02 : Melamar jadi istri Om

4.8K 191 9
                                    

Guys jaljineseo?

Yukkk ramaikan story bybyl yang ntah ke brpa sorry ini gak religi😭 tolong ingatkan bybyl yah biar alur nya tidak terlalu kesana kemari membawa alamat jreng~ jreng~

Happy reading~

🧊🧊🧊

Anila menatap makam ibunya dengan lemas. Tadi ketika ia baru sadarkan diri langsung di ajak om Alfagio untuk ke pemakaman yang di mulai ketika dirinya bangun, dan kini pemakaman telah selesai.

Anila tidak punya siapa-siapa lagi di sini! Ia hidup sebatang kara.

"Saya turut berduka cita atas kepergian mendiang Sarah." Alfagio yang berada di sebelahnya membuka suara.

Anila mendonggak lalu kembali menatap makam ibunya.

"Tidak baik berlarut-larut seperti ini, ikhlaskan, doakan semoga ibu kamu tenang disana." imbuh Alfagio.

"Yaudah gue mau pulang." lirih Anila. Para pelayat telah bubar 2 jam lalu, dan disini hanya ada mereka berdua.

Alfagio mengerti apa yang Anila rasakan. Ia memilih menemani Anila, mantan anak tidak jadinya.

"Ayo sekarang pulang, saya antar."

🧊🧊🧊

Ceklek

Anila membuka rumahnya. Ia melihat setiap sudut ruangan, dan tiba-tiba terpaku kepada sofa yang sempat ia duduki bersama ibunya sebelum kejadian.

"Iya, kamu harus tau kalo mas Gio itu udah banyak banget ngebantu kita, jadi kita harus ngebales kebaikan dia. Ibu harap kamu baik yah sama dia sama calon kakak-kakak kamu nanti."

Anila ingat baik-baik pesan terakhir ibunya untuk membantu dan membalas kebaikan Alfagio.

"Anila, saya harus ke gedung resepsi sekarang." Anila menoleh. Ia sampai lupa jika saat ini masih ada Alfagio.

"Mau ngapain lagi kesana?"

"Saya harus membicarakan masalah ini, saya fikir ini tidak bisa di bicarakan lewat telepon." beritahu Alfagio.

"Boleh saya ikut?" Anila bertanya dengan sangat hati-hati. Anila berfikir ia memang tidak ada apa-apa lagi dengan Alfagio, tapi ia ingin melihat tempat impian terakhir ibunya yang tidak terlaksana.

"Hm? Yasudah." Alfagio kembali keluar disusul Anila di belakangnya.

Dalam mobil sama sekali tidak ada yang bersuara sampai akhirnya Anila memecahkan keheningan.

"Eummm, Om?"

"Ya?" Alfagio melirik sekilas.

"Om sedih gak jadi nikah?"

"Saya ikut sedih Sarah meninggal dunia." sahut Alfagio yang masih fokus menyetir.

"Saya nanya, 'Om sedih gak jadi nikah?' dan bukan itu jawabannya," komentar Anila.

"Jadi?" Alfagio malah balik bertanya.

"Aishhh Om gak sedih batal nikah sama ibu saya yah?" mata Anila memicing tajam.

"Ya, sedih tidak sedih." Alfagio mengedikan bahu acuh tak acuh.

"Apasih gak jelas." gerutu Anila dengan sangat pelan. Ia kembali melihat kearah jalanan.

🧊🧊🧊

"PIH!"

Anila yang baru memasuki gedung pun di kejutkan dengan teriakan melengking seorang anak. Anak dewasa maksudnya, siapa lagi jika bukan anak si duda muda ini.

"Ngapain Papih bawa dia!" sarkas Vikram. Anak sulung si duda.

"Anila ingin ikut."

"Hilihhhh mau ngapain lo? Kita gak jadi yah adek kakak-an, jadi gue tetep anak terakhir!"

"Vincent!" peringat si duda muda pada anak bungsu nya.

Vincent yang melihat itu pun memutar bola mata malas.

"Anila, jangan di masukan ke hati yah ucapan anak-anak saya."

"No prob." Anila membalas dengan datar seraya melihat kearah Vincent si anak bungsu yang sepertinya memiliki dendam kesumat terhadapnya. Anila sampai berfikir apa sih salahnya? Ketemu aja baru sekali, pas Alfagio bertamu ke rumah nya.

"Dimana Victor?" si duda Alfagio celingukan mencari anak keduanya.

"Biasa telponan sama pacar-pacarnya." sahut Vincent yang sedang fokus membuka handphone nya.

"VICTOR!"

"Iya iyaaa bentar! Udah dulu yah sayang muachhhh,"

"Apa sih Pih?" kesalnya.

"Kamu ini dari mana saja? Papih mau bicara penting!"

"Iyee nih duduk nih." Victor menempatkan bokongnya sebelah Vincent.

"Pih! Jujur Vikram gak suk-"

"Vikram!"

Vikram yang mendapat teguran itu pun berdecih dan menatap sinis kearah Anila.

Tau arah tujuan pembicaraan kemana, Anila memutuskan pergi ke toilet, "Om saya ke toilet bentar." Anila langsung beranjak dari duduknya.

"Aku gak suka sama dia! Ngapain juga Papih iya-in dia ikut kesini? Orang kita gak ada hubungan apa-apa lagi sama dia."

Anila tidak benar-benar ke toilet, ia diam di lorong yang menghubungkan antara toilet dan aula yang menjadi tempat mereka duduk.

"Vikram dengar, Anila hanya ingin ikut, tidak lebih." sahut si duda, Alfagio.

"Pih dari awal kita gak suka sama mereka, untung Papih gak jadi nikah," seru Vincent.

"Vin tidak baik seperti itu."

"Yekan emang gak suka, bener gak?" ucapan Vincent dia angguki 2 kembarannya.

"Sudah jangan bahas itu, Papih ingin bicara penting. Begini, Papih tidak jadi menikah lalu bagaimana besok?" Alfagio menatap satu persatu anak-anak nya.

"Yaudah, biaya pernikahan gak bikin Papih bangkrut tuh." sahut Vikram.

"Bukan masalah itu Vik, tapi bagaimana memberitahu para undangan? Bilang jika pernikahan batal? Mau di simpan dimana muka Papih kalian ini?"

"Ya muka Papih tetep di situ emang mau di pindahin ke mana? Dengkul?" celetuk Victor.

"Aishhh, anak sialan kamu! Papih serius!" balas Alfagio dengan tampang horor nya.

"Kalo batal yah batal aja." imbuh Vincent.

"Vin?! Ayolah kali ini saja kalian pikirkan dengan otak udang kalian itu, bagaimana nasib Papih besok? Kasih Papih solusi, Vik? Vic? Vin?"

"Saya mau ngelamar jadi istri Om,"

"WHATTTT!"

🧊🧊🧊

Cerita terpendek yang pernah bybyl buat ya ini cuma lapan ratus enam puluhan.

Eh banyak apa dikit menurut kalian?

Jangan lupa follow akun wp ini yah papay👋
Vote nya mana vote nyaaaaaa
Tinggalkan jejak yah biar dapet mamas duda kek Anila 🌟

ALFAGIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang