RIZKY POV
Aku merasakan sekujur tubuhku kaku dan ngilu saat aku terbangun dari tidurku, emmm... atau mungkin lebih tepatnya terbangun dari pingsanku. Karna hal yang terakhir aku ingat adalah... aku tak sadarkan diri setelah aku tertabrak mobil.
Yah, aku tertabrak mobil. Aku-tertabrak-mobil. Wow, it's so dramatic. aku tidak menyangka kejadian yang biasa kulihat di film2 kini malah kualami sendiri... ehemm... jangan salah mengartikan dulu. Bukan maksudku senang ditabrak mobil, hanya saja... aku cuma merasa amazing, ternyata rasanya lebih sakit dari yang aku kira. *eehh ... pikiran bodoh macam apa ini?!! Halahalaa...
Ayolah rizky, ini bukan saatnya bercanda... fokus... ayo fokus... fokus pada kecelakaan yang hampir merenggut nyawamu.
Aku mengingat2 lagi...
Walau kejadiannya cuma sesaat, tapi aku bisa mengingat dengan jelas setiap detik yang terjadi saat kecelakaan itu... mulai dari saat aku keluar dari cafe... saat sebuah mobil sedah hitam yang melaju cepat kearahku... hingga saat mobil itu menabrakku hingga aku langsung terjerembab ke aspal dan pingsan. Oh iya... aku juga sempat melihat sekilas seseorang yang berada didalam mobil BMW hitam itu. Entah ini cuma halusinasiku atau memang benar apa adanya... aku sempat melihat Rangga lah yang berada dibalik kemudi itu. Astaga, Rangga?!! Yang benar saja...
Walau aku tak suka dia karna sifatnya yang sering gonta ganti pacar, terlebih setelah dia mendekati kakakku... tapi tak pernah terlintas dibenakku kalau dia akan nekat melakukan itu.
Rangga. Menabrakku??!
Oh ayolah... bisa saja aku cuma salah lihat kan. Mana mungkin rangga yang melakukan ini padaku. Lagi pula apa alasannya?!! Apa mungkin karna dinda??! Yah, bisa jadi... bisa jadi...
Tapi aku tidak mau berpikir sepicik itu... menuduh tanda bukti.
....Aku mulai mengerjap-ngerjapkan mataku menyesuaikan diri dengan penerangan yang ada diruangan ini. Bau obat2an yang langsung mendesak indra penciumanku membuatku yakin kalau sekarang aku sedang berada dirumah sakit, di salah satu kamar rawatnya.
Aku masih berusaha menyesuaikan diri dengan penglihatanku saat aku mendengar ada suara isak tangis yang memecah kesunyian disini. Aku memutar bola mataku mencari asal suara itu dan akhirnya aku menemukannya... menemukan dinda yang tengah menangis sesenggukan di sampingku. Dia tengah duduk di sebuah kursi disamping ranjang tempatku tidur, ia menangis sambil menggenggam erat tanganku yang bebas dari selang infus. Sepertinya dia belum sadar kalau aku sudah bangun.Ahaah!!!
Sebuah ide jahil mendadak muncul dikepalaku. Gak jahil juga sih sebenernya, lebih tepatnya iseng.
Aku ingin tau seberapa cemasnya dinda padaku, jadi aku kembali menutup mata lagi... pura2 masih pingsan, sambil mendengarkan dengan seksama apa yang ia akan katakan saat kondisiku seperti ini. Sekali2 ngisengin kakak sendiri gak apa apa dong.... xuxuxu."Ky... kamu cepet bangun dong, jangan bikin mama dan papa sedih... hik... aku juga sedih kalau ngeliat kamu kayak gini... aku lebih rela ngeliat kamu marah dan ngomelin aku dari pada kamu diem gini. Ky... please cepet sadar!! "
Aku tersenyum dalam hati mendengar penuturan dinda. Kurasakan tanganku yang sedari tadi ia genggam juga sudah basah karna air matanya. Jadi gak tega... apa aku buka mata sekarang aja ya, biar dinda gak nangis lagi??!
"Rizky~~ jangan tinggalin aku... hik... aku sayang sama kamu, aku gak bisa kehilangan kamu... "
Suara dinda makin serak dan lirih karna tangisnya. Ah, jadi makin gak tega.
Aku sudah berniat membuka mataku saat kurasakan ada sesuatu yang kenyal dan lembab menyentuh bibirku.Apa ini?!!
Dinda tidak mungkin menyumpal mulutku dengan buah atau benda lain saat keadaanku seperti inikan?!! Lagi pula ini rasanya malah seperti...
Aku membelalakkan mataku saat sadar apa benda yang menyentuh bibirku itu. Mendadak otakku jadi bleng tidak bisa berpikir apa2, tubuhku jadi tegang... ini.... salah.... tidak seharusnya ini terjadi...
....AUTHOR POV
Perasaan berkecamuk dan takut kehilangan dalam diri dinda, membuatnya tidak bisa berpikir logis. Entah apa yang ada dalam pikirannya hingga ia berani melakukan hal seberani itu...
Dia mencium rizky.
Mungkin dinda pikir tidak masalah mencium rizky yang tengah dalam keadaan tak sadarkan diri sebagai wujud rasa sayangnya pada rizky... semacam crap kiss gitu... ciuman sepihak. Tapi saat ia melepaskan ciumannya dan menjauhkan wajahnya dari rizky, dinda tau kalau ia salah... itu bukan ciuman sepihak karna ternyata rizky juga mengetahui dan merasakan ciuman itu.
Dinda benar2 terkejut saat melihat rizky sudah membuka matanya saat ia tengah mencium rizky.
Bagaimana ini?!! Bagaimana ini?! Bagaimana ini??! Dinda harus menggunakan alasan apa....
Kalau cium kening atau pipi sih sebagai saudara ya wajar lah yaa.... tapi kalau cium bibir??
"Ri-rizky... kamu sudah sadar??! " antara senang, terkejut dan takut... akhirnya dinda memilih untuk keluar dari ruangan itu untuk memanggil dokter dan perawat... meninggalkan rizky yang terpekur tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Dinda menciumnya... ia baru saja berciuman dengan kakaknya sendiri. Bukankah itu seharusnya terlarang...
....Tak berapa lama kemudian, seorang dokter dan dua orang suster masuk bersama dinda keruang rawat rizky. Dokter dan suster itu memeriksa kondisi rizky sedang dinda nampak tengah menghubungi seseorang.
Sebenarnya rizky ingin bertanya pada dinda tentang arti ciuman itu, tapi... sepertinya ini bukan saat yang tepat."Dia sudah melewati masa kritisnya.... tapi dia masih harus banyak beristirahat!! Saya beri resep untuk mempercepat kesembuhannya. Nanti, kalau orang tua kamu sudah datang tolong suruh mereka manemui saya... ada beberapa hal yang harus saya jelaskan tentang kesehatan putra mereka!! " ujar sang dokter setelah memeriksa rizky.
Akhirnya dinda bisa tersenyum lega mendengar penuturan sang dokter, tapi itu tak berlangsung lama... karna saat ia melihat tatapan tajam rizky, batin dinda kembali bergemuruh... cepat atau lambat ia harus menjelaskan tindakannya pada rizky tadi.
"Baik!! Terimakasih dokter!! " dinda dengan senyum kakunya.
Dokter dan dua susternya itu lalu pergi... meninggalkan rizky berdua dengan dinda dalam suasana kikuknya.
Beberapa waktu suasana canggung masih terasa. Dinda maupun rizky tidak tau harus berkata apa. Hingga saat rizky mencoba untuk bangun dari posisi tidurannya dan merasa kesulitan karna tubuhnya yang masih lemah, secara reflect dinda membantu rizky... membantunya untuk duduk, sehingga secara otomatis jarak mereka jadi dekat.
Effect slow motion saat tatapan mereka bertemu, secara otomatis memutar memori kejadian ciuman tadi. Gaswat.
"Ah, eh... emmm... apa kau butuh sesuatu?!! Apa kau mau minum??! " dinda mendadak gugup. Sebisa mungkin ia berusaha mengalihkan pandangannya pada rizky. Sama hal nya dengan rizky yang sepertinya juga tertular rasa gugup dinda.
"Oh, iya... aku memang merasa haus. "
Dengan agak kaku dinda mengambil segelas air putih yang ada dimeja sampingnya, lalu membantu rizky meminumnya.
Suasana kembali hening setelah itu.
Sampai akhirnya mama dan papa datang ke ruang rawat rizky dan merasa gembira karna rizky sudah melewati masa kritisnya... sikap dinda dan rizky masih saling acuh... berusaha menjaga jarak dan saling menghindar untuk menutupi rasa canggung diantara mereka dihadapan mama dan papa.
Ini tidak bagus. Kalau begini hubungan rizky dan dinda akan memburuk lagi. Apa dinda harus mengatakan kenyataannya untuk memperbaiki hubungan mereka??! Tapi kalaupun dinda mengatakannya... ia juga tidak tau bagaimana reaksi rizky nanti. Bisa saja rizky malah makin marah dan membencinya setelah tau kalau ternyata mereka tidak memiliki hubungan darah kan... iya kan?!!
KAMU SEDANG MEMBACA
BROTHER COMPLEX
RomanceSejak dinda tau klo ia cma anak angkat dikeluarganya, entah mengapa perasaannya pd saudara laki2nya berubah. Perasaan bergejolak yg terus mengganggu perasaannya membuat dinda tdk bisa memungkiri klo ia menginginkan lebih dri sekedar status adik kak...