Chapter XX - 1

0 0 0
                                    

Aku sungguh mengira semuanya telah membaik, apakah tak bisa membiarkan kebahagiaan yang menyelimuti kami bertahan untuk selamanya?

Ditempat les biola Luca, Wind diajak Luca untuk mendengarkan musik yang ia mainkan dan menilainya, Luca senang jika Wind mendengarkannya dan mulai berkomentar, mengingat Wind cukup berbakat, ia juga belajar biola dan tahu beberapa hal yang Luca belum sadari.

"Bukannya itu hal bagus? Satade bisa mendapatkan kebahagiaannya? Apa yang menganggumu?" Tanya Wind, Luca terlihat sedikit tidak semangat saat membicarakannya.

"Thezzo itu, tadi pagi aku melihatnya lagi disamping lorong sempit sekolah bersama beberapa orang yang tak kukenal, melihatnya berkeliaran didekat Satade membuatku cemas," Ucap Luca, padahal ia kira Thezzo mungkin sudah pulang kekeluarganya, apalagi mengingat ia mengajak Satade balas dendam bersama, tentu saja dia bukan pengaruh baik untuk Satade.

"Benar juga, tapi mengingat kepribadian Satade, aku yakin dia akan baik-baik saja, yang penting, kau tetap disisinya dan mendukungnya," Kata Wind dengan senyum ramahnya.

"Benar juga, mungkin aku terlalu berlebihan, lagipula Satade juga sangat membencinya dan Wind, bagaimana jika kau ikut ke Oxford?" Goda Luca, ia tahu jawabannya tak mungkin.

Wind yang mendengarnya hanya tertawa pelan dan mengatakan, "Itu lagi? Mungkin dikehidupan paralel lain~" dengan wajahnya yang terlihat lembut, seolah-olah itu tak mungkin, padahal jika tak ada Ocean itu mungkin saja.

"Kau percaya dengan hal seperti itu?" Tanya Luca, ia tak memercayainya dan tak peduli juga karena, didunia paralel lain, itu bukan dirinya tapi hanya orang lain.

"Percaya. Aku yakin didunia paralel itu, kita akan ditakdirkan bertemu lagi dan menjadi teman lagi," Wind mengatakan dengan nada yang begitu lembut dan sangat yakin akan hal itu, bagaikan ia tak bisa membayangkan dirinya yang tak bertemu dengan Luca.

Luca yang mendengarnya hanya menyetujuinya, mereka tak bisa membayangkan atau mengingatnya lagi, saat-saat dimana mereka tak berteman atau tak mengenal satu sama lain.

Karena hanya Wind yang mengerti Luca melebihi orang sekitarnya dan begitupun sebaliknya, kehilangan orang seperti itu sama saja kehilangan sebagian dari diri kita.

Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa 5 bulan lagi mereka akan lulus sekolah, saking padatnya jadwal mereka, mereka tak lagi memikirkan hal yang buang-buang waktu dan fokus belajar untuk impian masing-masing.

"Hah~ melelahkan sekali." Kittale yang meletakkan kepalanya di meja, ujian sangat menumpuk akhir-akhir ini, memang menyenangkan namun juga melelahkan.

"Tahun ini memang paling sibuk, 'kan? Tapi, bukannya akan menyenangkan kita satu universitas nanti? Kan' Wind?" Maels yang menengok kearah Wind yang merapikan mejanya dan bersiap pulang.

"Tentu saja, akan ada aku, Wind, Maels dan Kittale, agak sedih Luca berbeda sendiri tapi, kita bisa ketemuan kalau berlibur." Ucap Cherry yang telah membuat grup yang khusus mereka agar lebih muda berkomunikasi.

"Yah, karena kebetulan universitas yang ingin dituju sama mungkin memang menyenangkan apalagi tak ada si pembuat onar." Sindir Kittale, sampai saat ini masih tak akrab dengan Luca.

"Kalaupun tidak bersama kita tetap harus melakukan yang terbaik dan nanti mungkin kita akan lebih sibuk sampai tak punya waktu berkumpul." Sambung Wind, memang menyenangkan namun, disisi lain itu mengingatkannya bahwa, dirinya masih dikekang oleh Ocean.

Sesudah mereka rapi-rapi, mereka juga berencana untuk makan bersama lalu setelah itu belajar bersama, karena mereka memang suka belajar dan sedang luang, ini kesempatan yang bagus.

"Kau tak harus belajar bersama Satade?" Tanya Wind, akhir-akhir ini Luca biasanya pulang dengan Satade.

"Kali ini tak usah, kita juga jarang punya waktu luang di waktu yang sama." Ujar Luca, daripada dirumah berkumpul bersama teman-temannya lebih menyenangkan.

Hari itu, hujan turun dengan cukup deras, untung saja mereka sudah sampai di perpustakaan jadi tak kehujanan.

Mungkin karena hujan deras sedang turun, membuat kita jadi merasa cemas tanpa alasan yang jelas, hari itu mereka menganggap akan sama seperti hari-hari menyenangkan lainnya.

Siapa yang menyangka ternyata seorang monster datang mengambil kesempatan yang damai itu membuat pertemanan mereka retak dan itu akan menjadi penyesalan terbesar mereka dan tak akan mereka lupakan.

Karena masalah Satade sudah selesai, Luca sedang memikirkan solusi membebaskan Wind tanpa harus membuatnya bersalah juga dimata hukum.

Walau itu tak mungkin, sebuah pikiran muncul di benak Luca yang tengah belajar itu, bagaimana reaksi Maels jika tahu masa lalu dan masalah yang saat ini Wind hadapi.

Apakah dia akan membencinya atau menjauhinya? Jika iya, Wind akan sedih akan hal itu, Wind tak keberatan menceritakannya pada Luca karena merasa keduanya memiliki kesamaan dan Wind tak masalah jika saat itu dirinya dibenci oleh Luca.

Keluarga Maels memiliki hubungan dengan kepolisian, membuat Luca berharap setidaknya mereka bisa sedikit membantu, terlebih dari zaman orang tuanya, De Rize telah melakukan berbagai kejahatan yang disembunyikan dan menggunakan orang lain untuk melakukannya.

"Luca!" Sahut Cherry yang menyikut Luca dan mencoba merendahkan suaranya di perpustakaan membuat Luca terkejut dan menanyakan ada apa dengan kesal.

"Ponselmu daritadi berdering." Ujar Cherry, suaranya nada deringnya memang sangat kecil sampai hanya Cherry yang menyadarinya.

Berasal dari Cosmos dan itu sudah ke-6 kali, jarang-jarang Cosmos menelepon terus menerus seperti ini dan Luca-pun mengangkatnya.

"Luca?! Akhirnya kau menjawab, cepat kerumah Satade! Sesuatu yang sangat buruk terjadi, cepat!" Cosmos dengan suara yang tak beraturan dan terdengar sangat ramai disana.

Saat Luca menanyakan ada apa, Cosmos hanya mengatakan ini berita yang sangat sangat buruk dan Satade membutuhkan Luca saat ini.

"Maaf, aku ada urusan mendadak, aku pergi dulu." Luca yang membereskan buku-bukunya dengan terburu-buru, entah apa yang terjadi tampaknya hal yang gawat.

"Diluar sedang hujan deras, apa sepenting itu?" Tanya Wind yang melihat raut wajah Luca sangat terburu-buru, entah apa yang dikatakan Cosmos tadi.

"Katanya sesuatu terjadi pada Satade dan sangat gawat, sampai Cosmos menyuruhku segera, mungkin memang sedarurat itu." Ujar Luca, Cosmos saja jarang menghubunginya lewat ponsel, tapi dari suaranya bergetar tadi membuatnya tambah khawatir, belum lagi Thezzo masih ada disekitar.

Wind ingin ikut membantu jika membutuhkan bantuan namun, jika sekarang ia ikut Luca akan terlihat aneh karena Satade bukan juga temannya dan malahan sangat membenci, karena itu dia menetap dan memberi Luca payung yang ia bawa, pagi ini berita cuaca memang mengatakan akan hujan karena itu ia bawa, disaat yang lain nonton saja tidak.

Wind dan Cherry sempat berkontakkan mata namun, tampaknya Cherry mengerti bahwa Wind ingin ikut namun tak bisa karena itu, Cherry mengatakan ingin ikut dan sempat mengirim pesan ia akan memberitahu situasinya nanti.

Mereka menggunakan sepeda milik salah satu penjaga perpustakaan yang sudah cukup akrab dengan mereka yang bernama Tony, sepeda yang sudah agak tua bewarna biru yang agak luntur.

Jika terjadi sesuatu pada Satade karena Thezzo, Luca sudah siap-siap untuk menghajarnya, pikirnya saat itu.

Namun, sekitar 20 menit mereka sampai dijalan yang menuju rumah Satade, entah kenapa begitu ramai dan agak sempit, seketika Luca berhenti mengayuh setelah melihat pemandangan yang begitu mencengangkan.

Rumah milik Satade kebakaran begitu dahsyat, kelima rumah disekitarnya  ikut terbakar karena angin dan untungnya pemadam kebakaran telah sampai dan karena hujan deras ini, api mati lebih cepat dari yang dikira.

Namun, rumah Satade sudah begitu bobrok, Luca yang melihat Satade dan Cosmos, langsung turun dari sepeda dengan Cherry dan menghampirinya.

"A-ada apa?! Apa yang terjadi? Kenapa bisa sampai seperti ini?!" Luca yang sangat panik, bagaimana dengan orang yang didalam, Anne, Ella, Theo dan Linaaria, apakah mereka baik-baik saja.

Our UnluckyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang