S3

517 49 0
                                    


Happy reading 💕

Maaf tidak ada pesan dan kesan, tapi aku harap kalian semua suka dengan cerita ku ini :)

***

   Perkataan orang-orang memang benar, soal hubungan yang tidak mungkin bisa bertahan lama.

Sakura melakukannya di hari ini, di lorong koridor kampus lumayan sepi. Padahal belum berjalan seminggu berpacaran bersama Rock lee.

Sejauh ini tidak ada laki-laki yang cocok untuknya. Makanya kenapa dia selalu tak menjalani hubungan langgeng, bersama laki-laki ingin menjadi kekashinya.

Dia bukan perempuan murahan. Dia begitu karena ingin mendapat laki-laki yang bertahan sampai menikah.

Alasan bergonta-ganti juga, dia mengetes dan mencari tahu sifat laki-laki itu seperti apa, apakah baik atau tidak.

Bukan melihat dari tampangnya.

Sebab bagi Sakura, sifat dan sikaplah nomor 1.

Dan Sakura sudah menilai Rock lee seperti apa.

Sifat dan sikapnya bukan kriteria yang cocok baginya sama sekali.

"Sakura! Kau yakin ingin mengakhiri hubungan ini?!" Ucap Rock lee membuka kedua telapak tangan, menuntut penjelasan.

Sakura menghela nafas berat, sambil memijit pangkal hidung memandang Rock lee. "Maafkan aku Lee! Aku tidak menyukai mu!" Menyilang tangan depan dada.

"Apa?!" Membelalakan mata.

"Sifat mu membuat ku berubah pikiran!" Berbalik ingin pergi, namun dengan cepat Rock lee mencegah, berdiri di hadapan Sakura.

Rock lee menghela nafas berat. Pemuda itu terlihat mulai frustasi!

"Ku mohon! Apa tidak boleh kita memperbaiki ini bersama?!"

Sakura menggeleng kepala, menolak dengan keputusan Rock lee, tanpa berpikir panjang. "Tidak! Aku sudah putuskan! Jadi kita putus saja Lee!" Melambung melewati Rock lee.

Ino berada di ujung koridor, tak jauh dari Sakura dan Rock lee berada. Gadis itu hanya bisa diam menghela nafas, lagi pula ini bukan sekian dia melihat sang sahabat memutusi laki-laki.

"Ayo Ino!" Ajak Sakura, langsung menarik pergelangan tangan Ino menuju kelas.

"Aku kasihan pada Rock lee, dia terlalu baik kau perlakukan seperti itu."

Sakura mendengar perkataan itu, merotasi mata melirik Ino dengan ujung mata. "Kalau begitu kau saja pacaran dengannya!" Ucapnya kesal.

"Kau tak hitung sudah berapa banyak yang kau putusi Jidat?!" Ino berhenti berjalan. Otomatis Sakura ikut berhenti. "Ini sudah yang ke 22 orang laki-laki!" Melepas pegangan tangan Sakura.

Sakura berdecak kesal, moodnya berubah jadi jelek sekarang! "Kalau begitu aku pergi ke kelas sendiri!" Lanjut berjalan melewati koridor yang sekarang terlihat mulai ramai, sebab mendekati kelas.

"Apakah tak ada satu pun lelaki yang membuat mu tertarik?!" Kesal Ino sembari meyilang tangan depan dada, tak habis pikir cara jalan otak sahabatnya ini.

Siapa lagi kalau bukan Sakura.

Tak ada jawaban dari gadis itu, entah apa yang gadis berambut merah muda panjang itu lihat? Sampai tidak merespon pertanyaan protesnya?

"Hey! Jidat! Aku bicara pada mu!" Ino menjitak kepala Sakura dengan buku jari telunjuk, tak keras atau tak pelan juga.

"Aw!"

Sakura berbalik melihat arah Ino menunjukkan wajah masam dan bibir mayun kedepan, sambil mengusap kepala kena jitakan.

Lumayan di sebut sakit.

"Apa yang kau lihat?! Sampai celotehan ku, kau tidak dengar?!" Menyilang tangan depan dada, sekilas menarik satu alis meminta jawaban.

Bertepatan dengan itu, wajah semula masam berubah menjadi senyum merekah.

"Apa kau sudah gila?!" Entah apa yang merasuki sahabatnya itu?! Tiba-tiba mood sahabatnya berubah gembira, padahal semulanya jelek.

Mata Ino berusaha mencari, apa yang sahabatnya lihat.

Kerumunan para mahasiswa-mahasiswi.

Namun lebih banyak para gadis berkumpul di sana.

Hingga...

"GILA! SIAPA LAKI-LAKI TAMPAN ITU?!" Teriak Ino tercengang bukan main menutup mulut.

Sakura pun sama, bahkan dia sampai tertengun di posisi berdiri, sebab terpesona dengan paras rupawan tersebut.

"Sensei nama anda siapa?!"

"Iya nama anda siapa?!"

"Itachi."

"Sensei umur berapa? Bapak terlihat lebih cocok jadi mahasiswa!"

"Iya sensei sangat tampan!"

Itachi terkekeh pelan mendorong sedikit ujung kaca matanya. Dia sedang buru-buru.

"Sudah cukup 15 menit lagi, saya harus mengajar. Nanti saya akan perkenalkan diri lebih lengkap di kelas lain nanti." Memberi senyum ramah, mengeratkan pegangan buku cetak di tangannya.

Mata Sakura tidak berhenti membola, hingga dosen bernama Itachi itu melewati dirinya dan Ino.

Sakura tersenyum lebar, berbalik melirik punggung tegap itu mulai menjauh.

Ino melihat Sakura penuh penyelidik. "Jangan bilang kau menyukai dosen itu?!"

Sakura berdehem, baru menyadari sikapnya. "Ha?" Mengecek jam pada ponsel. Matanya spontan membelalak terkejut. "Astaga Ino! Kau lupa siapa yang mengajar hari ini?!"

"Apa kau sengaja mengalihkan topik?" Memincingkan mata tak percaya.

"Mana mungkin aku mengalihkan topik! Hari ini Tsunade sensei yang mengajar!"

Ino tertengun sejenak. "Tsunade sensei?!" Tercengang.

Sakura menganggukkan kepala tak sabaran.

"Astaga!" Ino menarik pergelangan tangan Sakura.

Dengan cepat mereka berlari bersama.

***

NINKI [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang