Chapter 30

798 77 56
                                    

terima kasih buat yang selalu memberikan vote komen, meski ini cuma cerita remake😊

selamat membaca & sorry kalo ada typo







🐹JinRene🐰







Iren menatap lelaki di sebelahnya. Jean sedang berbaring miring menghadapnya, menatapnya dalam-dalam.

Tangan lelaki itu terulur untuk membelai rambutnya. Sungguh ironis. Jam dinding sudah menunjukkan pukul dua belas siang.

Tetapi, kamar Iren masih tertutup rapat seolah masih pukul dua belas malam.

"Penelitian kemaren kamu pergi sama Surya," ujar Jean.

Iren merespon dengan kedikan bahu. "Iya. Tapi rame-rame, nggak cuma berdua."

"Mungkin ini kedengerannya lucu, tapi aku cemburu. Aku liat foto-foto kamu di X."

Iren tertawa kecil. "Nggak kok, sama sekali nggak lucu. Ya karena kayak gitulah rasanya, setiap aku liat kamu sama Syandra. Cemburu."

Jean mendekatkan diri kepada istrinya itu, lalu memagut bibirnya.

"Aku udah bilang kan sama kamu, I'm okay with Melvin. Tapi Syandra lain soal." Jawab Iren, setelah Jean melepaskan pagutannya.

"Tapi Syandra itu cuma masa lalu aku, Ren."

"Kamu yakin hah? Kamu yakin Syandra cuma masa lalu kamu?" tanya Iren dengan satu alis yang terangkat.

Jean tidak segera menjawab. Lelaki itu masih menatapnya dalam-dalam, sebelum bergerak untuk telentang dan menghela napas panjang.

Untuk beberapa saat, Jean hanya menatap langit-langit kamar. "Melvin lagi sakit," kata Jean tiba-tiba. Matanya masih menerawang. Kedua tangannya berada di bawah kepalanya. "Glomerulonefritis."

Aku tau, jawab Iren dalam hati.

"Ada dua alasan, kenapa Syandra balik ke
Jakarta. Pertama, rumah tangganya sama Nathan bermasalah. Kedua, Melvin butuh pelayanan kesehatan yang lebih memadai."

Jean terdiam sebentar. "Aku udah pernah nemenin Melvin check up. Dan bener. Sedikit demi sedikit,
ginjalnya mengalami penurunan fungsi. Sekarang, dokter lagi observasi lebih lanjut kondisi badan Melvin, sambil ngasih beberapa obat."

Aku tau, aku udah tau semuanya, tambah Iren dalam hatinya.

"Pengobatan Melvin pasti butuh waktu yang lama. Selama itu, Syandra rencananya stay di Jakarta. Itu yang aku lakuin akhir-akhir ini, Ren."

Iren memalingkan wajahnya, ikut menatap langit-langit kamar. Seandainya, Jean mengatakan ini semua lebih awal, pasti rasanya tidak akan sesakit ini.

"Aku cariin mereka rumah, cariin dokter yang terbaik buat Melvin, dan juga cariin sekolah baru buat Melvin." Jean menghela napas. "Aku tau ini paling nggak adil buat kamu. Kamu gapapa sama Melvin, tapi nggak sama Syandra. Aku ngerti. Tapi Ren, Syandra sama Melvin itu satu paket. Gimana bisa aku ngurus Melvin tapi cuekin Syandra? Aku cariin rumah buat Melvin, sama aja kan aku cariin rumah buat Syandra. Kecuali, aku ngambil hak asuh Melvin dari Syandra. Which is impossible."

Iren menghela napas panjang. "Kenapa kamu baru bilang sekarang?" tanyanya tidak tahan.

Jean menoleh. "Karena aku khawatir nyakitin kamu, Ren. Apa lagi?"

Iren tertawa kecil. Tawa yang lebih ke ironi daripada lucu. "Terus kamu pikir, dengan kamu ngelakuin semua ini diem-diem, kamu berhasil ngelindungin aku dari rasa sakit?"

YOUR EYES TELL [JINRENE]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang