The Rose🌷

18 4 3
                                    

"Ezio ayo temen temen udah nunggu di bawah lo kenapa lelet banget"ezio yang mendengar itu hanya mengacuhkannya.

Lavena terus saja berlari tanpa henti untuk cepat cepat sampai di pantai,"huff akhirnnya sampai juga, woy alaska sini"kata lavena pada alaska yang tengah memandang air laut.

"Eh, tumben di kacamata"lirik mata alaska jatuh kepada kacamata yang sedang di pakai lavena, membuatnya bertambah cantik.

"Cantik kan, lumayan tadi nemu di kamar jadi dipakai deh"alaska meresa gemas dengan lavena dan beralih mengacak ngacak rambut gadis itu.

"Diem, gue gak suka rambut gue acak acakan,eh babu gue mana,EZIOOO SINI LO LELET AMAT JALANNYA"teriak lavena lantang yang membuat alaska menutup telinganya rapat.

Ezio hanya menatap malas lavena, dengan tarikan tangan yang membuatnnya terkejut,"udah ayo potoin gue ya yang bagus"dengan pasrah ezio mulai memotret lavena.

Setelah cukup banyak poto yang Ezio potret lavena beralih menghampirinya, dan melihat dirinya yang tengah berpose, " cantik kan? "Tanya lavena pada Ezio yang tengah menatap pantai.

"gk tau"balas Ezio datar, lavena beralih mendekat ke arah Alaska yang tengah menatap dirinya dengan senyuman, " eh kita liat liat pemandangan yu na"Alaska beralih menarik tangan lavena.

Di samping pantai tampak alora dan Denzel tengah berpacaran dengan romantis, lavena bergegas untuk menghampiri dua pasangan itu berniat untuk menganggu.

"AGHHHH ALORA AKHIRNYA LO LAKU JUGAAAA" teriak lavena dengan lantang, "eh munaroh lo gak usah teriak teriak, udah kaya suara bagus aja".

"BESTIEEEE GUE DATANG AGHHHHH AKHIRNYA BISA NGUMPUL LAGI" teriak alruna yang entah darimana datangnya.

Ketiga sahabat itu berpelukan dengan eratt,"alruna hiksss gue kangen Alisha kapan dia balik"kata alora yang memeluk tubuh alruna manja.

Dua orang pria hanya menatap ketiga gadis itu, "ya hahahaha gak di anggap sama pacar sendiri" kata Alaska tanpa melihat dirinya terlebih dahulu.

"Eh lo Jamal, kalo mau ngatain orang minimal liat dulu diri lo ya" kesal Denzel dengan wajah murung, ketiga gadis itu masih anteng dengan gibahnnya.

"Jamal Jamal, nama gue Alaska ya, eh tapi kenapa nasib kita malang kali ya" kedua pria itu terduduk dengan wajah murung sambil memainkan pasir seperti anak kecil yang pecicilan.

Mata alora melirik ke arah Denzel dan Alaska yang tengah memainkan pasir, "woy na liat pacar kita udah kaya bocah nyasar aja, hahahaha" ketiga gadis itu tertawa berbahak bahak.

"Nasib gue gini amat" kata Denzel berpura pura menangis, "eh lo jangan nangis nanti mukannya jelek loh kaya Opet" kata alora yang membuat Denzel memanyunkan bibirnya.

Trtttt

Trtttt

Suara sering telepon terdengar lavena bergegas pergi untuk mengangkat panggilan itu, "hallo bun ada apa? ".

" sayang bunda mau minta izin sama kamu, kalo bunda nikah lagi apa boleh? "Lavena yang mendengarkan ucapan ibunya seketika terdiam, mencerna ucapannya supaya tidak salah mendengar " bunda pasti bercanda kan, bunda pas–"

"Lavena bunda cuman mau ada yang nemenin di masa tua bunda, bunda kesepian di rumah sendirian kamu harus ngertiin bunda" air mata lavena terjatuh, apa semudah itu bundannya melupakan ayahnya.

"Bunda apa bunda udah lupa sama papa, lavena siap kalo harus nemenin bunda 24 jam asalkan bunda jangan nikah lagi, aku gak mau liat papa sedih di sana" terdengar helaan nafas dari sebrang telepon.

"Sayang kamu harus ngertiin bunda, kamu gaboleh egois bunda cuman gak mau ganggu kamu sama Ezio bunda mohon sama kamu buat restuin bunda untuk menikah lagi" lavena sekarang berada di kebingungan dirinya harus apa?.

"Bunda lavena gak bisa buat apa apa, kalo itu buat bunda bahagia lavena izinin" dengan berat hati lavena harus mengucapkan kalimat kalimat itu.

"Makasih sayang, bunda udah nyiapin tanggalnya nanti bunda chat lewat whatsapp" bella memutuskan sabungan teleponnya satu sama lain.

Sekarang lavena terduduk di pinggir pantai dengan pandangan kosong, "papa maafin lavena karena udah izinin wanita yang papa cinta untuk menikah lagi, lavena bingung pa" sebuah tangan tiba tiba menyentuh pundaknnya.

"Lo kenapa di sini? " tanya Ezio sambil terduduk di samping lavena, gadis itu masih enggan untuk menjawab,"lo sakit mulut? "Tanya Ezio bingung saat tak mendapati jawaban dari lavena.

"gue lagi bingung ka, apa gue memilih jalan yang salah ya dengan merestui hubungan bunda dengan pria lain" lavena menunduk dengan air mata yang meloncat turun.

tangan Ezio terulur mengusap puncak kepalanya lavena dengan lembut,"gue gak mau nyakitin keduannya tapi gue bingung, papa selalu berpesan untuk menjaga bunda dari godaan pria lain tapi gue gagal".

"Lo gak gagal ko, kita tidak bisa mengubah takdir untuk selalu berpihak sama kita na, lo cukup doain mereka yang terbaik,"Lavena mengangguk kecil.

Lalu sebuah tangan tiba tiba menganggap tangannya dengan erat"masuk yu nanti besok lagi main nya sekarang kita istirahat aja, lo gaboleh terlalu sedih"lavena mengangkat sebelah alisnnya.

"Cieee perhatian sama gue ceritannya, gak mau istrinya nangis terus ya" goda lavena yang membuat Ezio tersipu malu dengan pipi yang memerah, debaran aneh tiba tiba muncul di dadanya.

'Perasaan ini? '

****

Sore telah tiba kedua pasangan tengah bertengkar memperebutkan remot TV, "EZIOOOO LO HARUS NGALAH SAMA PEREMPUAN" Ezio menghiraukan teriakan gadis itu dirinya hanya terduduk dan memindahkan  siaran TV berkali kali.

Lavena melempar bantal yang mengenai wajah Ezio, dirinya beralih mengambil remot yang ada di tangan Ezio dengan berhasil.

"Ck lebay cuman di lempar bantal, badan doang kekar tapi aslinya letoy" celetuk lavena yang mendapat tatapan tajam Ezio.

"Sini" kata Ezio yang merebut remot TV nya kembali, "EZIOOOOOOOOOO SINIIN REMOT NNYA GUE MAU NONTON FILM AZABB" Ezio menutup telinganya rapat rapat.

"Kalo punya suara jangan di teriak teriakin gunain yang bener" tegur Ezio namun di hiraukan oleh lavena.

"Ishhh siniin Ezio" kesal lavena saat tak mendapatkan remotnya.

Cup

Entah kesambet apa lavena tiba tiba berani mengecup pipi ezio, yang membuat pria itu mematung dengan pipi yang memerah jantung nya berdebar dua kali lebih cepat.

Dengan cepat lavena merebut remotnya, namun dirinya terdiam beberapasaat menyadari kejadian baru saja, yang ia lakukan, 'mampus gue lavena lo apa apaan sampe nyium si batu' batin lavena berteriak.

"Udah berani hmm? " kata Ezio yang membuat lavena ketakutan saat pria itu mendekat ke dirinya, "l–lo mau apa" kata lavena semakin ketakutan matanya beralih terpenjam.

Namun dirinya tak merasakan apa apa, mantannya kembali terbuka dan remot yang ada di tangannya sudah menghilang di ambil oleh Ezio.

"EZIOOOOOOI SINIIN REMOT NNYA!! "

Haii selamat pagi semua apa kabar nih semoga pada baik ya

Eh sorry katanya dikit soalnnya mood nya lagi gk bagus

Sampai jumpa di bab selanjutnya jangan lupa tekan tanda ⭐


The RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang