Chapter 17

646 79 36
                                    

terima kasih buat yang memberikan vote komen, meski ini cuma cerita remake😊

selamat membaca dan sorry kalo ada typo







🐹JinRene🐰







"Kita bisa semaleman di sini." Jean memukul setir mobilnya kesal.

Sudah lima belas menit mobilnya berhenti bergerak di tengah-tengah lautan mobil lainnya.

Seperti terjadi sesuatu di depan sana, yang membuat jalan tol Jagorawi ini macet total.

"Mungkin ada kecelakaan," kata Iren, sambil mengecek timeline sosial medianya.

Saat ini, informasi begitu mudah didapat di media sosial. Hanya mengetik keyword nama tol yang sedang mereka lewati, dan permasalahan bisa diketahui.

"Bener kan. Ada truk yang keguling didepan."

"Yah, nginep di mobil kita malem ini."Keluh Jean.

Kemudian Jean menyandarkan punggungnya ke kursi mobil

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kemudian Jean menyandarkan punggungnya ke kursi mobil.

Iren menatap suaminya itu sambil tersenyum.
"Dulu kamu kuliah bisnis?" tanya Iren membuka percakapan.

"Iya," jawab Jean.

Jean lantas bercerita bagaimana keluarganya murka, ketika ia mengakui bahwa ia telah berhenti kuliah bisnis sejak tahun kedua.

Luky Nelwan, papinya Jean, sempat mengusirnya dari rumah. Jika bukan karena omanya, Jean yakin papinya akan mencoret namanya dari silsilah keluarga Nelwan.

Jean selalu merasa bahwa menjadi direktur
sebuah perusahaan itu terlalu monoton. Dia tidak menemukan sesuatu yang menarik dari kehidupan papinya dan opanya.

Tidak ada hal yang mengesankan.

"Tapi sekarang, ujung-ujungnya kamu jadi pengusaha juga," komentar Iren. "Cuma tinggal tunggu waktu, sampe bisnis kamu sebesar perusahaan papi."

"Iya sih." Jean tertawa kecil. "Tapi setidaknya, aku ngelakuin hal yang aku suka. Aku kerja di bidang yang emang aku suka."

"Enak ya, lepas dari standarisasi orang-orang,"
Iren terdiam sebentar. "Sekarang banyak yang sering bilang 'just be yourself'. Tapi ketika kita
udah memilih untuk menjadi diri kita sendiri, orang-orang malah nggak setuju, malah nge judge ini itu."

"Termasuk alasan kamu nikah kan?"

Iren memukul pelan lengan Jean, membuat Jean menoleh dan menatapnya.

"By the way, Ren...."

Giliran Iren yang menoleh karena Jean tak kunjung melanjutkan kalimatnya. "Apa?"

"Kamu cantik hari ini."

Di kegelapan mobil, Iren bisa merasakan wajahnya memerah. Terasa dari rasa panas yang mengalir dari kening, pipi, dada, hingga berakhir di perutnya.

YOUR EYES TELL [JINRENE]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang