S12

405 43 2
                                    

Aku posting nih demi kalian.

Happy reading ya 💕

***

   Sakura meratapi dandananya malam ini melalui cermin full body dengan ekspresi-entah merasa senang atau tidak.

Dia hanya teringat kembali perkataan Gaara.

'Aku tahu kau pasti tidak suka dengan keputusan ku untuk tetap menerima kerja dengan PT. UA Corporation, sebab rumor itu. Tapi toko kita perlu di akui Sakura.'

Gaara remat pelan ke dua bahu Sakura. 'Kau masih ingatkan toko yang di dirikan oleh ku dan direktur mengalami penurunan? Dan semua berubah membaik begitu kau datang Sakura, tapi aku bisa apa kalau direktur yang mengambil keputusan?'

Gaara menghela nafas rendah memberi sebuah senyuman menyakinkan. 'Percaya pada ku Sakura, kalau laki-laki itu benar-benar membuat mu terancam, beri tahu aku dan perlu foto, serta rekam bukti untuk membuatnya pergi dari sini!'

Sakura menyelipkan anak rambut kebalik telinga mendengar suara pintu di ketuk dari luar kamar.

"Sakura apa kau sudah selesai berdandan nak?" Itu suara ibunya Mebuki.

"Ya bu." Sahut Sakura mengambil tas selempang hitamnya. Senada dengan dress yang dia kenakan memperlihatkan bahu indahnya, hingga ke pinggang. Dress di kenakan Sakura ketat hingga memperlihatkan lekuk tubuhnya dengan dada tidak terlalu terbuka.

Pokoknya penampilan gadis itu bisa di bilang sexy.

"Di bawah ada yang menunggu mu."

Sakura tak penasaran siapa, dahlinya pasti Gaara yang datang menjemput. Tangannya mematahkan hendel pintu hingga terbuka mendapati Mebuki memegang sebuah spatula kayu. Tidak heran ibunya itu pasti memasak makan malam untuk ayahnya yang bekerja hingga larut malam, sebab lembur di kantor.

"Pasti manejer ku kan?"

Mebuki mengerut dahi menggeleng kepala. "Bukan! Masa menejer setampan itu?!"

Dahi Sakura mengkerut mengenai pertanyaan sang ibu membuatnya buru-buru turun melewati anak tangga. Seluet pertama emerald hijau Sakura lihat adalah seorang laki-laki berpakaian formal hitam. Laki-laki itu sedang duduk di sofa single sambil memainkan ponsel, bukan mengetik benda pipih itu, melainkan memutar layaknya bermain memutar-mutar polpen.

"Kenapa anda bisa ada di sini?!"

Sasuke lah laki-laki di maksud Mebuki. Peragai wanita berusia kepala tiga itu kini berada di belakang Sakura.

Sasuke beranjak dari sofa mendengar seruan kata Sakura. Sebelah bibirnya tertarik tipis melihat penampilan Sakura.

"Aku datang untuk menjemput mu." Memasukan kedua tangan ke dalam saku celana kain. "Aku pamit ya bu, titip salam untuk ayah juga, karena aku akan membawanya keluar bersama ku."

'Ayah?! Ibu?!' Batin Sakura, sampai matanya membola dan bibir melongo mendengar kata-kata Sasuke.

Mebuki menarik senyum lebar di sebut ibu oleh laki-laki yang baru dia tahu namanya Sasuke, saat laki-laki jakun memiliki tinggi 182 cm itu datang memperkenalkan diri depan pintu.

"Tidak apa-apa ibu ijinkan, pergilah nanti kalian berdua bisa terlambat." Mengibas tangan seraya mengusir.

Sakura mendengar perkataan Mebuki berbalik menatap ibunya kesal dengan kedua persisihan tangan mengepal.

"IBU!"

Sasuke melihat punggung polos Sakura spontan mengusap bibir dan dagu. Bahkan perubahan mata laki-laki itu mengelang. Pikirnya itu sangat menarik untuk di pandang.

"Pergilah putri ku yang cantik, pangeran mu sudah menunggu mu sana!" Sela Mebuki. "Ibu harus memasak! Tidak ada waktu meladeni mu." Mebuki menyungging senyum pada Sasuke. "Nak jaga putri cantik ibu ya." Melenggos pergi menujuh dapur.

"Tuan putri, ibu ratu tadi bilang kita harus cepat pergi nanti terlambat." Ucap Sasuke sembari mengecek jam rolex perak pada pergelangan tangan. Tak bisa di perkirakan seberapa mahal benda itu.

Sakura tak menyahut perkataan Sasuke dan hanya berjalan melewatinya acuh. Sasuke mendengkus pelan menyusul Sakura berjalan mendahuluinya.

Jika bukan karena soal pekerjaan, Sakura tak akan sepasrah ini di jemput laki-laki yang harusnya perlu dia hindari.

Mebuki di balik pintu dapur terkekeh pelan sembari menutup mulut dengan tangan melihat tingkah dua orang itu.

Sakura bersedekap dada, begitu dia berhenti tak jauh di depan sebuah mobil sport hitam yang di yakini milik Sasuke. Sakura hampir melupakan satu hal, kalau Sasuke seorang anak konglomerat. Mulai sekarang dia harus membiasakan semua itu kedepannya.

Suara bip mobil berbunyi, bersamaan pintu mobil terbuka otomatis tertarik ke atas, layaknya sebuah sayap burung mulai mengepak.

"Masuklah, aku khawatir bahu mu nanti akan kedinginan." Ucap Sasuke dekat ke daun telinga Sakura, kemudian memutar melewati mobil ke kursi pengemudi.

Sakura tak kunjung bergerak naik ke mobil. Dia tiba-tiba merasa tidak nyaman dengan pakaiannya sendiri malam ini, sebab perkataan Sasuke barusan. Dia merutuk dalam hati betapa menyesalnya memakai pakaian kurang bahan ini!

"Ayo masuk, di luar dingin."

Sakura menghela nafas lelah menaiki mobil, bertepatan pintu ikut otomatis tertutup begitu Sakura duduk di kursi penumpang, di sebelah Sasuke. Mobil sport ini memang hanya menyediahkan untuk dua orang saja. Makanya Sakura tidak bisa memilih di mana ingin dia duduk untuk menghindari laki-laki itu.

Sasuke melepas jasnya dan menaruhnya pelan ke paha Sakura. "Pakai itu kalau kau tidak mau bahu mu terekspos." Ucap Sasuke acuh, mulai menyalakan mesin mobil.

Sakura mengkerut dahi, melihat secara bergantian jas, beserta Sasuke yang nampak fokus menatap arah jalan.

"Lain kali pakai yang membuat mu nyaman."

Sekilas kelopak mata Sakura berkedip dengan tak menyangka perlakuan peduli Sasuke membuatnya hanya diam membisu.

***

NINKI [Sasusaku]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang