extra chapter

3.1K 194 37
                                    

Happy reading

17⚠️

(Yang terjadi pada chapter 35)

Setelah kepergian Langit sekitar 15 menit lalu bersama opa Harry, Jagad memilih untuk memejamkan mata. Bersiap untuk tidur lagi karena demi apa pun, dia mengantuk sekali. Namun, baru saja matanya terpejam, pintu ruang rawat kembali terbuka.

Awalnya Jagad ingin membuka mata dan bertanya karena mengira jika itu sang anak, tetapi begitu mendengar suara Dokter Megan yang berbicara dengan seseorang, Jagad memilih untuk tetap diam di posisinya—pura-pura tertidur.

Tak lama kemudian terdengar suara pintu di tutup, lalu langkah kaki mendekat dan berhenti tepat di samping ranjang. Setelah itu, bisa Jagad rasakan keningnya disentuh oleh tangan yang hangat, serta terdengar gumaman, "Demamnya sudah turun."

Merasa tak bisa menahan senyumnya, Jagad memilih untuk membuka mata. Bisa dia lihat, wanita itu tampak terkejut dan hendak menjauh. Namun, sebelum itu terjadi Jagad sudah lebih dulu menarik tangan Dokter Megan hingga membuat wanita bersurai cokelat itu terhuyung dan terjatuh ke depan, kedua tangannya menyentuh dada Jagad dengan wajah yang begitu dekat.

Bukan hanya Dokter Megan yang terkejut melainkan dirinya juga, sebab Jagad tak berpikir jika yang dilakukannya akan memberikan efek sebesar ini pada keadaan jantungnya—berdebar-berdebar, tetapi tak terasa sakit. Rasanya sama seperti yang dia rasakan dulu ketika bertemu sang istri di pertemuan yang pertama.

Jagad sendiri tidak tahu kapan perasaan ini datang, yang dia tahu bahwa ada perasaan ingin melindungi ketika melihat Dokter Megan menangis dengan tubuh bergetar di depan supermaket waktu itu.

Sejak kejadian tersebut, pikirannya selalu terbagi. Bukan hanya keadaan Langit, tetapi juga wanita yang dipanggil Dokter Mama oleh sang anak. Apa kabar dia? Apa yang sedang dia lakukan? Apakah di baik-baik saja? Dia tidak bertemu dengan mantan calon ibu mertuanya lagi, kan? Dan masih banyak lagi.

Sementara Dokter Megan yang baru tersadar dari keterkejutannya pun hendak berdiri. Namun, belum sempat menegakkan tubuhnya, Jagad sudah lebih dulu menariknya kembali hingga terjatuh untuk yang kedua kali.

"Sebentar," ucap Jagad memandangi wajah Dokter Megan. Dari jarak sedekat ini, jantung Jagad terasa semakin menggila. "Aku membutuhkanmu," sambungnya.

"T-Tapi—"

"Megan, sepertinya aku mulai menyukaimu."

Detik itu juga, Dokter Megan segera melepaskan tangannya yang sedari tadi Jagad pegang, lalu keluar dari ruangan dengan cepat membuat Jagad terdiam di tempat. Lalu tersenyum tipis seraya menyentuh dadanya yang masih saja berdebar-debar.

Sementara di luar ruangan, Dokter Megan terduduk lemas di lantai, bersandar pada tembok di samping pintu ruangan. Mengacak rambut dengan kesal, tak menghiraukan tatapan orang-orang yang merasa aneh melihat dirinya hingga suara dari Dokter Cahya terdengar memanggil, membuat wanita itu mendongak. Lantas berdiri dan menyapa.

"Kenapa hanya berdiam diri di sini? Kau tidak masuk? Bukankah itu tujuanmu datang kemari? Untuk menemui Langit?" tanya Dokter Cahya, matanya melirik ke dalam ruangan—di mana ada Jagad yang sedang tertawa pelan.

Merasa malu karena ketahuan dan entah apa yang sedang dipikirkan Jagad saat ini, Dokter Megan memilih untuk berpamitan dengan alasan ada panggilan dari IGD dan harus segera ke sana.

Dokter Cahya hanya mengangguk, membiarkan dokter wanita itu pergi. Namun, baru saja beberapa langkah, Dokter Megan berbalik lagi sebab salah jalan dan itu harus melewati pintu di mana Jagad bisa melihatnya dengan jelas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Langit Bercerita (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang