Chapter 12

499 73 44
                                    

terima kasih buat yang udah memberikan vote komen, meski ini cuma cerita remake💜

selamat membaca dan sorry kalo ada typo







🐹JinRene🐰







Pertama kali Iren datang ke rumah keluarga Jean, rumah itu sepi karena hanya dihuni oleh empat orang yang tidak bisa dibilang muda lagi.

Satu di antaranya, Luky Nelwan. Ia adalah Jean versi lebih tua—papinya.

Hanya ada suara televisi di pos satpam Pak Adnan dan lagu dangdut dari arah belakang. Kata Jean, Bibi Jum yang bekerja di rumah keluarganya, bisa pusing kalau tidak mendengarkan lagu dangdut.

Tapi saat ini, rumah keluarga Jean terasa sesak. Mobil-mobil berjajar di garasi dan halaman. Suara riuh terdengar bahkan sejak Iren dan Jean turun dari mobil.

Iren menatap Jean yang juga baru turun. "Rame banget," katanya sedikit khawatir.

"Kalo sepi namanya upacara bendera." Balas Jean.

Iren menghela napas panjang-panjang, membuat Jean menatapnya dan tersenyum geli.

"Harusnya, kamu nervous pas ke sini pertama kali. Bukan sekarang."

Bener juga, jawab Iren dalam hati.

Meski sudah pernah bertemu dengan semua keluarga besar Jean di hari pernikahan, tapi Iren belum pernah berinteraksi dengan yang lainnya selain papi, mami, oma, Shezi dan suaminya.

Paling-paling hanya saling bersalaman saat resepsi.

Ini aneh. Bahkan ketika bertemu orang tua Jean
dan omanya, Iren merasa tidak segugup ini.

Jean pun tidak banyak membantu.

Lelaki yang hari ini hanya memakai kaos hitam lengan panjang dan celana jeans itu, malah bersiul-siul seraya mengambil tas dari kursi belakang, dua kotak donat J.CO ukuran besar yang tadi mereka beli dan satu kantung plastik putih berisi snack-snack ringan.

"Ayo. Ini nggak seserem sidang tesis." Ucap Jean, berusaha menepis kecemasan Iren.

Iren membayangkan sedang dalam suasana sidang doktoral yang akan dialaminya, setelah disertasi selesai nanti.

Suara riuh itu pasti suara penonton. Bisa jadi itu suara para guru besar dewan penguji yang sedang membicarakan disertasinya.

Iren memejamkan mata, serta mengembuskan napas dua kali. Tangannya memegangi ujung kaos Jean.

"Waaah, ini dia nih. Penganten baru!"

Iren membuka mata.

Suara riuh yang didengarnya di depan memang tidak menipu. Iren bisa menandai beberapa wajah. Ada Om Melky dan istrinya. Om Melky adalah adik dari papinya Jean. Lalu ada juga Opa Eddie, yang merupakan adik kandung dari omanya Jean.

Selebihnya, wajah-wajah lain yang pernah Iren
lihat tapi tak tahu namanya. Sementara Jean hanya cengar-cengir, Iren berusaha memasang senyum terbaiknya.

Jean salah. Menurut Iren, ini terlihat lebih menyeramkan dari sidang tesis.

"Om Chef!" Seorang anak perempuan berumur sekitar lima tahun berlari mendekati Jean. Rambut kuncir kudanya berayun-ayun.

"Halo princess!" sapa Jean semangat, "Kangen Om Jean nggak?"

"Kangen!"

Iren tersenyum melihat Jean yang terlihat sangat menyayangi keponakannya itu, hingga tatapannya teralihkan dengan kehadiran oma dan maminya Jean.

YOUR EYES TELL [JINRENE]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang