Chapter 15

573 70 21
                                    

bagi yang menunggu cerita ini update,
jangan lupa save di library (simpan di perpustakaan) dan sering2 cek manual chapternya. Karena notif wattpad sering error.

terima kasih buat yang udah memberikan vote komen, meski ini cuma cerita remake💜

selamat membaca dan sorry kalo ada typo







🐹JinRene🐰







Cahaya matahari yang masuk dari jendela menerangi wajahnya, membentuk sebuah pemandangan indah.

Jean sudah rapi dengan blue jeans pudar, kaos putih, blazer hitam dan topinya. Seharusnya, Jean segera ke bandara untuk mengejar pesawat ke Bali.

Tapi yang Jean lakukan malah berlama-lama memandangi istrinya, yang masih tertidur pulas di tempat tidur.

Tapi yang Jean lakukan malah berlama-lama memandangi istrinya, yang masih tertidur pulas di tempat tidur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jean tahu Iren baru bisa tidur setelah dia memeluknya erat-erat, membuatnya tidak bisa bergerak.

Berbeda dengan pertama kali mereka tidur dalam satu kamar di Lembang, tadi malam Jean bisa tidur pulas. Tapi Jean buru-buru mencibir dirinya sendiri.

Bagaimana Jean tidak tidur pulas? Jean menenggak obat tidur dosis rendah sebelum mematikan lampu kamar.

Jean terpaksa melakukannya karena ia ngeri membayangkan tidak bisa tidur semalaman.
Padahal, dia harus ke bandara pagi-pagi.

Sepertinya, Jean harus mengonsumsi obat tidur selama dia tidur satu kamar dengan istrinya itu.

"Ren," panggilnya, berusaha membangunkan.

Iren hanya bergerak sedikit. Menghela napas panjang, tapi tidak ada tanda-tanda akan bangun. Jean mengulurkan tangan untuk menyingkirkan helai-helai rambut dari wajah istrinya. Lalu Jean menunduk, mendekatkan dirinya kepada istrinya itu.

"Bangun, Ren," bisik Jean lembut di telinga Iren, sambil tangannya mengusap-usap rambut panjang Iren.

Iren melenguh sedikit, bergerak, meregangkan tangan, membuka mata, lalu memekik terkejut saat melihat Jean begitu dekat di depannya.

Seketika Iren terbangun sampai-sampai puncak kepalanya mengenai dagu Jean.

"Aduuh," keluh Jean.

"K-Kamu ngapain?!" tanya Iren panik.

"Aku lagi kesakitan, pake nanya lagi," jawab Jean manyun, lalu mengusap-usap dagunya yang nyeri.

"Lagian kamu ngapain sih deket-deket?!"

Jean buru-buru menaruh telunjuknya di bibir, menyuruh Iren memelankan suaranya, sambil tangannya yang lain menunjuk pintu.

Iren menutup mulutnya, baru teringat bahwa di luar sana ada keluarganya.

"Aku cuma mau bangunin kamu," tambah Jean. "Udah jam setengah tujuh tuh."

Iren sontak bangkit menyingkap selimutnya dan berniat berlari ke kamar mandi. Tapi Jean dengan sigap mencegahnya.

YOUR EYES TELL [JINRENE]☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang