S18

370 37 6
                                    

Ini ya author post favorite kalian nih SS

Happy reading pinjam dulu seratus hehe bercanda kok ^^

Maaf ya chapter bagian ini ngk panjang, biar ngk di tagih mulu, ngk enak juga kan nunggu, ngegantung entar, kan ngk enak ya di gantung kayak di gantung ama si doi hihi

Okay selamat membaca para
readers tercinta ku 💕

***

   Sakura meletakan kasar gelas bening mini kosong di meja bartender sembari menunduk kepala, hingga rambutnya menutupi seluruh wajah.

Sasuke menghela nafas menatap prihatin melihat keadaan Sakura yang sudah mabuk berat. Pemuda itu duduk bersama di sisi Sakura, dengan sekedar hanya menemani.

Mereka berdua berada di bar Laviente. Atas keinginan Sakura sendiri pergi ke tempat ini. Itu mengapa mereka berdua bisa berada di sini.

Terlebih belum lama pertengkarannya bersama Karin dan segala masalah yang datang membuat artikel salah tentang dirinya, membuat Sakura menjadi seperti ini.

Sasuke mengambil gelas kosong berada di tangan Sakura, namun Sakura menahan kuat menggeleng kapala, pertanda dia masih ingin menambah minumannya lagi. Kendati gadis itu terlihat tidak baik-baik saja, bahkan sampai sesekali terantuk-antuk. Sudah gelas ke 5 gadis itu minum dengan kadar alkohol tinggi. Terlebih terlihat jelas kadar alkohol Sakura lemah tak mampuh minum banyak, bisa saja setelah ini membuat Sakura bisa mual, akibat kebanyakan minum.

"Kali ini yang terakhir!" Tegas Sasuke melihat Sakura menegguk minuman keras itu hingga tandas.

Sakura meletakan gelas kasar, menoleh melihat Sasuke kesal. "Ini tubuh ku dan terserah aku TUAN!" Mengangkat gelas ke arah bartender. "Tambah lagi!"

Sasuke tak berhenti mendengkus, tangan laki-laki itu menurunkan lengan Sakura, mengambil gelas sudah kosong itu, kemudian menatap sang bartender. "Dia sudah cukup minum!"

Bartender itu sekedar tersenyum memberi kertas bon, yantanya sebuah surat bertulis Supir anda sudah datang tuan.

Tertengun baru mengingat, Sasuke menyuruh orang suruhannya membawa balik mobilnya ke rumah, dan menganti supir yang datang mengatarnya pulang, dengan meminta pada bartender menjadi pembawa pesan kalau supir permintaannya datang.

Sasuke tanpa berucap kata, melepas jasnya mengikat benda itu pada pinggul Sakura yang memberontak, tangan Sasuke mulai mengangkat Sakura di mana pinggul Sakura berada di bahu Sasuke dengan tubuh penuh perlawanan yang sia-sia. "Lepas! Aku masih mau minum lagi! Tuan! Tuan Sasuke!"

Sasuke tak memperdulikan, tetap terus berjalan tanpa beban atau terusik dengan pergerakan Sakura mulai memukul-mukul punggung dan bahunya. Kakinya terus berjalan hingga sampai depan bar, di mana supir di maksud bartender tadi kini membukakan pintu untuknya.

Mata sang supir sesaat mebelalak melihat majikannya mengangkat perempuan, layaknya sebuah karung.

"Ngh!" Sakura menggeliat menodorong Sasuke, begitu pemuda itu mendudukan Sakura di kursi penumpang, setelah Sasuke ikut duduk bersama kemudian menutup pintu mobil. Supirnya mulai melajukan mobil meninggalkan gedung bar.

"Kita mau kemana tuan?" Tanya sang supir melihat dari kaca dashboard ke arah tuannya dan gadis asing itu, sebelum fokus menatap arah jalan. Ini baru pertama kali atau hal langkah bagi sang supir, mendapati sang majikan membawa seorang gadis bersamanya. Tak heran dari pertanyaan tadi.

Sasuke belum kunjung menjawab, dia sedang sibuk membuat Sakura tenang sembari memeluknya.

"Ke apartemen ku."

Senyap sesaat sebelum sang supir menjawab. "Baik tuan."

Sampainya di apartemen. Sasuke menggendong Sakura dari depan, tangan kanannya di bahu dan di bawah lutut Sakura, sebab gadis itu sudah tidak memberontak atau berisik lagi, malah tertidur nyenyak dalam gendongan Sasuke, jadi pemuda itu tidak perlu repot lagi menggendong layaknya di bar. Namun Sasuke di temani supirnya juga, hanya sekedar membantu membuka pintu apartemenya, menggunakan kartu. Begitu pintu di buka Sasuke langsung masuk merebahkan tubuh Sakura di atas tempat tidur kingzise miliknya.

"Ini kartunya tuan." Menyodorkan kunci apartemen.

Sasuke berbalik menghadap supir, begitu melepas sepatu hak heels Sakura. Dengan tenang Sasuke mengambil kunci apartemennya, kemudian di kekatakkan di atas meja naskas samping tempat tidur.

"Apa masih ada perlu lagi tuan?"

Sasuke melepas vest rompi terpasang di kemejanya, lalu meletakannya di atas kepala ranjang, kemudia berlajut menarik selimut menutupi tubuh Sakura. "Tidak, saya bisa mengatasinya sendiri." Menggulung lengan kemeja putihnya sampai batas sikut.

"Baik tuan." Menunduk mulai berlalu pergi.

"Jangan lupa tolong tutup pintunya lagi." Suruh Sasuke, kini duduk di sisi ranjang di samping Sakura yang tertidur.

"Hai." Supir menjawab, berlalu pergi di akhiri dengan menutup pintu.

Tersisalah Sasuke dan Sakura berada di ruangan ini.

Sasuke melonggarkan dasi, sebelum membuka benda terpasang di leher kerah kemeja. Punggung jari telunjuk Sasuke menyentuh pelan pipi Sakura dan menarik ujung selimut agar lebih menutupi leher Sakura.

Ingatan Sasuke berputar beberapa menit lalu, di mana mereka berdua dirinya dan Sakura membuat sebuah kesepakatan dan perjanjian dalam sebuah kertas. Sasuke terpaksa egois menukar video CCTV dengan sebuah pernikahan kontrak dalam kertas, beralasan mengganti atas pakaian formal mahalnya yang tak mempu Sakura bayar. Itu sebenarnya terlalu sepele, tak mungkin Sakura bisa menerima semudah itu. Maka Sasuke harus pandai membuat skemanya sendiri sampai Sakura menyetujuinya dan sedikif manipulatif.

Jahat memang, terlebih ini bukan sebuah keuntungan mendapat sesuatu bagi Sasuke dari Sakura menurutnya. Apa yang Sasuke ingin ambil dari gadis itu? Gadis itu bahkan tidak kaya atau memiliki perusahaan ternama.

Sasuke beranjak dari kasur mengambil sebuah kotak plastik mini bening berada dalam lemari baju di dalam laci. Sasuke membuka benda persegi di tanganya, berisi pelester luka bergambar kucing dan anjing. Sesekali mata Sasuke melihat Sakura sedang tertidur, mengingat kejadian lama yang bahkan Sakura tidak ingat. Pertemuan pertamanya bersama gadis itu semenjak masih sekolah dan itu masih SD. Sasuke tergelak mengingat gadis itu sangat manis menempeli pipinya dengan pelester luka lucu ini.

Sasuke tidak tahu nama Sakura sejak hari itu, dia hanya bisa memanggil sebuah julukkan yang dia buat agar bisa mengingat Sakura. Julukkan yang pas dengan rambut pirang Sakura.

Gadis stroberi.

***

NINKI [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang