Chapter 8

436 61 21
                                    

terima kasih buat yang udah memberikan vote komen, meski ini cuma cerita remake💜

selamat membaca dan sorry kalo ada typo







🐹JinRene🐰







Pertemuan malam ini sebenarnya adalah meeting tidak resmi dengan Sagara.

Sagara adalah sahabat Jean sejak SMA, sekaligus barista profesional yang dua tahun berturut-turut membawa pulang gelar barista internasional.

Biasa dipanggil Saga, ia baru saja pulang ke Indonesia setelah lima tahun merantau di Inggris, menjadi barista dari satu coffee shop ke coffee shop yang lain.

Jean yang sejak lama berencana untuk membuka sebuah coffee shop, langsung mengontak sahabatnya itu untuk bekerja sama.

Mereka bertemu di sebuah coffee shop yang berada di Mall Pondok Indah 2, Jakarta Selatan. Pertemuan pertama mereka setelah lima tahun tidak bertemu.

Saga bahkan tidak tahu-menahu soal pernikahan Jean sampai malam ini.

Sampai Jean muncul bersama seorang perempuan bertubuh mungil, rambut lurus panjang berponi, memakai baju lengan panjang berwarna cream dan celana jeans.

Iren tidak ikut masuk ke dalam coffee shop. Perempuan itu berubah pikiran di depan pintu masuk. Katanya, dia ingin melihat-lihat buku.
Jadi, dia memutuskan untuk ke sana dulu.

Nanti, jika Iren bosan, Iren akan kembali
menyusul Jean. Jean meng-iyakan saja, sambil menyelipkan salah satu kartu debitnya ke jemari tangan Iren.

Tentunya, hal itu menimbulkan sedikit perdebatan karena Iren jelas menolak.

Namun, karena Jean yang terus memaksa, mau
tak mau membuat Iren pasrah menerima. Toh, perempuan itu tetap tidak akan menggunakannya.

Sepanjang perjalanan tadi, Iren menjelaskan mengapa dia begitu ketakutan ketika listrik padam.

Ketakutan itu berasal dari trauma masa kecilnya dulu. Kejadian ini, sebelum Iren dan keluarganya pindah ke Sleman, Jogja.

Ada tragedi berdarah di daerah tempat dia tinggal, di Songo Sewu, Jogja. Daerah yang terkenal dengan beribu-ribu kejadian janggal dan mengerikan.

Pada suatu malam yang tenang, listrik tiba-tiba padam. Itu bukan hal besar, sebab di daerahnya, listrik memang sering padam dalam waktu yang lama tanpa alasan yang jelas.

Tapi malam itu, listrik hanya padam sebentar lima belas menit.

Biasanya, lampu yang menyala kembali diiringi sorakan gembira anak-anak yang bisa menonton TV lagi.

Tapi kala itu, nyala lampu diiringi jeritan yang menyayat dari rumah sebelah. Keluarga Iren berduyun-duyun keluar untuk mengetahui apa
yang terjadi.

Dari situlah ketakutan Iren berasal. Bu Sita, tetangga sebelah rumahnya, jatuh pingsan di halaman.

Tak jauh darinya, ada sesosok mayat bersimbah darah yang langsung dikenali sebagai Pak Adi, suami Bu Sita.

Lehernya digorok dan isi perutnya terburai. Tragedi itu begitu santer dibicarakan sampai berbulan-bulan setelahnya.

Pembunuh Pak Adi ternyata adalah warga dari daerah yang sama.

Sebuah persaingan dagang yang berujung pada pembunuhan. Sejak saat itu, Iren selalu ketakutan ketika terjadi pemadaman listrik.

Bayangan kubangan darah dan isi perut yang berceceran kembali menghantuinya, ketika kegelapan total terjadi.

YOUR EYES TELL [JINRENE]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang