S10

438 43 1
                                    

  Mana suaranya? Udah chapter 10 loh ini. Gini amat punya silent readers.

***

   Sakura tertengun bingung, begitu masuk ke ruangan studio pemotretan bersamaan dahi mengkerut, mendapati para staff beserta seorang photografer menghampirinya secara berbondong-bondong.

Lebih membingungkan lagi raut wajah ceria dan senang mereka.

Ini bukan soal rumor itu menghilang dari media berkat Itachi yang menepati janjinya. Namun seseorang berada di ujung sana, tepat di ruangan ini. Manejernya Gaara dan Sasuke sedang membicarakan sesuatu sambil duduk di sofa berlawanan arah, di mana sebuah meja kaca rendah menjadi pembatas. Dia tak tahu apa yang membuat mereka berdua terlihat berbicara dengan akrab?

Seketika raut tak suka Sakura muncul dan darahnya berdesir panas.

Dia sungguh tidak suka laki-laki itu berada di sini!

"Sakura! Kita mendapat berkat!" Ujar salah satu staff perempuan sambil bertepuk tangan.

"Toko online pakaian kita pasti bakal mendapat banyak perhatian!" Susul sang photografer.

"Kita seharusnya mengadakan pesta kecil-kecilan mulai sekarang untuk merayakan ini!" Lanjut staff laki-laki.

Sakura tidak memusingkan apa yang mereka ucapkan atau katakan. Matanya terus tersorot ke arah Sasuke dengan tatapan tajam.

Tanpa bicara sepatah kata pun Sakura menorobos kerumunan orang di sekitarnya dengan tatapan tak lepas dari Sasuke. Membuat para rekan kerjanya hanya bisa bingung dan terheran.

"Sakura kau mau kemana?" Tanya sang photografer kebingungan.

Sakura menghampiri kedua insani sedang berbicara itu. "Apa yang anda lakukan di sini?!" Bersedekap dada.

Gaara seketika berhenti berbicara mendengar seruan tak suka Sakura—spontan menoleh dengan membola mata. "S-akura?!"

Berbeda dengan Sasuke nampak tenang, padahal suara dan tatapan tak suka Sakura tertunjukkan untuknya.

"Sakura." Panggil Gaara. Namun tetap mata Sakura sama sekali tak berpaling.

"Dia—" ucapan Sakura tiba-tiba tertahan, sebab terbesit permintaan Itachi 3 hari yang lalu. 'Tolong rahasiakan indentitas ku, jangan sampai orang lain tahu. Soalnya ini rahasia keluarga.'

Ralat! Dia hampir membuat sebuah kesalahan akibat terlalu marah.

"Apa kau mengenal Sasuke? Sakura?" Tanya Gaara, melihat keduanya sesaat secara bergantian.

Sakura seperti biasa tak menjawab atau menyahut. Gadis itu mendekati Sasuke, kemudian menarik pergelangan tangan pemuda itu untuk mengikutinya.

Gaara bahkan semua orang-orang berada di situ, hanya bisa diam membisu. Terlebih Sasuke nampak tenang dan pasrah Sakura membawanya ke salah satu ruang rias pribadi milik gadis itu. Sakura menutup pintu dan tak lupa menguncinya dengan tetap membiarkan benda tersebut tergantung. Dia hanya berjaga-jaga agar Sasuke tidak berbuat macam-macam, maka dia dengan mudah meraih kunci itu—asal tak jauh-jauh dari pintu.

"Apa mau anda tuan?!" Bersedekap dada bersandar pada pintu. Tak lupa Sakura menyembunyikan penyemprot merica pada tangannya.

"Sakura!" Panggil Gaara cemas mengetuk-ngetuk di balik pintu. "Apa yang terjadi?!"

Sudut bibir Sasuke tertarik tipis. "Aku hanya ingin mempromosi produk."

"Maksud ku bukan itu!" Menghela nafas. "Yang lain!" Ucap Sakura tak sabaran.

Sasuke perlahan mendekati Sakura, mengikis sedikit jarak. Merica dalam pegangan Sakura dia remas untuk berjaga-jaga, bila Sasuke melakukan hal mengancam dirinya.

"Keputusan itu belum usai, walau rumor kita berdua di hapus sekali pun." Berbisik.

"Tuan Sasuke! Apa semuanya baik-baik saja?!" Suara Gaara membuat kebisingan di luar sana, itu cukup menganggu pembicaraan mereka.

Sakura berdecak membuka pintu sedikit lebar hanya memunculkan wajahnya ke hadapan Gaara. "Maaf pak manejer, kami tidak lama hanya berdiskusi ringan." Menyungging senyum tipis, kemudian menutupi pintu, tak lupa menguncinya lagi.

"Kalau begitu jawab saja keputusan konyol itu! Dan pergi dari hadapan ku!" Tekan Sakura bersedekap dada.

"Aku tidak membuat keputusan konyol." Menatap mata Sakura serius.

Dahi Sakura mengkerut. "Lalu? Memanfaatkan ku?" Menyunggar rambut asal. "Pergilah! Dan cari toko online lain untuk anda mengajak kerja sama!"

Sasuke bergegas menahan tangan Sakura yang mulai memutar kunci pintu lagi. "Tidak bisa!" Dia tidak mau pembicaraan mereka selesai begitu cepat.

"Lepaskan tangan anda dari ku tuan!" Menyingkirkan tangan Sasuke kasar. "Akan ku bicarakan soal ini dengan manejer ku. Dia harus mendengar keputusan dari ku juga!" Mulai menarik pintu.

Sasuke berdecak kesal. "Apa ini ada hubungannya dengan kakak ku?!"

Sakura spontan berbalik, tak jadi membuka pintu. Manik hijau Sakura terpaku pada Sasuke yang menarik satu alis, menatap lekat.

"Sakura? Katanya hanya sebentar?" Suara Gaara lagi mengusik.

Sakura panik buru-buru menutup mulut Sasuke dengan tangannya dan menjauh tak jauh dari pintu. Takut nanti akan ada yang mendengar.

"Anda pergi saja dari sini dan tak usah kembali atau berpikir mengajak kerja sama soal produk!" Menghela nafas kasar. "Bisa-bisa menjadi masalah! Setidaknya mereka tidak tahu soal rumor tentang kita yang tidak benar!"

Sakura mengkerut dahi merasakan nafas sekilas terasa pada telapak tangannya. Apa laki-laki itu sempat tergelak? Sakura tidak tahu pasti, hanya merasakannya lewat tangan dan melihat dari raut wajah.

Telapak tangan Sakura tiba-tiba di pegang, kemudian berlanjut Sasuke mengigit pelan telapak tangan Sakura. Gadis itu ingin menarik tangannya, namun Sasuke mendekat. Tanpa di sadari oleh Sakura, laki-laki itu menarik senyum tipis di balik telapak tangan gadis itu.

"Sekarang kau tidak punya lagi perlindungan." Maksud Sasuke melihat ke arah penyemprot merica tergeletak dekat pintu.

Sakura terperanjat, baru menyadari benda perlindungannya terlepas dari pagangannya.

***

NINKI [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang