Satade memiliki 3 adik, padahal dulunya panti itu begitu ramai namun, banyak anak yang pergi dengan kemauannya sendiri karena ketakutan dan ada juga yang dibawa paksa karena para pengurus juga tak bisa merawat semua anak.
Hanya ada satu pengurus dan 3 adik Satade yang ada dirumah itu, yang tertua-pun baru berumur 13 tahun dan yang terkecil baru 8 tahun, saat kejadian itu, dia masih bayi dan orang tuanya adalah teman dari Valerian yang terbunuh juga karena saat itu sedang mengunjungi Valerian.
"Lama tidak bertemu, mana Satade?" Tanya Luca yang mengelus rambut Ella, ia cukup bersimpati juga pada anak itu dan cukup dimanjakan juga.
"Kakak dikamar, hari ini belum keluar juga, Theo dan Linaari juga sedang membantu Kak Anne menyiapkan makanan untuk Kak Satade, silahkan masuk." Ella yang mempersilahkan mereka masuk dan sempat bertanya siapa Cherry dan ia langsung memperkenalkan diri dengan semangatnya.
Anne Bestow, satu-satunya pengurus yang masih setia pada keluarga Satade, walaupun sudah berumur 30 tahun, ia tidak terlalu mempedulikan hidupnya dan mendedikasikan hidupnya mengurusi Satade dan adik-adiknya.
Tampaknya dari kemarin Satade tidak terlalu bersemangat dan tidak keluar kamar sama sekali, makannya-pun dikamar tidak bersama yang lain membuat adik-adiknya cemas.
Saat sampai didapur untuk menyapa, selain membuat makanan untuk Satade, mereka juga tengah sibuk membuat kue ulang tahun untuk Satade, entah orangnya sendiri ingat apa tidak.
"Luca dan Cosmos! Lama sekali tak bermain, aku tahu! Kalian pasti datang untuk merayakan juga kan? Tapi, kak Satade sangat murung kupikir sedang bertengkar dengan kalian, untungnya tidak." Theo dengan bersemangatnya, walau agak berandalan, dia sangat ramah dengan teman-teman Satade.
"Iya, untung saja, aku sempat berpikir Kak Satade hanya punya teman sedikit jika bertengkar apa yang harus kita lakukan agar dia ceria, kan?" Linaaria yang terlihat senang sekali, semua orang menyambut kedatangan Luca dan Cosmos, karena mereka juga sering bermain disini.
Anne juga mendatangi mereka dan melihat kearah Cherry, "Dan siapakah ini? Jangan bilang pacar Satade?" Duga Anne dan melihat tatapan menggoda.
"A-ah! Bukan! Aku temannya, maaf tidak memperkenalkan diri, namaku Cherry." Jangankan pacar, teman saja bukan, orang sedingin Satade tidak mungkin ada yang berani mendekatinya.
"Wah! Bohong! Anak muda zaman sekarang suka sekali menyembunyikan kebenaran." Ejek Theo yang baru menyadari keberadaan Cherry.
Luca yang melihatnya langsung menjitak pelan, "Kau ini, seperti sudah tua saja, dia ini beneran teman, tidak usah mengejek." Luca tertawa kecil melihatnya.
Walaupun rumah ini hanya diisi orang asing dan tanpa orang tua disisi mereka, namun disini begitu banyak kebahagiaan dan tempat yang begitu hangat dan ramah, karena itu sebelumnya Luca lebih sering makan malam disini.
"Ada apa berisik sekali disini?" Dengan suara seraknya dan rambut yang berantakkan, Satade kearah dapur saking ramainya.
Membuat Luca menengok kearah suara itu dan mereka saling terkejut satu sama lain.
"Kak Satade? Kenapa bangun?! Cepat tidur lagi!" Theo yang menyenggol Linaaria memberi kode menghalangi pandangan Satade yang bisa saja melihat mereka tengah membuat kue diatas meja makan.
"S-s-Satade?! Kau sudah bangun? Mari kita bicara diruang tengah saja, mari, mari." Luca yang juga baru menyadarinya langsung memutar badan Satade dan memaksanya jalan.
"Benar, banyak yang harus kita bicarakan karena kau tidak masuk hari ini." Cosmos mendukungnya dan ikut mendorong Satade keruang tengah.
"Apaan kalian?" Tegur Satade dengan wajah kesalnya, terlihat menyembunyikan sesuatu seperti itu.
10 menit, ruang tengah diisi dengan keheningan, Luca yang tiba-tiba lupa alasan dirinya main kerumah Satade, Cosmos yang pura-pura sibuk main ponselnya dan Cherry yang membolak-balikkan kameranya mengecek yang tak perlu di cek.
Lalu, Anne datang dengan minuman teh hangat dan snack-snack ringan untuk mereka berempat.
"Jadi? Ada apa? Sampai bocah ini kesini juga." Satade dengan nada dinginnya melihat Cherry, membuatnya gugup dan berkeringat dingin.
Luca tertawa canggung, "Ahaha, k-kau terlihat sehat, ya? Kenapa tidak masuk 3 hari ini?" Satade terlihat baik-baik saja dan walau mereka sudah tahu Satade akan kesal dengan kehadiran Cherry.
Melihat itu, Satade menghela nafasnya dan mengambil cangkir yang diisi teh hangat diatas meja, "Aku tidak mood dan malas, walau tidak masuk sekolah-pun bayang-bayang Wind selalu ada ya~" Sindir Satade, membuat suasana semakin tegang.
"Kenapa dingin seperti itu, aku kesini dengan niat baik! Lagipula, malas dan tidak mood? Cih, alasan yang sangat buruk, mungkin harus kulaporkan pada wali kelas~" Cherry membalasnya, tentu saja ia takut dengan Satade namun, bukan berarti Satade akan main tangan dengannya.
"Oh? Silahkan, aku tak keberatan dan bisa kutebak paling, panutan-mu lagi sibuk jadi kau menganggu Luca disana sini, dasar parasit." Tentu saja Satade tidak akan memercayai omong kosong Cherry.
"Satade, jangan seperti itu, dia benar-benar ingin menjengukmu." Ujar Luca membela Cherry, walaupun yang dikatakannya benar sedikit.
"Baik, baik, lalu? Sudah menjenguk, silahkan pulang." Tentu saja kata ini ditujukan pada Cherry, Satade tidak sedingin itu pada Luca dan Cosmos yang merupakan temannya.
"Kau ini!" Cherry yang hendak emosi dengan sifat Satade langsung dialihkan dengan Luca yang memotong pembicaraan mereka, "Hari ini ada pria asing mengaku sebagai kerabatmu."
Satade akan tersentak mendengarnya, ia tahu dan tak peduli.
"Paling penipu? Katakan saja padanya keluarga Satade tak memiliki apapun lagi jadi tidak usah lagi menganggu." Memang benar, Satade tak memiliki apapun lagi.
"Baguslah jika kau tak sakit, aku dan Luca meneleponmu namun terus tak dijawab, kami jadi cemas." Ujar Cosmos, ia sudah terbiasa dengan sikap dingin Satade yang dikenal menjengkelkan.
Satade mengatakan jika ia tak memegang ponsel akhir-akhir ini jadi ia tak tahu.
Padahal, ada yang ingin Luca bicarakan berdua dengan Satade namun, dengan kehadiran Cosmos dan Cherry ia jadi mengurungkan niatnya.
Anak-anak juga lagi menyiapkan kue ulang tahun dan disaat Cosmos dan Satade tengah mengobrol Ella yang muncul dari pintu masuk ruang tengah dan memberi kode meminta bantuan Luca.
"Aku ke toilet dulu." Luca yang bergegas mengikuti Ella.
Didapur, kue ulang tahun yang terlihat indah dan enak sudah berada diatas meja, rasa favorit Satade, blueberi, ia sangat menyukai makanan manis apapun dengan rasa itu.
"Ada apa?" Luca membungkukkan badannya agar setara dengan Ella, nadanya lembut, seperti saat ia bicara dengan Wind.
Theo dan Linaari langsung mengelilingi Luca, membuatnya penasaran.
"Jadi, kita ingin mendekorasi rumahnya namun, karena ada kak Satade kita tak bisa, apa kakak bisa mengajaknya keluar, 1 jam saja, karena kakak sedang murung, kita ingin menghiburnya." Ujar Ella dengan nada sangat berharapnya, anak-anak disini sangat menyayangi Satade, mereka juga yang memilih tetap disisi Satade bahkan setelah kejadian itu.
Luca yang melihatnya jadi terpikir, bahkan mereka yang disini yang tak terikat darah satu sama lain begitu menyayangi satu sama lain, mereka saling mengandalkan satu sama lain dan selalu mendengarkan masalah yang lainnya.
"Ehm, boleh, boleh, dekorasi-lah rumahnya sebagus mungkin agar kakak kalian ceria lagi, yasudah, kita lakukan sekarang ya~" Luca yang langsung berdiri dan senang melihat kehangatan keluarga ini yang tak terikat hubungan darah.
Diluar rumah, rupanya Thezzo diam-diam mengikuti rombongan Luca dan telah mengetahui alamat rumah Satade.
"Anak-anak itu? Kukira Satade tak memiliki siapapun lagi, tapi masih ada Anne, Theo dan Linaaria, satu lagi entah siapa itu." Thezzo melihat dari luar jendela dan mengelilingi rumah itu, mengintip dari setiap celah yang terlihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Unlucky
Teen FictionKeduanya saling melupakan apa arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya, menjalani hari dengan kekosongan di hati mereka, namun, saat mata keduanya saling menyapa, kekosongan itu dengan perlahan tertutupi. Bertanya apakah mereka pantas menerima semua...