Memang umum sekali terjadi jika sudah memasuki Agustus, banyak perlombaan yang digelar untuk memeriahkan hari kemerdekaan. Perayaan-perayaan mulai di gelar dimana-mana, contohnya hari ini. Karena takut jalanan akan di tutup, maka sekolah memulangkan siswa lebih awal dari hari biasanya, itu bertujuan agar semuanya bisa pulang tepat waktu, karena jika menunggu akan petang baru lah bisa melewati jalanan tersebut.
Karena situasi ini, Shelin dan teman-temannya berniat tidak langsung pulang kerumah melainkan, mereka akan melihat terlebih dahulu acara baris berbaris tersebut, jika mereka pulang itu tidak memungkinkan mereka bisa mendapat izin kembali kesana. Selain memakan waktu, mereka juga pasti akan terjebak macet.
Di sebuah rumah milik salah satu teman Shelin, ia bersama temannya dari kelas yang berbeda duduk disana, seraya menunggu acara tersebut berlangsung. Kali ini dirinya tidak bersama Dean ataupun Naya, tetapi bersama Dyana dan teman-temannya.
Satu persatu regu mulai terlihat, mereka bergerak mendekat dan perlahan lahan melewati tempat dimana mereka duduk untuk menunggu tadi.
"Aduh kasian ya, panas panas gini disuruh teriak teriak"
"Barisannya kacau, jangan jangan belum pada makan yak!"
"Baju regunya bagus, pasti menang"
Seperti itulah kata demi kata yang keluar dari mulut mereka ketika menyaksikan regu-regu yang lewat.
"Aduh, gak kebayang deh besok. Males banget panas panasan" Kata Dina yang merupakan salah satu anggota regu Shelin.
Mendengar kalimat tersebut Dya pun langsung menanggapi, "Buk danton, besok ambil nomornya yang awal-awal ya, biar kita duluan sampainya" lalu ia menoleh ke arah Shelin yang merupakan danton di regu mereka.
Shelin pun hanya bisa mengiyakan perkataan mereka, soal hasil pengambilan nomor itu urusan nanti.
Tapi batin Shelin sebenarnya juga berharap seperti itu :)
.
.
."Nomor 32" Bacanya ketika membuka gulungan kertas pencabutan nomor regu.
Sebanyak dua puluh satu orang yang ada disana sontak mengalihkan pandangan pad Shelin. Mereka pun langsung bertanya.
"Shel kita nomor segitu?"
"Serius, Shel?"
"Posisinya dimana itu"
"Shel kok jauh banget"
Shelin menarik nafasnya perlahan sebelum memberikan jawabannya, "Nomor tiga puluh dua itu, di.. Paling belakang" Tak lupa ia mengakhiri itu dengan senyum, berniat menyemangati para anggota.
Namun, sebelum acaranya dimulai pun mereka sudah berkeringat karena menunggu lama. Bahkan, saat mereka baru menuju garis start, regu lain sudah ada yang sampai finish.
Membagongkan.
Walau dengan perasaan kecewa sekaligus putus asa, mereka tetap berhasil mencapai garis finish. Yah, walaupun penonton hampir bubar.
Saat tiba di finish, Shelin mengajak toss satu persatu anggotanya tadi, ia berharap tidak ada di antara mereka yang memasukan kejadian hari ini ke dalam hati. Penat dan letih hari ini akhirnya terbayarkan sudah, walau belum bisa dikatakan bagus, namun mereka sudah berusaha semaksimal mungkin.
Shelin yang kelelahan pun kini duduk bersebelahan dengan Naya, Naya memberinya sebotol air minum dan snack. "Anjay, walau terakhir tapi tetap semangat" Kata Naya dengan Nada yang sebenarnya kedengaran seperti mengejek.
"Apaan sih, Nay. Dikit lagi gue di amuk sam, "
"Kak! Ini tanda tangan dulu buat bukti OSIS! " Juteknya, yang tiba-tiba datang dan langsung memotong pembicaraan Shelin. Orang itu tak lain ialah Risa. Setelah berbulan bulan hari ini Shelin melihat muka abu-abunya kembali, menarik.
"Nanti gue tanda tangan, masih capek" Kata Shelin tanpa melihat kertas yang di ulurkan oleh Risa.
"Harus sekarang, OSIS udah mau bubar!" Risa tetap mendesak meminta absen itu di tanda tangani, padahal Shelin tahu betul absen itu tidak penting-penting amat. Toh, Risa juga sok OSIS, padahal ia sama sekali bukan anggota OSIS.
Karena muak dan memang kurang suka dengan Risa, Shelin memilih beranjak dari sana, "Nay, gue pulang duluan ya" Kata Shelin.
"Loh shel buru-buru banget, katanya mau nunggu Fatur sama Bryan dulu. Kan kalian udah janji pengen fotbar shel" Kata Naya mencoba mengingatkan Shelin dengan janjinya dua hari lalu.
Namun, Shelin kepalang melihat Bryan dan Fatur berboncengan, mereka terlihat menuju jalan pulang. Shelin pun mengurung niatnya dalam-dalam dan memang lebih baik begitu.
Saat dirinya berjalan meninggalkan Naya, Fatur datang dengan motornya, langkah Shelin terhenti ketika Fatur memberhentikan motornya. "Shel, kenapa tadi Naya nelpon?" Tanyanya, ia tidak melihat jika Naya ada didekat sana.
Naya yang mendengar pertanyaan dari Fatur langsung menanggapi nya dengan energik, seperti biasa. "Woi Fatur! Kata lo bakal bantu kita buat bujuk si Bryan fotbar, kok tadi malah lo ajak kabur?! " Naya balik bertanya pada lelaki itu, parahnya lagi tangan Naya sampai menunjuk nunjuk Fatur.
"Bryan udah pulang, katanya dia ma,"
Shelin memotong perkataan Fatur, "Mau istirahat. Dia ada chat, chat gue udah di bales. Aneh, padahal pas masih disini aku telpon dia, cuma gak tau deh kenapa gak di angkat" Shelin menaruh kembali handphonenya ke dalam saku, "udah ya, mau pulang dulu"
Tepat waktu sekali, saat dirinya hendak berjalan ke parkiran yang lumayan jauh itu, Juan datang dan menghampiri dirinya da Naya karena memang Shelin belum jauh berjalan.
"Siapa mau naik" Tawar juan
"Aku!" Jawab sigap Naya.
Juan mempersilahkan Naya naik, namun saat Naya baru bersiap ingin naik, anak itu malah menarik gasnya sehingga Juan semakin dekat naraknya dengan Shelin.
Shelin yang memang butuh tumpangan mencoba meminta tolong pada Juan, "Juan, boleh anterin sampe pertigaan situ gak? Kaki gue masih sakit abis jalan di tempat " Kata gadis itu sambil tersenyum.
Ternyata Juan setuju menolong dirinya, Shelin pun lekas duduk di jok belakang motor itu. Saat motor berjalan keduanya tidak bicara, shelin masih lelah, ia hanya melihat apa yang ada di depannya saja. Terlihat jelas di depan matanya bahwa, sahabat baik Bryan masih ada di tempat itu. "Mungkin dia emang gamau foto sama aku, makanya dia pulang"
Batinnya.Terlalu lama melamun sampai tak terasa motor itu sudah berhenti di parkiran. Ia turun dan berterimakasih kepada Juan "Makasih ya tumpangannya"
"Sama sama, gue pulang duluan. Dadah" Pamitnya.
"Dah" Kata Shelin ketika melihat Juan mulai menjauh.
...
Dimalam harinya, Shelin tengah sibuk membuka pesan dari grup yang mulai ramai. Ada satu pesan yang menampilkan nama Bryan disana. Shelin tersenyum tipis, entah kenapa ia merasa aneh dengan Bryan, sedingin-dinginnya lelaki itu, baru kali ini Bryan menolak. Memang itu haknya, hanya saja Shelin tidak terbiasa.
Oh ya, Pesan yang masuk dari grup adalah ucapan selamat ulang tahun dari mereka untuk Shelin. Yaa, keesokan harinya adalah hari ulang tahun Shelin.
Dirinya begitu senang membaca satu persatu pesan itu, karena jika boleh jujur, baru kali ini ia menerima ucapan selamat sebanyak ini. Bertepatan di sweet seventeen dirinya.
Tapi kesenangan itu tak berlangsung lama, ia ingat telah membuat janji dengan Dyana. Dimasa jika Bryan tidak memberinya ucapan dalam 24 jam maka, ia harus rela melepaskan lelaki itu.
Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan. Sebaiknya Shelin istirahat dan menidurkan diri. Sebelum menerima apa yang akan terjadi besok.
.
.
.Emang besok kenapa?
Baca aja deh nanti di part selanjutnya, makasih udah baca cerita ini. Semoga kalian banyak duit.
Jangan lupa vote biar ceritanya lanjut 💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Kita Dan Putaran Waktu [Hiatus]
Romansa[ FOLLOW DULU SEBELUM BACA] Kisah Sheila Machista, seorang cegil yang mengejar cinta lelaki pendiam, dia berusaha mengungkapkan perasaannya kepada lelaki tersebut yang merupakan teman satu kelasnya. Akan tetapi, ada kesalah pahaman yang terjadi kare...