39

1.9K 220 50
                                    

Happy reading


Sekitar pukul enam sore, suasana pekarangan rumah Jagad tampak ramai.
Seperti yang diinginkan anak semata wayangnya, mereka mengadakan pesta barbeque di halaman rumah.

Sebenarnya, Langit berencana untuk memanggang daging dan seafood di jam  sepuluh malam. Namun, Jagad tak mengizinkan. Duda anak satu itu menolak keras acara begadang yang ingin Langit lakukan bersama teman-temannya.

Jadi di sinilah mereka sekarang, di halaman depan rumah—bersiap-siap memanggang daging yang Langit dan teman-temannya beli tadi siang.

Jagad sibuk menyalakan arang di pemanggangan ditemani Harjian dan Cadey yang memang bersemangat sejak datang. Bahkan, putra bungsu dari Dokter Cahya itu ke rumah Langit sejak pukul empat sore. Sementara Jian datang bersama Jagad setelah pulang dari kantor.

Langit sendiri sibuk memotong daging untuk dijadikan sate bersama Jaidan. Sedangkan Raihan dan Jimmy mengupas jagung untuk dibakar.

Opa Harry hanya duduk di kursi yang berada tak jauh dari mereka—kursi dan meja yang sengaja dia taruh di sana untuk memperhatikan cucu semata wayangnya. Anak itu terlihat berbeda di mata opa Harry malam ini. Matanya sedari tadi memancarkan binar. Apalagi ketika sedang berbicara dengan dokter wanita yang baru opa Harry ketahui namanya hari ini.

Seperti sekarang, anak itu tersenyum lebar tatkala Dokter Megan menghampiri dengan tangan memegang nampan berisi minuman dan satu botol Tumbler berwarna merah muda.

Entah apa yang mereka ucapkan sampai anak itu tertawa kencang. Melihat itu, opa Harry terkekeh tanpa sadar. Hingga ketika Dokter Megan mendekat ke arahnya, opa Harry berdeham beberapa kali dan menegakkan tubuhnya.

"Anda pasti haus, Tuan Harry." Dokter Megan tersenyum, meletakkan nampan berisi beberapa gelas, picther, serta tumbler berwarna merah muda di atas meja.

Opa Harry hanya bergumam, tetapi itu tak membuat Dokter Megan tersinggung sama sekali sebab sudah mengetahui karakter seorang George Harry. Hingga ketika Dokter Megan hendak mendekati Langit, suara opa Harry seketika menghentikan langkahnya.

"Bisakah kau duduk sebentar?"

Dokter Megan terdiam beberapa saat sebelum mengangguk ringan, lantas duduk di kursi seberang opa Harry yang sedang menatap lurus ke depan, tepatnya pada Langit yang sedang menertawai Jimmy karena hidungnya baru saja terkena pukulan Raihan yang sedang memisahkan kulit dengan jagungnya.

Mendengar suara tawa Langit, Dokter Megan tersenyum tanpa sadar. Hingga ketika opa Harry tiba-tiba berkata, "Aku sangat menyayangi Langit, Dokter Megan." Dokter Megan segera menoleh dan mengernyitkan dahinya tak mengerti.

Dengan begitu saja, opa Harry membalas tatapan bingung Dokter Megan. "Aku sangat menyayanginya, aku tidak suka jika dia sakit dan terluka. Melihat bagaimana perlakuan Langit kepadamu. Tanpa diberitahu pun, seharusnya kau mengerti apa maksudnya. Karena kau sudah sangat dewasa."

Dokter Megan terdiam, tidak tahu harus menjawab apa.

Ya, Dokter Megan tahu segalanya. Dokter Megan juga mengerti alasan Langit mendekatinya. Hanya saja, dia terlalu takut untuk memulai. Dia takut jika kejadian di masa lalu akan kembali terulang.

"Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan. Tapi hanya satu yang bisa aku pastikan, jika kau juga menyukai Jagad."

Dokter Megan yang sedari tadi menatap Langit seketika menoleh kembali ke opa Harry. Dokter wanita itu tampak terkejut sekali setelah mendengar pernyataan tersebut.

Dari mana seorang George Harry tahu? Dokter Megan bahkan tak memberitahu siapa pun. Dia memang menyukai Jagad, hanya saja ketakutannya lebih besar sehingga Dokter Megan tak berani untuk menunjukkan.

Langit Bercerita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang