Tidak mungkin, lagi-lagi bocah ini mempermalukanku.
Sepanjang sekolah tadi sengaja kuturuti semua permintaannya untuk membiarkannya menikmati sepenuhnya karena setelah itu akan aku tidak akan kewajiban menjadi budaknya.
Mulai dari terus memerhatikan kelas, membantu merapikan kelas, ke perpustakaan mengambil buku untuk dibaca diujian mendatang dan hanya untuk dilakukan terus kedepannya?!
Cherry benar-benar kalah telak melawannya setelah semua omong besar itu?!
"Cherry! Kau bilang pemain pro tapi, kalah 15 kali darinya, kau sengaja membuat kita tambah dikendalikan olehnya?!" Luca yang sangat kesal, padahal dilihat darimanapun Cherry sangat percaya diri, darimana kepercayaan diri yang besar itu datang jika akhirnya tetap mereka yang kalah.
"Bentar, bentar, kurasa ada yang salah dengan mesinku, Wind satu ronde lagi, kali ini aku akan menang, jangan curang!" Sahut Cherry sambil memukul-mukul mesinnya dan juga tidak ingin mengakui kekalahannya.
Wind yang melihat kedua pembuat onar itu yang kalah telak memberikan mereka senyum sombongnya, "1 Jam sudah berlalu, kurasa toleransiku cukup sampai disini, mau mesin rusak atau apapun, kalian yang memilih mesin itu dengan bebas, yah, kemenangan ada dipihakku, Luca, urusi temanmu itu, aku tidak ada waktu meladeni kalian lagi~" Wind yang langsung mengambil ranselnya dan berjalan lurus kepintu keluar dengan wajah merendahkannya.
Bahkan, Wind kira mereka akan menang satu ronde ternyata sama saja, sungguh mengecewakan pikirnya.
"Luca, maaf, aku benar-benar terlalu meremehkannya, mari kita besok menantangnya lagi." Cherry yang juga merasa bersalah sedikit, padahal Luca tidak bermain sedikitpun dan menyerahkannya sekaligus memercayai Cherry.
Luca menghela nafas berat, "Kau pikir Wind akan menerimanya? Hari ini dia terima tanpa paksaan saja sudah bagus, lebih baik kita cari jalan lain saja." Luca yang juga tak ingin menantang Wind bermain arkade lagi, yang ada harga dirinya tambah hancur.
Cherry yang melihat itu langsung buru-buru mengikuti Luca dari belakang.
"Ngapain kau mengikutiku?! Aku sedang ingin sendiri, cepat pergi." Luca yang lebih cepat melangkahkan kakinya, sejak kemarin sungguh mimpi buruk apa yang menghantuinya.
Cherry yang masih terus mengikutinya, "Luca, aku memiliki saran, bagaimana kita datangi saja rumah Wind dan ikuti dia seharian penuh sampai dia menyerah mengatur kita, bagaimana??" Cherry dengan antusiasnya ingin sekali membuat Wind menyerah pada kedua pembuat onar itu.
Luca langsung berhenti berjalan dan menengok kebelakang arah Cherry, "Kau ini bicara tidak mikir? Wind itu sibuk kesana kemari, selain malas mengikutinya, kamu mengira dia akan peduli? Yang ada kita hanya akan kena tegur, lupakan saja ide kekanakkanmu, aku ingin pulang, kau juga pulang saja." Luca sudah tidak ingin lagi kehilangan mukanya ditambah dengan rencana konyol Cherry, yang jelas Luca akan mencari caranya sendiri.
Akan kupastikan, Maniak bermuka dua itu meminta maaf atas semua ejekkan dan wajah sombongnya itu.
Bagaimana agar dia tidak meremehkanku lagi? Hal yang paling akan membuat dia kalah? Membingungkan sekali.
Apa besok akan kumata-matai saja dia? Mencari kelemahannya dan menantangnya dengan itu tanpa Cherry?
"Yah, Daripada pulang lebih baik, kudatangi saja Cafeba Zone, sudah lama juga tidak berkumpul bersama mereka~" Luca sambil meregangkan tubuhnya, dirumah hanya akan membuat suasana hatinya bertambah buruk.
Luca selalu pulang kerumah lewat jam 8 malam, karena disaat itu perempuan yang tinggal dirumah itu pasti sedang ada dikamar atau ruang kerja ayahnya, ayahnya juga sangat jarang keluar dari ruang itu kecuali makan atau diajak perempuan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Unlucky
Teen FictionKeduanya saling melupakan apa arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya, menjalani hari dengan kekosongan di hati mereka, namun, saat mata keduanya saling menyapa, kekosongan itu dengan perlahan tertutupi. Bertanya apakah mereka pantas menerima semua...