The Rose🌷

24 4 2
                                    

"Dari pada lo yang pedenya melebihi, langit dan bimasakti,"ezio masih memperlihatkan wajah datarnya, dengan lavena yang refleks menaboknya.

"Diem"satu kalimat itu terucap dari mulut ezio, lavena terus saja memukuli pemuda itu tanpa henti seakan tak mendengar ucapannya,ezio pun merasa kesal dengan gerakan lavena yang terus memukulnya tanpa henti, tangannya beralih memegang tangan lavena dengan wajah yang di dekatkan dengan gadis itu.

Mata mereka mulai memandang satu sama lain,dengan jarak yang hanya setipis tisu,lavena mulai tersadar dengan apa yang ia lakukan,"ekhmmm"dehem lavena berupaya menghilangkan rasa canggung.

Ezio mulai memundurkan jaraknya dengan lavena, jantungnya berdebar dua kali lebih cepat, entah kenapa ia mulai meradakan hal yang aneh ketika berdekatan dengan gadis itu, sungguh lavena benar benar mempunyai ilmu hitam sehingga membuat jantung ezio berdebar lebih cepat dari biasanya.

Gadis itu beralih membelakangi ezio dengan perasaan yang aneh, bibirnya tiba tiba terangkat ke atas yang memperlihatkan senyuman manisnya,lavena mulai merasakan bibirnya terangkat ke atas dan dengan cepat merubah ekspresinya menjadi so datar.

Lebih tepatnya seperti sedang tegang,lavena memang tak cocok untuk berekspresi datar karna mukanya yang selalu ceria,gadis itu beralih membalikan badannya lagi yang memperlihatkan ezio tengah memainkan handphonenya dengan wajah datar andalan pemuda itu.

"Ekhmmm,"kata lavena yang mulai caper kepada ezio, namun tak di respon oleh pemuda itu,"EKHMMM, EEKHMMM,uhk uhk"lavena mulai terbatuk karna terlalu mengeraskan suaranya,ezio memberikan lavena minum dengan wajah yang tampak khawatir,padahal dirinya hanya terbatuk biasa.

"Makanya kalo punya suara di pake yang bener bukannya di pamerin, kena karma kan"kata ezio yang membuat lavena geram dan hendak menjambak rambutnya, jika tidak di tahan cepat oleh pemuda itu mungkin rambutnya sudah copot dari akarnya.

"Suara suara gue kenapa lo yang sewot,oh iya nanti kalo sampe di paris gue mau kenalin lo sama temen temen gue yang cantiknnya gak ada obat, tapi masih cantikan gue si".

"Berisik, lo tidur aja nanti gue bangunin"lavena tadinya ingin memperotes, namun melihat tatapan tajam pemuda itu niatnya menjadi hilang dan memilih untuk memejamkan matanya walaupun sedikit terganggu karena rasa tidak nyaman.

Ezio nampak sadar bahwa lavena terus memindahkan badannya kesana kemari seperti tidak nyaman.

"Kenapa lo,?"lavena langsung membalikan badannya ke arah ezio,"punggung gue sakit bego, lu jadi cowok harusnya peka".

"Hmm, yaudah tukeran tempat aja,"kata ezio mata lavena pun berbinar senang,"makasih ezio batu"katanya yang langsung berdiri dan terduduk di kursi ezio.

"Udah tidur, gak usah banyak omong"lavena memilih tak menjawab, matanya mulai terlelap dan memasuki alam mimpi.

***

Setelah sampai, ezio pun melirik ke arah lavena yang masih tertidur pulas,bella hanya tersenyum memandangi ezio yang kesulitan untuk membangunkan lavena.

"Udah kamu gendong aja, lagian juga udah halal"kata bella memandang ezio yang tengah mematung.

Mau tak mau pemuda itu harus menggendong lavena dengan muka datarnya,"nyusahin".

Setelah sampai di rumah, mereka langsung pergi untuk membereskan barang barangnya,lavena gadis itu sudah terbangun beberapa saat karena posisinya yang tidak nyaman.

"Bun ayo kita ke makam papa, lavena udah kangen sama dia"rengek lavena sambil menari narik tangan bella seperti anak kecil.

Bella pun menganggukan kepalanya berupaya menjawab pertanyaan sang putri,"yaudah ayo"kata bella sambil memegang tangan lavena dengan erat.

"Bun kenapa papa ninggalin kita secepat  ini?, lavena udah gak bisa meluk dia lagi, pahlawannya na udah pergi menjadi bintang sekarang tanpa mau kembali dan mengecup lavena lagi."

"Kamu kan udah punya ezio sayang, yang akan menjaga kamu seperti papa"lavena melirik sinis ke arah ezio, pemuda itu tak membalas tatapan lavena,memilih untuk diam saja.

"Dia beda ma,dia itu bukan manusia yang normal liat aja sikapnya kek batu yang di tendang langsung balas dendam,jadi lavena gak mau ketularan virusnya, nanti lavena gak bisa ngomel lagi dong"ezio benar benar di buat kesal oleh gadis itu, namun tetap memperlihatkan ekspresi batunya.

Tak terasa mereka pun telah sampai di area makam,dengan mata lavena yang mulai berkaca kaca.

Mereka pun menghampiri batu nisan yang bertulisan nama angga,gadis itu teringsak pelan di pelukan bella.

Tanpa sadar ekspresi ezio seperti kasihan kepada lavena,"sabar na, ikhlasin aja nanti papa lo ikutan sedih kalo liat anaknya kaya gini,"ezio beralih memeluk gadis itu tanpa menyadarinya.

"E-eh sory,"kata ezio yang mulai menjauhkan jaraknya dari lavena,gadis itu pun sama sadarnya apa yang di lakukan pemuda itu.

"Modus"kata lavena dengan mata yang masih berkaca kaca,ezio hanya diam tak mau beradu mulut dengan gadis itu.

"Yaudah sayang ayo kita pulang salju sebentar lagi akan turun,"kata bella mulai meninggalkan pemkaman bersamaan dengan lavena dan ezio yang mengikutinya dari belakang.

"I love you pa, lavena akan selalu mencintai papa meskipun papa udah pergi ninggalin lavena"ucap lavena saat melihat makam sang ayah.

Mereka memilih untuk jalan kaki tanpa menggunakan mobil, karena ingin melihat lihat suasana di paris, dengan salju yang mulai turun.

Mata lavena membulat saat melihat pemuda yang tak asing di matanya,"rafka, dia ada di sini juga"pemuda itu pun sama mengenali wajah cantik lavena yang membuatnya tergila gila.

"L-lavena ternya masih sama cantiknya kaya dulu"kata rafka yang mulai menghampiri lavena dengan senyum manisnya.

Alis ezio terangkat sebelah,saat pemuda itu memeluk lavena,"gimana kabar lo?".

"Kabar gue baik baik aja,"lavena merasa malas saat pemuda itu terus bertanya kepadanya.

"Dia siapa na?"kata rafka yang mulai menyadari sosok ezio,"dia suami gue"kata lavena yang membuat rafka terkejut.

"L-lo udah nikah aja, selamat ya"hilang sudah kesempatan rafka untuk mendekati lagi gadis itu,rafka adalah mantan lavena yang bersifat buaya,makannya gadis itu memutuskan hububgannya.

"Hmm thkss, yaudah gue pergi dulu"lavena pergi begitu saja, karna sudah muak melihat wajah sok polos cowok itu.

Lavena beralih memegang tangan ezio, untuk memanasi rafka,wajah ezio mendadak menjadi merah.

The RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang