" Tanya Jennie dengan nada tak percaya. "Aku menunggumu sadar! Selama satu bulan aku kesakitan dan kamu berani mempermainkanku ketika ini adalah semua yang aku harapkan? Kamu... Kamu tidak tahu betapa takutnya aku melihat kamu tidak berdaya selama ini! Dan ini yang kamu lakukan setelah bangun?"
Jennie meledak, air mata terus tumpah membasahi pipinya. Lisa tertegun dan merasa bersalah. Dia mencoba bangun tapi kemudian meringis ketika dadanya terasa sakit, seluruh tubuhnya juga terasa kaku.
"Jennie, maafkan aku. Aku tidak berpikir..."
"Aku perlu menenangkan diri, permisi." Jennie pergi dari ruangan Lisa, meninggalkan Lisa dan semua keluarga Manoban yang sama tertegunnya karena ledakan Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
JENLISA - LOLIPOP (Gip) ✔️
Fiksi Penggemar[21+] Hampir lima tahun kebelakang, Jennie berusaha untuk mengubah hidupnya, mencoba melupakan rasa sakitnya atas perceraiannya dengan Lisa. Dia pergi disaat tengah hamil tanpa dia mengetahuinya, Lisa juga tidak. Ketika Jennie tahu, dia berjuang se...