[No suprise]

80 40 7
                                    

Hallo everyone, setelah purnama kesekian akhirnya niat lanjutin lagi cerita ini
.

Author awalnya ragu cerita ini gak ada yang baca, tapi ternyata makin kesini makin banyak juga yang suka, Terima kasih buat kalian yang udah mau baca dan voting cerianya 😋❤‍🔥
.
.

Sebelum lanjut baca jangan lupa follow dulu ya sayangkuu 💕

Happy Reading

Suara ketukan pintu yang nyaring menjadi pengisi pertama di pagi ini, dengan susah payah Shelin membuka matanya, entah mengapa ia merasa tubuhnya begitu lelah.

"Kakak!Udah siang, bangun!" Teriak sang adik yang suaranya bukan hanya bisa membangunkan Shelin saja bahkan, tetangga pun mungkin akan merasakan hal serupa.

Dengan rasa lelah yang masih terasa, ia beranjak dari tempat tidur untuk membuka pintu kamarnya, "ada apa sih? " Alisnya terangkat.

"Ibu tanya, ulang tahunnya mau dirayain apa enggak?" Tanya Dini sang adik, itu lantas menghilangkan kantuk Shelin.

"Astaga iya!" Shelin bergegas berjalan menuju dapur yang dipastikan ibu dan ayahnya sedang ada disana. Rutinitas setiap pagi dikeluarga ini memang selalu dimulai dengan sarapan bersama di meja makan, jadi tak heran jika Shelin langsung tahu keberadaan orang tuanya.

Keduanya memutarkan kepala serentak ke arah Shelin saat mendengar langkah kakinya, "aduh, yang ulang tahun kok bangunnya kesiangan" Ujar sang ibu.

"Gimana shel, jadi mau dirayain gak ulang tahunnya?" Sambung sang ayah.

Shelin berjalan mendekat dan berakhir duduk dikursi menghadapkeduanya "Gak mau, Aku maunya sederhana aja. Temen-temen juga pasti sibuk semua, aku takut gak ada yang mau dateng ke acara nanti" Jelasnya.

"Yah, kok gak jadi si kak" Dini yang baru saja mendengar pernyataan itu memasang wajah kecewa.

"Gak mungkin kan kalau kita adain pesta tapi tamunya gak datang?" Tekannya, " Gak usah repot-repot Yah, Bu. Di kasih do'a aja udah cukup kok" Sambungnya dengan wajah tersenyum.

"Yasudah kalau memang kamu gak keberatan, selamat ulang tahun ya anak ibu dan ayah" Ujar sang Ibu sembari memegang tangan Shelin, begitu juga ayah dan adiknya. Suasana begitu hangat di meja makan itu.

Setelah berbincang cukup lama bersama orang tua serta adik-adiknya, Shelin memutuskan untuk kembali ke kamar. Jika dirumah, ia memang memiliki banyak waktu berdiam diri di ruangan tertutup itu ketimbang harus mengeluarkan energi lebih untuk berinteraksi dengan orang-orang.

Sementara itu, ayah dan ibunya masih setia berada di meja makan menikmati sarapan sambil melanjutkan perbincangan, "Buk, gimana kalau kita beliin kakak kue ulang tahun? Dia kan belum pernah kita kasih hadiah waktu ulang tahun buk, Ayah ingat waktu kecil dia selalu minta beliin kue, tapi ayah belum bisa kabulkan karena keterbatasan ekonomi"

Ibunya mengangguk pelan pertanda setuju dengan keputusan sang suami.

...

"Aduh kok gue takut ya, gue gak siap kalau harus nanyain kepastian sama Bryan. Tapi gue gak mungkin ada di posisi ini terus, udah lima bulan gue diem-dieman sama dia padahal kita sama-sama suka" Begitulah Shelin berbicara seorang diri diatas kasur dengan menghadap ke langit-langit kamarnya.

Hatinya senang sekaligus panik, sudah dari pagi sampai malam hari namun, notifikasi yang ia tunggu tak kunjung datang. Apalagi kalau bukan notifikasi dari Bryan, sesuai dengan janjinya pada Dyana jika Bryan tidak memberi Shelin ucapan selamat maka, mau tidak mau ia sendiri akan menanyakan kejelasan dari status hubungan mereka.

Kita Dan Putaran Waktu  [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang