Tony tak bisa banyak membantu, ia hanya bilang jika Wind butuh teman bicara, datangi saja perpustakaan tempat dirinya bekerja, ia akan langsung mendatanginya dan siap mendengarkan Wind bercerita.
Menyimpan rasa sakit sendiri itu bukan pengaruh yang baik dan Tony hanya bisa menjadi pendengar bukan penyelamat.
Wind cukup sering mengunjungina karena setiap pulang sekolah, Tony akan menunggu Wind dan mengajaknya mengobrol banyak hal sambil menunggu Ocean menjemputnya, apalagi terkadang Wind mengingatkannya akan cucunya yang di Jerman, tanpa sadar membuatnya menganggap Wind seperti cucu sendiri.
Lalu, pernah suatu kali ia berhenti bersekolah disana, sebelum berhenti sekolah disana, kabarnya Wind sempat jatuh sakit, kesehatannya sangat menurun, ia suka mengamuk di kelas dan bahkan mengajak anak lain bertengkar.
"Entah apa yang terjadi, mungkin sesuatu yang sangat berdampak untuknya terjadi, membuat emosinya jadi tak stabil lalu." Tony tak mampu melakukan apapun untuk Wind, ia tak berani melawan Ocean De Rize.
Lalu 3 tahun lagi ia kembali kesini, penampilannya masih sama seperti 4 tahun lalu, saat masih kelas 5, kulitnya pucat, matanya yang selalu terlihat begitu hampa dan cara bicara yang ramah.
Ia mengatakan dengan begitu santai sambil becanda bahwa, saat itu dia terpaksa berhenti sekolah karena waktu itu kondisinya benar-benar lemah membuat, Ocean harus membuat Wind agak menjauh dari kota itu, trauma terbesarnya terjadi dikota itu, setiap ia makan, Wind selalu memuntahkannya kembali, dia menolak minum ataupun bicara.
"Sepanjang hidupnya, ia sudah cukup menderita namun, orang-orang mendatanginya sendiri lalu membencinya setelah yang terjadi, bagaikan Wind salah sepenuhnya, padahal mereka tidak tahu apa-apa dan hanya mendengar yang diberitakan dan langsung menyerang anak itu, merasa diri sendiri paling benar, mungkin sekarang teman-temannya membencinya, termasukmu." Ujar Tony, melihat Luca kehujanan dan terlihat begitu tak bersemangat, ia hanya bisa menduga-duga jika itu ada hubungannya dengan Wind.
"Aku tak membencinya." Luca langsung membantahnya, itu memang apa adanya, Luca hanya tak mengerti kenapa Wind menyembunyikannya, padahal ini menyangkut ibunya, sosok paling berharga dalam hidupnya.
"Luca, walaupun dia anak yang sangat tertutup, aku tahu beberapa hal soalnya, betapa ia menganggap Kittale, Maels, Cherry, Sena dan Satade, terutama dirimu sangat berharga." Tony mengambil suapan pertama makanannya.
"Kalau begitu kenapa dia menutupi sesuatu dariku?" Tanya Luca, yang Tony katakan memang benar, ia mendatangi dan membuat Wind berharga untuknya atas kemauan diri sendiri, sekarang, giliran Wind tak sesuai ekspetasinya, dia malah kecewa sendiri dengan Wind.
"Jika dia menutupi sesuatu darimu, bukannya, artinya dia takut itu akan membuatmu memusuhinya? Bagaimanapun, dia sama seperti kita, dia bisa merasa takut, senang ataupun marah." Tony sungguh berharap Luca tak membenci Wind walau ia tak tahu apa masalahnya dan itu bukan urusannya.
Luca terus memikirkan kata demi kata yang dikeluarkan Tony soal Wind dan ia teringat lagi ekspresi yang diberikan Wind saat Heinz Ka mengatakan kebenaran itu.
Bagaimana ia bisa memaafkan Wind begitu saja? Wind yang merebut kebahagiaannya, ibunya. Luca tak bisa melupakan fakta itu.
Dikedai itu, Tony menceritakan banyak hal soal Wind, mungkin karena ia sedang menginginkan teman bicara yang juga teman Wind, ia sudah menganggap Wind sebagai cucunya sendiri dan tiap hari-pun, Wind selalu mengunjunginya dan sudah beberapa minggu ini Wind seperti menghilang lagi seperti dulu, membuatnya cemas, dia tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Wind.
Luca mengira ia sudah tahu seluruh hal soal Wind, merasa tidak ada sisi Wind yang dirinya tak tahu namun, disaat ia mendengar Tony menceritakan soal Wind, entah kenapa lagi-lagi Luca merasa bahwa ia seperti tak mengenal Wind dan seperti ada jarak yang tak akan bisa hilang, sebenarnya apa yang membuat Wind sangat tertutup dan menjaga jarak pada siapapun.
"Wind ternyata cukup terbuka pada kakek, bahkan aku yang dia kata penting untuknya tak tahu hal sesepele seperti, dia yang tak menyukai tomat dan dia yang selalu membenci pelajaran olahraga." Luca dengan nada datarnya, makanannya sudah habis dan ia hanya menemani si kakek untuk mengobrol.
Kakek itu tertawa, "Apa bagimu seperti itu? Justru bukannya sebaliknya? Karena kau teman yang berharga untuknya, dia tidak memperlihatkan sisi buruknya, bukannya dia selalu tampil sempurna didepanmu?" Walaupun kepribadian Wind rumit, namun cucunya juga seperti itu, karena itu dia mudah akrab dengan Wind.
"Bukannya dia selalu sempurna? Aku tidak mengerti kenapa kakek terus berpikir seperti itu, yah, mungkin dia memang akan selalu seperti itu, memasang topeng ramah dan sempurna pada siapapun, tidak terkecuali saya." Luca yang nadanya agak greget.
Setelah pembicaraan mereka selesai, Luca juga beranjak untuk pulang karena ini sudah sangat larut, lagi-lagi hubungannya dan Wind seperti ini, kenapa Wind selalu saja diam dan tidak pernah menjelaskan.
Sesampainya dirumah, ia sempat menghubungi Maels dan meminta tolong padanya untuk memberinya data-data lampau soal kematian Celine Vionist, mungkin ada yang pihak kepolisian sembunyikan dari publik, seperti keterlibatan Ocean dan Wind.
Waktu demi waktu berjalan, kasus Wind berjalan sesuai prosedur, Baki Ito menyembunyikan beberapa riwayat mengenai Wind, yang baginya tidak ada hubungan dengan kasus ini.
Kejahatan Wisteria De Rize terlalu berat, Baki Ito mengerti posisi Wind namun, ia akan melakukan hukuman secara adil, disaat itu, tidak ada satupun disisi Wind yang membantunya, membuat posisinya lemah karena tidak memiliki pengacara.
Namun, Wind juga mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan pengacara dan sebagai gantinya jangan biarkan Ocean memiliki pengacara untuk membelanya, Wind benar-benar tidak peduli bahkan jika dirinya dihukum mati, yang penting Ocean harus dihukum seumur hidup di penjara, hukuman mati terlalu ringan untuknya.
Ocean sudah mengetahui bahwa Wind mengkhianatinya dan mengira ia bekerja sama dengan Thezzo walau sebenarnya Wind bekerja sendiri dengan memanfaatkan Thezzo.
"Wisteria, kau benar-benar tidak ada harapan, tidak ada pengacara, tidak ada yang mendukungmu, bahkan kau meminta kami mengusir siapapun yang mengunjugimu, bukti-bukti sudah valid dengan perkataanmu, apa kau sebegitu tidak peduli akan dirimu dan hanya ingin Ocean mendapat hukuman? Bahkan bukan hukuman mati yang kau inginkan untuknya." Baki Ito sungguh tak habis pikir dengan Wind, posisinya saat ini sudah terendah, hukumannya pun rasanya sudah bisa diduga-duga.
Wind tersenyum lagi seperti biasanya, "Apa yang anda bicarakan? Apapun akan kulakukan agar Ocean dihukum dipenjara selamanya, yah, tapi hukuman mati terlalu baik, 'kan? Saya tak masalah jika anda memberikan sebagian kejahatannya ke milikku, asalkan dia tidak dihukum mati." Bahkan kantung matanya sudah terlihat, kulitnya lebih pucat dari yang biasa, namun Wind bersifat begitu normal dan tatapannya entah melihat kemana walau terlihat kearah mata lawan bicaranya, dia terlihat seperti boneka.
Didepan gerbang kantor IOCC, Cherry yang berhadapan dengan Henaaria, "Mau sampai kapan kalian melarangku bertemu dengan Wind?! Aku sudah bosan dengan peraturan-peraturan itu, aku yakin Wind juga tak masalah aku menjenguknya." Ini sudah hampir berpuluh-puluh kali terjadi, Cherry ingin menjenguk namun, dilarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Unlucky
Teen FictionKeduanya saling melupakan apa arti dari kebahagiaan yang sesungguhnya, menjalani hari dengan kekosongan di hati mereka, namun, saat mata keduanya saling menyapa, kekosongan itu dengan perlahan tertutupi. Bertanya apakah mereka pantas menerima semua...