Hy! Posting lagi nic! Happy reading 💕
***
Sakura masuk keruangan Itachi. Laki-laki berusia 21 tahun ke atas itu tengah menelepon seseorang melalui ponsel pintarnya, sambil memandangi jendela tertutup gorden. Terlihat sibuk.
Ini merupakan ruang guru, namun sunyi. Kemana semua dosen?
"Itachi sensei? Di mana saya harus letakan kertas hasil ujian ini?"
Itachi tak berbalik masih meneruskan menelepon, hanya tangannya saja bergerak menunjuk arah meja kerjanya berada. Maksudnya letakan di situ.
"Baik." Sahut Sakura, meletakan tumpukkan kertas hasil ujian dadakkan itu dengan hati-hati.
Sakura lanjut berdiri di belakang Itachi berada bertepatan laki-laki itu kini mulai selesai menelepon. Itachi berbalik sembari menyimpan ponsel kedalam saku celananya.
Itachi menarik senyum tipis. "Maaf! Tadi keperluan mendadak." Tangan lebih besar di banding Sakura itu menyorot ke arah kursi sebrang. Memberi tanda untuk mempersilahkan seseoramg duduk. Sakura tanpa bersuara menuruti, begitu pula Itachi ikut duduk di kursi sebaliknya di tempat dosen salalu duduki.
"Jadi tujuan saya memanggil mu kemari.." Itachi melihat kanan-kiri memastikan di tempat ini benar-benar sudah tidak ada siapa pun, selain mereka berdua. Sakura jadi mengikuti Itachi.
Itachi mengerti bersuara. "Para dosen di traktir makan oleh Rektor, itu sebabnya tempat ini sunyi. Saya tidak ikut karena ada urusan dengan mu." Mengepal kedua tangan, bersandar pada meja. "Apa kau sungguh keberatan dengan rumor ini, saya bisa membantu mu untuk menghapus semua berita ini."
Sakura menghela nafas kasar. Orang normal mana tidak mau rumor tak benar ini untuk di hapuskan?!
"Tentu saja saya ingin!"
Itachi mengangguk pelan, mengerti atas keluhan Sakura. "Baiklah." Menarik nafas. "Tapi ada syaratnya."
Mata Sakura membelalak. "Apa?!"
"Maaf membuat mu terkejut! Tapi ini sungguh tidak sulit dan tidak memberatkan mu sama sekali." Jeda. "Tolong rahasiakan indentitas ku, jangan sampai orang lain tahu. Soalnya ini rahasia keluarga."
Dahi Sakura mengkerut mengingat Karin malam saat itu datang, bukannya gadis itu pasti sudah tahu semuanya?
Itachi berdehem, membuyarkan lamunan Sakura. "Soal Karin?" Spontan Sakura bertanya.
"Soal Karin sepupu Naruto? Dia tidak tahu apa-apa, katanya dia hanya ingin memotret mu dan adik ku, hanya ingin menjatuhkan mu."
"Sial!" Umpat Sakura keceplosan, langsung menutupi mulut kasarnya dengan tangan. "Ah! Maaf sensei! Itu reflek alami!" Sesalnya.
Itachi terkekeh, sembari menggeleng kepala tak keberatan. "Tak apa, kau bisa menjadi diri mu sendiri, jika itu bukan di kelas."
"J-jadi Karin benar-benar tidak tahu apa pun?!" Sakura memastikan sekali lagi.
Itachi mengangguk membenarkan. "Ya, saat kau di bawa pergi oleh Sasuke, saya juga ikut pergi dari sana dan Naruto menyuruh bodyguard Sasuke membawa langsung sepupunya masuk ke mobil pribadinya." Jedanya. "Dan Naruto mengatakan Karin tidak tahu apa-apa begitu Naruto bertanya-tanya saat berada di mobil. Katanya dia tidak peduli soal itu, dia lebih fokus pada mu."
Sakura menghela nafas memijit pangkal hidung frustasi. Dia menyesal, seharunya Sakura mendengar perkataan Ino, soal jangan mencari masalah pada gadis kaya itu. Bagaimana tidak mencari masalah! Mulut embernya itu pantas mendapat balasannya!
"Berarti Itachi sensei saat malam itu tak ketahuan oleh Karin?!"
"Hmn, sama sekali tidak tahu." Jawab Itachi santai.
"Itachi sensei sungguh hanya itu syaratnya?!" Tanya Sakura tak menyangka, jadi selama ini orang-orang tidak tahu sama sekali kalau Itachi juga merupakan anak konglomerat pertama?! Terus apa tujuan Itachi kesini menjadi seorang dosen dan bukannya menyibuki diri dengan dokumen-dokumen memusingkan di kantor?
"Iya itu saja sudah cukup, saya percaya pada mu Sakura. Makanya saya tidak ragu mengatakan ini langsung." Akunya. "Apa masih ada ingin kau tanyakan?" Itachi mengambil sebuah kertas berukuran kecil. Sebuah kartu nama PT. UA Corporation. "Kau bisa bertanya pada saya lewat kartu nama ini. Di sini kurang privasi dan tidak aman, nanti bisa-bisa ada yang mendengar."
Sakura mengambil kartu nama itu. Sebenarnya Sakura juga sudah mendapatkan satu lagi dari Sasuke. Laki-laki sial! Yang dia harus hindari! Setidaknya Itachi lebih baik di banding laki-laki keparat itu! Yang menciumnya sembarangan!
Tentu Sakura sangat senang mendapat kartu nama dari Itachi. Semulanya dia hanya kagum dengan ketampanannya, tapi ternyata sikap dan keramahannya, membuat Itachi jadi lebih mempesonan bagi Sakura sendiri.
Itachi menarik senyum simpul. "Kau bisa menelepon saya jika butuh sesuatu. Saya tidak keberatan sama sekali."
"Baiklah terima kasih banyak. Apa ini sudah selesai Itachi sensei? Agar saya bisa langsung pergi ke kelas."
Itachi mengangguk. "Tentu, hanya itu saja."
Sakura kemudian beranjak dari kursi, menunduk sopan sebelum menujuh pintu keluar. Itachi memandang terus sampai kepergian Sakura beserta senyum tak lepas. Menyadari hal itu Itachi menggeleng-geleng kepala, menyadarkan diri.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
NINKI [Sasusaku]
Fanfiction[ Slow update ] Beberapa chapter di revisi ♡ [ 🚫 Peringatan! Mengandung konten dewasa dan sedikit gelitikan, mohon bijak dalam membaca. Sekian dan terimakasih. ] "Apakah tak ada satu pun lelaki yang membuat mu tertarik?!" Kesal Ino sembari meyilang...