Kukira Wind akan merendahkan atau mengejekku jika salah jawab, ternyata dia pengajar yang cukup baik, dia menjelaskan secara perlahan dan jelas, berbeda dengan guru disekolah, punya Wind lebih mudah dimengerti.
Ternyata dia cukup serius dalam hal ini.
"Ah, sudah 5 jam rupanya, tak terasa, hari ini cukup bagus, kurasa kau bukan bodoh dan malas belajar, ya? Memangnya apa yang membuatmu malas belajar? Saat kelas 10 bukannya kau selalu peringkat dua?" Tanya Wind, selama 3 tahun mereka selalu satu kelas, hanya dikelas 10 Luca berbeda dari yang biasa dan terlihat seperti murid teladan.
Luca yang mendengarnya membesarkan matanya tercengang sambil melihat Wind, beberapa detik kemudian dia langsung memalingkan wajahnya.
Ternyata dia menyadarinya, yah tapi Wind memang sosok seperti itu, kenapa juga aku seperti baru tahu?
Walaupun terlihat cuek, dia sangat memerhatikan sekitarnya melebihi siapapun dikelas kami.
Tapi, kulakukan itu bukan hanya untuk mendapat pengakuannya namun, untuk mendapat pengakuan pria itu.
"Menurutmu, apa dunia ini ada yang salah? Atau justru diri kita sendiri yang salah karena tidak bisa beradaptasi dengan situasinya?" Tanya Luca dengan nada datarnya dan mengigit bibir bagian dalamnya.
Tidak, salah! Untuk apa aku bertanya seperti itu padanya?!
"Lupakan saja, aku hanya becanda untuk meringankan suasana, hahah." Luca yang langsung fokus pada soal latihan yang diberi Wind untuk melupakan soal pertanyaannya.
"Yah, terkadang bertindak egois mungkin tidak salah, daripada harus memaksa beradaptasi, waktu akan terasa berhenti berjalan dan berbunyi." Wind dengan wajah dan nada datarnya.
Entah kenapa wajahnya terlihat lesu beberapa detik saat mengatakan hal itu, apa aku salah lihat? Orang seperti Wind yang sangat sempurna tak mungkin mengerti diriku atau tahu rasanya diposisi yang sulit dimana kita tak memiliki satupun orang yang bisa diandalkan, karena dia hanya Tuan muda sempurna.
"Ini sudah waktunya kupulang, buku latihanku akan kupinjamkan, pastikan kau tahu cara kerjanya dibanding menghafal, besok jangan lupa dibawa." Wind yang mengemasi buku-bukunya dan siap-siap untuk pulang.
Sebelum Wind keluar dari kamar Luca, ia sempat membalikkan badannya, "Luca, kau bisa mengandalkanku jika ada soal yang tak kau mengerti ataupun hal yang membebani pikiranmu sampai tak fokus belajar, karena aku ketua kelas dan juga pengawasmu." Wind yang tersenyum ramah dan menutup pintu kamar Luca.
Luca yang mendengarnya sempat terkejut akan perkataan itu, walaupun Wind memang perhatian akan orang sekitarnya, Luca mengira Wind akan membencinya karena kejadian saat kelas 10 dulu.
"Heh, ternyata dia memang sesempurna itu, 'kah?" Luca yang langsung melempar dirinya ke ranjang untuk istirahat.
Selama ini Luca tidak pernah mendengar perkataan tersebut sejak ibunya tidak ada, walau hanya sebuah kepingan yang sangat kecil, Luca merasa senang mendengar hal itu dari Wind, orang yang ia sempat kagumi.
Didepan gerbang rumah Luca, Cherry baru saja ingin menekan bel rumah untuk bertamu secara normal tanpa menggunakan cara biasanya berpapasan dengan Wind.
"Ah, kau kesini untuk menjenguknya? Ini sudah malam, besok saja, dia juga sangat sehat." Lagipula, Luca juga pasti tidak ingin orang melihat wajah babak belurnya untuk ditertawai, walaupun Cherry tidak akan melakukannya, Luca juga tidak ingin orang tahu keadaan keluarganya.
Walaupun Cherry dan Luca sama-sama pembuat onar, mereka tidak tahu apapun satu sama lain termasuk mereka berdua sama-sama memiliki masalah keluarga, mereka hanya teman formalitas, mereka sangat tertutup pada orang luar.
"Wind! Aku kira kamu juga kecewa dengan Luca, kurasa aku salah paham, ya~ Hari ini aku juga mendapat nilai sempurna, loh~ hehe." Cherry dengan antusiasnya sekaligus senang Wind tidak marah dengan Luca, karena mereka satu tim, jika Wind marah dengan mereka bisa-bisa Wind tidak main arkade dengannya lagi.
"Cherry, ada beberapa hal yang ingin kubicarakan denganmu, mari kita sambil jalan saja." Wind yang berjalan lebih dulu dengan wajah tampak kosongnya.
"Ada apa? Katakan saja, apa kau butuh bantuanku?" Tanya Cherry dengan semangatnya, Cherry sudah menganggap Wind temannya, tentu Cherry akan senang jika bisa membantu temannya.
"Sudah sebulan ini kau tidak pulang kerumah, 'kan? Dan tidur ditempat kerja, apa aku salah?" Wind sudah mengecek riwayat Luca maupun Cherry, jika ada yang bisa Wind bantu, Wind akan mencobanya, terlebih Wind pengawas kedua orang itu.
Cherry langsung terdiam, tidak tahu harus membalas atau bereaksi seperti apa, suasana tampak hening, jika Cherry tidak membalasnya, Wind juga tak akan bisa menindak lanjuti pembicaraannya.
"Darimana tahu soal itu?" Tanya Cherry sambil menggepalkan tangannya, siapapun juga tidak ingin orang lain tahu masalah keluarganya, jika tidak akan diledek dengan yang lain dan itu hanya akan membuat semakin frustrasi.
"Aku tahu karena aku ketua kelas dan juga pengawas." Wind dengan senyumnya, tentu dia tidak akan mengatakan memata-matai Cherry, itu hanya akan memberi reaksi yang buruk.
"Habisnya, jika aku pulang kerumah, Ayah hanya akan terus memarahiku untuk melampiaskan kekesalannya, aku lelah, aku tidak ingin lagi!" Cherry yang matanya berkaca-kaca, selama ini Cherry sudah cukup menahan semua perlakuan ayahnya yang tidak bertanggung jawab untuk kehidupannya.
Sebaliknya, Ayahnya terus meminta uang padanya, bahkan yang membayar uang sekolah Cherry juga orang tua sepupunya, Cherry tidak ingin terus menerus membebani mereka.
"Kerja di Bar juga bukan hal yang bagus, itu akan menganggu akademi-mu." Ujar Wind yang ikut berhenti berjalan melihat Cherry yang hanya berdiri dengan mata berkacanya dan menggepalkan tangannya.
"Kau tentu tidak akan mengerti dan hanya fokus akan akademi, kamu mengira aku ingin bekerja di Bar? Merepotkan saudara jauhku? Memiliki Ayah yang pemabuk dan tak bertanggung jawab?! AKU TIDAK INGIN! AKU TIDAK INGIN SEMUA ITU!" Cherry yang beranjak lari dari tempat dan marah akan Wind, Cherry mengira Wind akan menjadi lebih baik padanya dan tidak mengatakan hal menusuk seperti itu, seperti hari awal Wind disuruh jadi pengawas.
Wind langsung menahan tangan Cherry untuk tidak pergi karena dia belum selesai bicara.
"Aku memiliki usul untukmu, tapi setelah ini, berhenti bekerja di Bar dan istirahat yang cukup dan fokus pada akademimu, apa bisa?" Selama sebulan ini, Cherry hanya tidur 4 jam dan setelah itu sekolah lalu kerja, itu hanya akan membebani fisiknya.
_______________"Lagi-lagi Wind berkata jahat padaku, kukira dia akan menyuruhku pulang pada Ayah jahat itu, ternyata, aku salah paham, aku tak tahu harus bereaksi seperti apa pada Wind, dia semakin banyak membantuku dan aku tak tahu membalas budinya dan lagi kenapa dia sebaik itu padaku dan Luca, sampai menjenguk? Walaupun begitu, entah kenapa bersama Wind membuatku bisa bertingkah layaknya diriku sendiri tanpa perlu takut dibenci."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Unlucky
Teen FictionKeduanya saling melupakan apa arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya, menjalani hari dengan kekosongan di hati mereka, namun, saat mata keduanya saling menyapa, kekosongan itu dengan perlahan tertutupi. Bertanya apakah mereka pantas menerima semua...